Menghindari Kedustaan
Allah Azza Wa Jalla memerintahkan orang-orang beriman untuk bersikap jujur dan bergabung bersama orang-orang yang jujur.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan jadilah bersama orang-orang yang jujur.
(Q.S atTaubah:119)
Kedustaan bisa menyeret seseorang ke dalam neraka. Satu dusta akan menyeret pada dusta berikutnya, hingga mengarah pada perbuatan kefajiran dan perbuatan kefajiran akan menyeret pada neraka.
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
Jauhilah kedustaan karena kedustaan menyeret pada perbuatan fajir (menyimpang) dan perbuatan fajir menyeret menuju neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan menyengaja memilih berdusta hingga tercatat di sisi Allah sebagai tukang dusta.
(H.R al-Bukhari dan Muslim)
Baca Juga: Menjauhi Perbuatan Dusta
Nabi shollallahu alaihi wasallam pernah diperlihatkan siksaan orang-orang yang menebar kedustaan hingga kedustaan itu menyebar ke seluruh penjuru. Orang itu disiksa dengan dirobek-robek mulutnya. Itu adalah siksaan baginya di alam barzakh hingga hari kiamat.
عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي قَالَا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ يَكْذِبُ بِالْكَذْبَةِ تُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الْآفَاقَ فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Dari Samuroh bin Jundub radhiyallahu anhu beliau berkata: Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: Aku melihat tadi malam dua laki-laki yang datang dan berkata: Sesungguhnya yang engkau lihat tentang seseorang yang dirobek-robek ujung mulutnya adalah pendusta yang berdusta dengan satu kedustaan dinukil terus hingga mencapai ufuk (penjuru dunia) maka demikianlah dia disiksa hingga hari kiamat.
(H.R al-Bukhari)
Baca Juga: Tidak Ada Penyesalan Bagi Orang yang Jujur
Umar bin Abdil Aziz rahimahullah telah membangun karakter kejujuran sejak lama dan benar-benar meninggalkan kedustaan sejak beliau berakal.
Beliau menyatakan:
مَا كَذَبْتُ مُنْذُ شَدَدْتُ عَلَيَّ إِزَارِي
Aku tidak pernah berdusta sejak aku sudah mampu mengencangkan sarungku
(riwayat Ibnu Abid Dunya dalam as-Shomt dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq)
Sebagian Ulama mengartikan kalimat “sejak aku mampu mengencangkan sarungku” itu maksudnya adalah saat sudah berakal, meski masih kecil, usia 6 tahun atau lebih. Sebagian lagi mengartikan itu adalah saat beliau telah balig (al-Buraiqah al-Mahmudiyyah karya Abu Said al-Khodimiy (5/297)).
Diriwayatkan bahwa Umar bin Abdil Aziz rahimahullah juga menyatakan:
مَا كَذَبْتُ مُنْذُ عَلِمْتُ أَنَّ الْكَذِبَ يُشِيْنُ صَاحِبَهُ
Aku tidak pernah berdusta sejak aku mengetahui bahwasanya kedustaan untuk membuat buruk pelakunya
(riwayat Ibnu Abid Dunya dalam as-Shomt dan Makaarimul Akhlaq)
Dikutip dari:
Buku Keteladanan Umar bin Abdil Aziz, Abu Utsman Kharisman