Khotbah Iedul Fitri: Mengambil Hikmah Dari Fitnah Untuk Menjaga Nikmat Ukhuwah
Disampaikan di halaman Ma’had al I’tishom bis Sunnah Kraksaan Probolinggo, Sabtu 1 Syawal 1444 H/ 22 April 2023 M
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ وَقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا وَقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullaah..
Pagi ini, atas nikmat dan karunia Allah, kita telah melaksanakan salah satu sunnah Nabi kita shollallahu alaihi wasallam, yaitu shalat Iedul Fitri. Setelah sebulan penuh kita berpuasa Ramadhan. Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita semua sebagai orang-orang yang keluar dari Ramadhan dengan mendapatkan ampunan.
Saudaraku…
Ini adalah Iedul Fitri pertama kita setelah Presiden Republik Indonesia secara resmi mengumumkan pencabutan PPKM di Indonesia. Sebuah babak baru ketika protokol kesehatan terhadap pencegahan Covid-19 dilonggarkan. Namun, waliyyul amr kita tetap mengimbau agar bagi yang belum melaksanakan vaksin, atau belum lengkap vaksinnya agar segera melengkapi. Jalankan imbauan itu sebagai bentuk ibadah karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Saudaraku…
Kita bersaudara karena Allah. Persaudaraan yang terjalin indah di atas tauhid dan sunnah. Semoga persaudaraan ini semakin kuat dan tidak akan tergoyahkan seiring berjalannya waktu hingga berakhirnya umur kita.
Allah perintahkan kepada kita untuk bersatu, berukhuwah, berpegang teguh dengan tali Allah, jangan berpecah belah.
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ
Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah, janganlah kalian berpecah belah… (Q.S Ali Imran ayat 103)
وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُواْ فَتَفۡشَلُواْ وَتَذۡهَبَ رِيحُكُمۡۖ وَٱصۡبِرُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Taatilah Allah dan Rasul-Nya, janganlah kalian berselisih sehingga akan membuat kalian gentar dan hilang kekuatan kalian. Bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar (Q.S al-Anfaal ayat 46)
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Saudaraku…
Bersamaan dengan munculnya pandemi Covid-19 berawal pada sekitar tahun 2020 Masehi yang lalu, para Salafiyyin di Indonesia menghadapi fitnah terkait dengan ukhuwah di antara mereka. Sebagaimana yang telah banyak kita ketahui. Fitnah yang menguras air mata kita, karena kecintaan kita kepada dakwah ini, kepada para saudara kita dan asatidzah kita.
Fitnah yang membuat hubungan persaudaraan sesama ahlussunnah merenggang. Rekan yang dulunya saling bertaawun dalam dakwah menjauh. Hubungan bisnis terputus. Bahkan hubungan ayah dan anak, menantu dan mertua, atau dalam satu keluarga menjadi tidak seharmonis sebelumnya.
Tapi alhamdulillah, Allah Ta’ala memberikan jalan keluar melalui bimbingan para Ulama. Sesungguhnya Ulama adalah termasuk Ulil Amri yang Allah perintahkan kepada kita untuk menaati mereka dalam hal-hal yang ma’ruf.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul, dan Ulil Amri (pemimpin dan Ulama) di antara kalian (Q.S anNisaa’ ayat 59)
Pada 10 Rajab 1442 Hijriyah atau bertepatan dengan 21 Februari 2021 Masehi yang lalu telah dibacakan wasiat-wasiat para Ulama Madinah yaitu Syaikh Robi’ bin Hadi al-Madkhali, Syaikh Ubaid al-Jabiriy, dan Syaikh Abdullah al-Bukhari yang memberikan arahan dan bimbingan kepada Salafiyin di Indonesia terhadap fitnah yang menimpa mereka. Arahan itu di antaranya adalah berisi anjuran untuk bersatu dan meninggalkan perselisihan. Seharusnya, arahan dan bimbingan ini sudah lebih dari cukup untuk menyudahi fitnah.
Namun, tetap ada ketidakpuasan akan arahan yang sudah sedemikan bagus tersebut. Hingga asatidzah jumhur mengirimkan surat bersamaan dengan lembaran-lembaran yang dianggap bukti dan data akan penyimpangan sebagian asatidzah ma’had Minhajul Atsar Jember kepada Syaikh Abdullah al-Bukhari hafidzhahullah. Setelah Syaikh Abdullah al-Bukhari hafidzhahullah mencermati dengan seksama surat dari para asatidzah jumhur itu, justru Syaikh Abdullah al-Bukhari memberikan nasihat kepada para asatidzah jumhur, bahwa bukan demikian seharusnya yang mereka lakukan.
Syaikh Abdullah al-Bukhari menegaskan:
أَنَّ الْأَمْرَ لَا يَتَحَمَّل كُلَّ هَذَا الشِّقَاقِ وَهَذَا الْفِرَاقِ الَّذِيْ جَرَى بَيْنَكُمْ وَسَبَب فِيْ إِشْكَال بَيْنَ الْإِخْوَةِ وَطُلَّابِ الْعِلْمِ
Sesungguhnya perkara (yang terjadi) tidak semestinya sampai menyeret kepada perpecahan dan perpisahan sebagaimana yang terjadi di antara kalian ini dan menyebabkan problem di tengah-tengah ikhwah (salafiyyin) dan para penuntut ilmu
(nasihat Syaikh Abdullah al-Bukhari untuk para asatidzah dan thullabul ilmi di Indonesia pada 4 Syawwal 1442 H/ 16 Mei 2021 M)
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Saudaraku…
Hingga akhirnya, Syaikh Abdullah al-Bukhari yang ditunjuk sendiri oleh para asatidzah jumhur sebagai penengah dan hakim, memutuskan bahwa fitnah ini telah berakhir. Tidak kurang dari 2 kali Syaikh Abdullah al-Bukhari menegaskan bahwa fitnah ini telah berakhir. Pertama, saat kunjungan para asatidzah ma’had Minhajul Atsar melaksanakan umrah di bulan Syawwal 1443 Hijriyah. Kedua, saat jalsah Madinah yang juga melibatkan para asatidzah jumhur pada Shafar 1444 Hijriyah atau September 2022 Masehi.
Sebelum itu, Syaikh Arafat bin Hasan al-Muhammadiy juga telah menegaskan bahwa fitnah ini telah berakhir, di saat Daurah Imam al-Muzani pertama di Jember pada bulan al-Muharram 1444 Hijriyah atau Agustus 2022 Masehi.
Maka alhamdulillah, para Ulama telah menegaskan bahwa fitnah tersebut telah berakhir. Hanya orang-orang yang tidak mau mengikuti bimbingan Ulama saja yang menyatakan bahwa fitnah belum berakhir. Justru merekalah sang pengobar fitnah, wal iyaadzu billah.
Banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik dari fitnah tersebut untuk menjaga ukhuwah di antara kita, di antaranya:
Pertama: Bertakwalah kepada Allah, ikhlaskan niat kita dalam berukhuwah karena Allah. Kasihani kaum muslimin sebagaimana kita berharap mendapat kasih sayang Allah. Jangan menjadi pemecah belah umat yang sebelumnya telah bersatu di atas sunnah. Mudahlah memaafkan, apalagi dalam hal-hal yang bukan terkait prinsip agama. Akui kesalahan dan minta maaf jika memang ada kesalahan kita pada saudara kita. Jangan hanya menuntut satu pihak untuk meminta maaf, sedangkan kita lupa bahwa kita juga punya salah kepada dia.
Kedua: Apabila kita mendengar selentingan isu buruk tentang saudara kita yang sebelumnya kita kenal baik, berada di atas sunnah, jangan terburu-buru mempercayai berita itu. Sebelum kita melakukan tabayyun dan tatsabbut. Apabila belum sempat kita lakukan proses croscek berita itu, kedepankanlah baik sangka pada saudara kita. Hal ini sebagaimana bimbingan alQuran:
لَّوۡلَآ إِذۡ سَمِعۡتُمُوهُ ظَنَّ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بِأَنفُسِهِمۡ خَيۡرٗا وَقَالُواْ هَٰذَآ إِفۡكٞ مُّبِينٞ
Mengapa ketika pertama kali mereka mendengar isu itu, kaum beriman tidak berprasangka baik kepada saudara mereka sendiri dan menyatakan: Ini adalah kedustaan yang nyata? (Q.S anNuur ayat 12)
Ketiga: Jangan terburu bersikap tanpa bimbingan Ulama. Jika ada perselisihan yang tidak bisa tertangani antar sesama para penuntut ilmu, merujuklah pada para Ulama atau orang yang lebih berilmu dari mereka. Kemudian ikuti bimbingan orang-orang yang berilmu tersebut.
Keempat: Ciptakan iklim yang baik untuk saling menasihati dan berwasiat dalam kebenaran dalam suasana persaudaraan. Bersabarlah untuk terlibat dalam diskusi ilmiah dengan saudaramu sesama Ahlussunnah. Diskusi yang baik untuk kemaslahatan bersama, niatan baik mencari kebenaran. Bisa jadi hasil akhir dari diskusi itu menghasilkan kesimpulan bahwa kedua belah pihak sama-sama tidak salah. Ada sisi yang dibenarkan sesuai kondisi masing-masing. Maka jangan terburu memvonis saudaramu tidak mau menerima nasihat, padahal sebenarnya diskusinya masih belum tuntas dan engkau tidak sabar dalam mendengar penjelasan dari saudaramu.
Kelima: Bertemanlah dengan orang-orang yang baik dan sholih, orang-orang yang menghubungkan engkau dengan para Ulama Ahlussunnah. Bukan orang-orang yang tidak mau mengikuti bimbingan Ulama.
Keenam: Selektiflah dalam mengambil berita dan ilmu dari sumber-sumber yang terpercaya dan resmi. Janganlah engkau lebih mempercayai berita dari orang-orang yang tidak jelas dan tidak dikenal dan justru menolak berita dari orang yang terpercaya.
Ketujuh: Perlakukanlah saudaramu sebagaimana engkau suka diperlakukan demikian.
فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ، وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ، فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ
Barang siapa yang suka untuk dijauhkan dari neraka, dan dimasukkan ke dalam surga, hendaknya saat datangnya kematian menjemputnya, ia beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hendaknya ia bersikap kepada manusia sebagaimana ia suka diperlakukan demikian (H.R Muslim dari Abdullah bin Amr bin al-Ash).
Kedelapan: Jauhilah kedzhaliman kepada siapapun. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
اتَّقُوا الظُّلْمَ، فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Jauhilah kedzhaliman, karena sesungguhnya kedzhaliman akan menghasilkan kegelapan-kegelapan pada hari kiamat (H.R Muslim dari Jabir bin Abdillah)
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Terakhir, sebagai nasihat kepada para ummahat dan para wanita muslimah, sebagaimana Nabi memberikan nasihat khusus bagi mereka dalam khotbah Ied:
Bertakwalah kepada Allah. Tauhidkan Allah. Berakhlaklah dengan akhlak mulia terhadap sesama manusia. Teruslah berjuang untuk menambah ilmu kita. Kemudian setelah kita mengetahui ilmunya, beramallah karena Allah. Dakwahkan dan ajarkan ilmu yang kita ketahui secara hikmah kepada orang lain. Berbaktilah kepada kedua orangtua. Sambung tali silaturrahmi dengan karib kerabat. Muliakan tetangga.
Tunaikan shalat lima waktu, ditambah dengan shalat-shalat sunnah. Berpuasalah di bulan Ramadhan saat kita tidak memiliki udzur dan halangan. Berhijablah dengan hijab yang syar’i.
Bagi para wanita yang telah bersuami, berbaktilah pada suami, taati suami dalam hal-hal yang bukan kemaksiatan kepada Allah. Nabi berpesan bahwa suami adalah surga atau nerakamu wahai para istri.
Ucapkanlah tutur kata yang baik, atau diam. Jaga dan batasi pergaulan sesuai dengan batasan-batasan syar’i. Sibukkan dengan dzikir mengingat Allah, mempelajari ilmu agama, atau hal-hal yang bermanfaat lain bagi kebaikan dunia dan akhirat kita. Banyaklah beribadah dalam berbagai bentuknya.
Banyaklah berdoa kepada Allah Ta’ala. Banyaklah bersedekah, karena Nabi berpesan kepada para wanita: Bersedekahlah kalian, karena aku melihat kebanyakan penghuni neraka adalah dari kalangan wanita. Jagalah kehormatan kalian.
Sabarlah ketika tertimpa musibah, dan bersyukurlah ketika mendapat nikmat. Banyaklah beristighfar dan bertobat kepada Allah Ta’ala.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberkahi usia kita di atas ketaatan kepada Allah. Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan kepada kita taufiq, pertolongan, rahmat, dan ampunan-Nya kepada kita semua.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Taqobballahu minna wa minkum.
Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarokaatuh…
Oleh: Abu Utsman Kharisman