Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Anak kecil masih belum terhitung berdosa, sampai ia berusia balig. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنِ الصَّغِيرِ حَتَّى يَكْبَرَ وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ أَوْ يُفِيقَ

Diangkat pena (pencatatan dosa) dari 3 kelompok orang: dari orang yang tidur hingga ia bangun, dari anak kecil hingga ia dewasa (balig), dan dari orang gila hingga ia berakal atau siuman (H.R Ibnu Majah dari Aisyah)

Namun, orangtua atau wali anak kecil tersebut harus bertanggungjawab apabila ada tindakan yang dilakukan anak kecil tersebut merugikan orang lain.

Apabila seorang anak kecil melakukan suatu ibadah dengan benar, ia berpahala, dan orangtua yang memfasilitasinya juga terhitung mendapat pahala.

Seorang wanita pernah bertanya kepada Nabi shollallahu alaihi wasallam sambil mengangkat anaknya:

 أَلِهَذَا حَجٌّ

Apakah untuk anak seperti ini (terhitung berpahala) haji?

Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:

نَعَمْ وَلَكِ أَجْرٌ

Ya, dan engkau pun akan mendapatkan pahala (H.R Muslim)

An-Nawawiy rahimahullah menyatakan: Hadits ini merupakan hujah bagi asy-Syafi’i, Malik, Ahmad, dan Jumhur Ulama bahwasanya haji anak kecil terhitung ibadah yang sah, ia mendapatkan pahala. Namun belum terhitung menjalankan kewajiban haji. Hajinya (di masa kecil tersebut) terhitung sunnah (al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaaj (9/99)).

Hal tersebut menunjukkan salah satu dari sekian banyak kasih sayang Allah Ta’ala kepada makhluk-Nya.


Baca Juga: Kenakalan Anak Kecil Tetap Harus Dipertanggungjawabkan


Termasuk kepada anak kecil. Jika ia bersalah, belum terhitung dosa. Kalau ia beribadah dengan baik dan benar, meski belum balig, sudah terhitung pahala bagi dia dan orangtua yang memfasilitasinya.

Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah menyatakan: “Setiap anak yang belum balig tercatat pahala (atas kebaikannya), namun belum tertulis dosa untuknya. ” (Syarh Riyadhis Sholihin (1/210))

Meskipun belum diwajibkan untuk beribadah, namun anak kecil sudah mulai dilatih agar terbiasa dalam beribadah. Misalkan, saat di bulan Ramadhan, anak mulai dibiasakan puasa sesuai kemampuannya. Itu sekedar untuk melatih dan membiasakan.

Para Ulama Salaf pun menerapkan pembiasaan atau latihan berpuasa untuk anak-anak kecil mereka saat dulu diwajibkannya puasa Asyura.

عَنِ الرُّبَيِّعِ بِنْتِ مُعَوِّذِ بْنِ عَفْرَاءَ قَالَتْ أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى الأَنْصَارِ الَّتِى حَوْلَ الْمَدِينَةِ  مَنْ كَانَ أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ وَمَنْ كَانَ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ. فَكُنَّا بَعْدَ ذَلِكَ نَصُومُهُ وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا الصِّغَارَ مِنْهُمْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ وَنَذْهَبُ إِلَى الْمَسْجِدِ فَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ الْعِهْنِ فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهَا إِيَّاهُ عِنْدَ الإِفْطَارِ.

Dari ar-Rubayyi’ bintu Mu’awwidz bin ‘Afraa’ ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengutus (seseorang) pada pagi hari Asyuraa’ menuju perkampungan Anshar yang berada di sekitar Madinah (agar mengumumkan): “Barangsiapa yang pagi ini berpuasa, hendaknya ia sempurnakan puasanya. Barangsiapa yang pagi ini tidak berpuasa, hendaknya ia berpuasa untuk sisa hari ini.”

Kami setelah itu berpuasa dan membuat anak-anak kecil kami berpuasa InsyaAllah dan kami pergi ke masjid membuatkan mainan dari bulu untuk mereka. Ketika mereka menangis karena lapar, kami berikan mainan itu hingga masa berbuka tiba (H.R al-Bukhari dan Muslim, lafadz sesuai riwayat Muslim)

Sebelum diwajibkan puasa Ramadhan, dahulu kala ada fase diwajibkan berpuasa Asyura’. Namun, yang berlaku saat ini adalah kewajiban puasa Ramadhan, sedangkan puasa Asyura adalah ibadah sunnah, bukan kewajiban.

Demikian juga dengan ibadah shalat. Diperintahkan secara bertahap sejak mereka belum balig.

 مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat pada saat mereka berusia 7 tahun. Pukullah mereka (jika tidak mau shalat) pada saat mereka berusia 10 tahun. Pisahkanlah antar mereka di tempat tidurnya (H.R Abu Dawud)

Memukul anak adalah pukulan yang mendidik. Pukulan yang dilandasi kasih sayang, untuk meluruskan dia. Bukan pukulan yang mencederai atau membuat cacat. Terlarang pula memukul wajah.

وَلَا تَضْرِبِ الْوَجْهَ

Dan janganlah engkau memukul wajah (H.R Ahmad)

Bagian dari kasih sayang yang benar dari orangtua adalah membiasakan anak melaksanakan ibadah yang nantinya akan menjadi wajib bagi dia. Bukan dengan membiarkan mereka tak terbimbing, bebas, berbuat sesukanya, dengan alasan kasih sayang.

Nabi shollallahu alaihi wasallam juga pernah membimbing Umar bin Abi Salamah, anak tiri beliau, yang saat itu berada di pangkuan Nabi. Saat itu, Umar bin Abi Salamah ketika makan, tangannya berkelana ke mana-mana di sekitar piring. Tidak makan dengan cara yang baik dan benar. Maka Nabi shollallahu alaihi wasallam kemudian membimbing Umar bin Abi Salamah:

يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيك

Wahai anak kecil, bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan raihlah (bagian makanan) yang terdekat denganmu

Umar bin Abi Salamah mengenang hal itu seraya berkata:

فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ

Setelah itu, hal tersebut menjadi cara makanku seterusnya (H.R al-Bukhari)

Subhanallah, pengajaran adab dari Nabi shollallahu alaihi wasallam benar-benar mengena. Terekam dalam memori, dan terus dipraktekkan sepanjang hayat.

Kasih sayang Nabi kepada anak kecil juga ditunjukkan dengan mencium mereka. Nabi shollallahu alaihi wasallam pernah mencium al-Hasan, cucu beliau. Pemandangan tersebut disaksikan oleh al-Aqra’ bin Haabis. Kemudian al-Aqra’ menyatakan: Sesungguhnya aku memiliki 10 anak. Tidak ada seorang pun yang aku cium. Mendengar itu, Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ

Barang siapa yang tidak menyayangi, ia tidak disayangi (H.R al-Bukhari dan Muslim)

Nabi shollallahu alaihi wasallam juga pernah menghibur adik Anas bin Malik yang dipanggil dengan sebutan Abu Umair yang bersedih ketika burung peliharaannya mati.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُ عَلَيْنَا وَلِي أَخٌ صَغِيرٌ يُكْنَى أَبَا عُمَيْرٍ وَكَانَ لَهُ نُغَرٌ يَلْعَبُ بِهِ فَمَاتَ فَدَخَلَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَرَآهُ حَزِينًا فَقَالَ مَا شَأْنُهُ قَالُوا مَاتَ نُغَرُهُ فَقَالَ يَا أَبَا عُمَيْرٍ مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ

Dari Anas bin Malik ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam pernah masuk menemui kami. Aku memiliki adik yang berkuniah Abu Umair. Ia memiliki burung kecil yang biasa bermain dengannya. Namun suatu saat burung itu mati. Suatu hari Nabi shollallahu alaihi wasallam masuk menemuinya dan melihatnya bersedih. Nabi bersabda: Ada apa dengan dia. Orang-orang di sekitarnya berkata: Burung kecilnya telah mati. Nabi bersabda: Wahai Abu Umair, ada apa dengan an-Nughair (burung kecilmu) (H.R Abu Dawud)

Nabi shollallahu alaihi wasallam pernah berkeinginan untuk sedikit memanjangkan bacaan Quran dalam shalat saat beliau menjadi imam. Namun, karena mendengar tangisan seorang anak, beliau kasihan kepada anak tersebut dan ibunya, sehingga beliau memendekkan bacaan dalam shalat.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم؛ إِنِّى لأَدْخُلُ الصَّلاَةَ أُرِيدُ إِطَالَتَهَا فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِىِّ فَأُخَفِّفُ مِنْ شِدَّةِ وَجْدِ أُمِّهِ بِهِ

Dari Anas bin Malik –semoga Allah meridhainya- ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya aku saat masuk ke dalam shalat sudah berkeinginan untuk memperpanjang (bacaan), namun ketika aku mendengar tangisan seorang anak kecil, aku ringankan agar tidak menyusahkan ibunya (yang ikut shalat berjamaah, pent). (H.R al-Bukhari dan Muslim, lafadz sesuai riwayat Muslim)


Dikutip dari: Buku “Islam Rahmatan Lil ‘Alamin (Menebarkan Kasih Sayang dalam Bimbingan al-Quran dan Sunnah), Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan