Sosok Robbani dari Kota Nabi, Membimbing dengan Mata Hati (Mengenang Syaikh Ubaid bin Abdillah Al Jabiri rahimahullah Bagian 1)
Beliau bernama Ubaid bin Abdillah bin Sulaiman Al Jabiri. Nasab beliau dari qobilah Al Jabiri Al Hamdani, salah satu marga bangsa Arab yang banyak tersebar di Hijaz (Arab Saudi) dan Yaman.
Kampung halaman keluarga beliau bernama Al Faqir. Daerah setingkat Kecamatan tersebut berada di kawasan Wadi Al Fara’, masuk wilayah Provinsi Al-Madinah Al Munawwarah. Letaknya sekitar 140 km di Selatan Kota Madinah.
Catatan Masa Belajar & Mengajar
Dalam sebuah kesempatan pertemuan dengan para penuntut ilmu saat kunjungan beliau ke negeri Bahrain beliau sendiri -rahimahullah- menyampaikan:
Bismillah, Alhamdulillah, wash-shallallatu wasallam ‘ala Nabiyyina Muhmmadin wa ‘ala Alihi wa man ihtada bi hudah. Amma ba’d …
Sesungguhnya cara kami dalam belajar ilmu, termasuk cara yang normal/biasa saja. Namun selama anda sekalian meminta menyampaikannya, tentu saya tidak bisa menolak untuk menyampaikannya.
Saya dilahirkan sesuai perkiraan waktu, di tahun 1357 H di kampung saya yang berada di Wadi Al Fara’ di wilayah Madinah An Nabawiyyah.
Pada tahun 1365 H, saya berangkat bersama orang tua saya rahimahullah menuju Mahd Adz Dzahb, yang dulu beliau bekerja di sana.
Pada tahun 1371 H, saya dimasukkan ke Madrasah Ibtida’iyyah di kawasan industri tersebut, yang merupakan satu-satunya madrasah di sana. Madrasah itu dibangun oleh perusahaan di Mahd Adz Dzahb ketika itu, berdasarkan ketentuan yang dibuat oleh Raja Abdul Aziz terhadap perusahaan tersebut.
Akan tetapi saya tidak bisa menyelesaikan masa belajar di sana. Karena pada tahun 1373 H, pekerjaan ayah saya dan seluruh pekerja di perusahaan itu berakhir. Karena perusahaan itu hasil produksinya hanya sedikit. Bahkan ada yang mengatakan, bahwa perusahaan tersebut bangkrut, sehingga diputus kontrak oleh kerajaan. Maka saya kembali ke kampung halaman saya Al Faqir, sekitar bulan Syawwal di tahun tersebut.
Lalu kami tinggal di Wadi Al Fara’ beberapa waktu. Kemudian kami pindah ke Kota Madinah di awal tahun 1374 H. Dan karena permasalahan keluarga dan pribadi, saya terpaksa terputus dari belajar selama masa 6 tahun.
Setelah itu Allah berikan kemudahan bagi saya untuk melanjutkan masa belajar saya, dimulai tahun 1381 H. Ketika itu adalah tahun pertama dibukanya Darul Hadits Al Madaniyyah. Di antara guru kami yang mengajari kami di Darul Hadits adalah kakek dari akh Amin, sebagai pengajar, bernama Syaikh Muhammad Shiddiq rahimahullah. Saya menempuh masa belajar di Darul Hadits Al Madaniyyah selama 2 tahun. Setelah itu pada tahun 1383 H saya melanjutkan ke Ma’had Al Madinah Al ‘Ilmi.
Sedangkan Ma’had Al Madinah Al ‘Ilmi berada dalam pengelolaan Kantor Umum Urusan Pesantren dan Perguruan Tinggi. Dan Kepala kantornya ketika itu Syaikh yang mulia Muhammad bin Ibrahim rahimahullah. Saya menempuh masa belajar di Ma’had Al Madinah Al ‘Ilmi selama 5 tahun. Setelahnya saya menuntaskan jenjang Tsanawiyyah dari lembaga tersebut.
Kemudian saya mendaftar di Jurusan Syari’ah di Universitas Islam Madinah pada awal tahun 1388 H. Saya lulus dari lembaga itu tahun 1392 H. Beberapa dosen yang kami belajar kepada mereka di jurusan tersebut; Syaikh Hammad ibnu Muhammad Al Anshori rahimahullah, Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad hafidzahullah, Syaikh Abdul Qodir bin Syaibah al Hamd, serta banyak lagi yang lainnya.
Setelah itu saya ditugaskan setelah lulus, sebagai pengajar di Kementrian Penerangan, cabang pengajaran di kota Jeddah. Saya mengajar di sana selama 4 tahun. Ketika itu saya mengajar materi syar’iyyah di Madrasah Umar bin Abdul Aziz Al Mutawassithah di Jeddah.
Dan pada akhir tahun 1396 H saya bergabung di Markas Dakwah di Madinah. Saya bertugas sebagai staf di bawah pengelolaan Direktorat Pengajaran, Penelitian Ilmiah, Fatwa, Dakwah dan Bimbingan. Dimana Direkturnya ketika itu Syaikh yang mulia Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah. Saya menjalani masa tugas di Markas Dakwah di Madinah selama kurang lebih 8 tahun.
Lalu pada hari Ahad, 28 Dzulhijjah 1404 H saya pindah bertugas di Universitas Islamiyyah sebagai pengajar di Ma’had Ats Tsanawi. Sekaligus Allah memberikan kemudahan kepada saya diterima melanjutkan studi di Program Magister setelah saya menjalani tugas selama sekitar 2.5 bulan sebagai pengajar di Ma’had Ats Tsanawi. Ketika itu saya menjalani masa penataran pra tugas (manhajiyyah) sebagai di sana.
Sedangkan pilihan studiku di Jurusan Tafsir pada perguruan Tinggi di Universitas Islamiyyah. Setelah menjalani masa penataran, saya kembali mengajar di Ma’had Ats Tsanawi, sebagai staf pengajar di sana. Saya mengajar tafsir setahun.
Kemudian setelah itu pada tahun 1407 saya ditugaskan mengajar materi ushul fiqh. Hal itu sebenarnya menyulitkan saya, karena bidang tersebut di luar jurusan saya. Akan tetapi saya diberi tugas itu, dan saya tetap mengajar, sampai tahun 1414 H sebagai pengajar bidang ushul fiqh.
Kemudian setelah itu atas permintaan diri saya, saya pindah bertugas di Biro Dakwah di Universitas Islamiyyah. Dan saya terus bekerja di sana sampai masa pensiun di tahun 1417 H. Demikianlah sekilas otobiografi saya.
Selain peran besar dalam bidang pendidikan. Beliau juga pernah menjalankan tugas sebagai seorang Imam di salah satu masjid di Kota Madinah, yaitu Masjid As Sabt. Tugas tersebut beliau tunaikan dari tahun 1387 – 1392 H.
Salah satu audio rekaman kala beliau menjadi imam sholat, dapat didengarkan dari link berikut: is.gd/oUhuku
Tidak mengherankan pemberian tugas semacam itu, dan memang pantas serta layak. Karena sebagaimana disebutkan oleh salah seorang murid kepercayaan beliau di Madinah, Syaikh DR. Arofat bin Hasan Al Muhammadi hafidzahullah, bahwa Allah memberikan kemudahan sosok Ubaid di masa kecil sebelum mencapai usia baligh telah menyelesaikan hafalan Al Quran.
Hubungan dengan Para Ulama Senior & Imam Dakwah
Di masa remajanya, ketika beliau mendaftar di Darul Hadits di Madinah, Syaikh Umar bin Muhammad Falatah (w. 1419 H) rahimahullah sendiri yang menguji beliau. Dan Syaikh Umar takjub dengan kecerdasan remaja yang kelak menjadi ulama Madinah tersebut, sehingga beliau menerimanya masuk sebagai pelajar di lembaga yang beliau pimpin itu.
Di akhir periode tugas sebagai Imam masjid di Madinah, pernah terjadi pertemuan beliau dengan salah seorang Imam dakwah Ahlussunnah era kini, Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani (w. 1420 H) rahimahumallah.
Kala Syaikh Al Albani baru selesai mengikuti sholat sebagai makmum di belakang Syaikh Ubaid, keduanya diperkenalkan, lalu terlibat jalsah sebentar. Qodarullah, itulah pertemuan pertama sekaligus terakhir bagi kedua sosok mulia itu. Karena kemudian Syaikh Ubaid rahimahullah mendapatkan tugas untuk mengajar di kota Jeddah.
Adapun hubungan beliau dengan sosok Imam dakwah lainnya, yaitu dengan Imam Al Mujtahid Al Atsari Syaikh Abdul Aziz bin Baz (w. 1420 H) rahimahullah cukup dekat. Selain Syaikh Ubaid mengikuti banyak muhadhoroh yang disampaikan saat Syaikh Bin Baz bertugas di kota Madinah. Beliau juga turut membantu pekerjaan Syaikh bin Baz kala kedua beliau rahimahumallah bertemu dalam tugas di Markas Dakwah di Madinah.
Referensi:
- https://miraath.net/السيرة-الذاتية-لفضيلة-الشيخ-عبيد-بن-عب/
- https://obied-aljabri.com/ترجمة-الشيخ-عبيد-بن-عبد-الله-الجابري/
Oleh: Abu Abdirrohman Sofian