Berbakti Pada Kedua Orangtua yang Kafir
Bisa jadi sebagian kita ada yang masuk Islam setelah sebelumnya kafir. Hidayah Islam dari Allah Azza Wa Jalla adalah sesuatu yang tidak bisa ditukar dengan apapun.
Apabila salah satu atau kedua orangtua kita masih kafir, bagaimanakah sikap kita? Mari kita simak bimbingan Allah dalam al-Quran.
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
Jika kedua orangtuamu memerintahkan kepadamu untuk menyekutukan aku dengan sesuatu yang engkau tidak memiliki ilmu padanya, janganlah menaati keduanya. Namun, tetaplah bersikap yang baik dalam urusan duniawi kepada keduanya…
(Q.S Luqman ayat 15)
Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan:
Jika kedua orangtuamu sangat bersemangat agar engkau mengikuti agama mereka berdua, janganlah engkau menerima hal itu.Namun, janganlah hal itu mencegahmu untuk berbuat baik kepada keduanya dalam urusan dunia, dan ikutilah jalan orang-orang yang inabah, yaitu beriman kepada-Ku (Allah)((Tafsir al-Quranil Adzhim karya Ibn Katsir (6/337))
Jadi, ada 2 hal yang harus diperhatikan apabila orangtua kita kafir. Pertama, tetaplah kokoh dalam memegang prinsip Islam. Jangan goyah dan jangan turuti keinginan orangtua jika menyuruh kita berucap atau berbuat kekafiran. Kedua, tetaplah berbuat baik kepada mereka dalam urusan duniawi.
Sa’ad bin Abi Waqqash atau disebut juga Sa’ad bin Malik radhiyallahu anhu adalah salah seorang Sahabat Nabi yang mendapat kabar gembira pasti masuk surga. Ibu Sa’ad yaitu Hamnah bintu Sufyan bin Umayyah sangat marah ketika mengetahui Sa’ad bin Abi Waqqash masuk Islam. Ia pun mengancam untuk tidak akan berbicara dengan Sa’ad, tidak akan makan dan minum, sampai Sa’ad keluar dari Islam kembali pada agama sebelumnya.
Sampai 3 hari ibunya tidak mau makan dan minum hingga pingsan. Anaknya yang lain yaitu Umaaroh memberikan minum padanya. Saat siuman, ibunya mendoakan keburukan untuk Sa’ad. Namun Sa’ad bin Abi Waqqash tetap kokoh pada pendiriannya dalam Islam, hingga berbuah akibat yang manis, yaitu turunnya firman Allah surah al-Ankabuut ayat 8 dan surah Luqman ayat 14-15 untuk membenarkan sikap Sa’ad tersebut.
حَلَفَتْ أُمُّ سَعْدٍ أَنْ لَا تُكَلِّمَهُ أَبَدًا حَتَّى يَكْفُرَ بِدِينِهِ وَلَا تَأْكُلَ وَلَا تَشْرَبَ قَالَتْ زَعَمْتَ أَنَّ اللَّهَ وَصَّاكَ بِوَالِدَيْكَ وَأَنَا أُمُّكَ وَأَنَا آمُرُكَ بِهَذَا قَالَ مَكَثَتْ ثَلَاثًا حَتَّى غُشِيَ عَلَيْهَا مِنْ الْجَهْدِ فَقَامَ ابْنٌ لَهَا يُقَالُ لَهُ عُمَارَةُ فَسَقَاهَا فَجَعَلَتْ تَدْعُو عَلَى سَعْدٍ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي الْقُرْآنِ هَذِهِ الْآيَةَ {وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا}
{وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي}Ibunda Sa’ad bersumpah untuk tidak akan mengajak bicara Sa’ad selamanya sampai ia mau kufur keluar dari agamanya (Islam). Ibunya juga tidak mau makan dan minum. Ibunya berkata: engkau mengatakan bahwasanya Allah mewasiatkan kepadamu untuk berbuat baik kepada kedua orangtuamu. Aku adalah ibumu. Aku perintahkan pada hal ini (keluar dari Islam). Berlalu 3 hari sampai ibunya pingsan karena lemah. Anaknya yang disebut Umaaroh datang memberikan minum kepadanya. Ibunya itu kemudian mendoakan keburukan untuk Sa’ad. Kemudian Allah turunkan dalam alQuran ayat (yang artinya): “dan Kami wasiatkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada keuda orangtuanya (Q.S al-Ankabuut ayat 8) dan firman Allah (yang artinya): “Jika kedua orangtuamu memerintahkan kepadamu untuk berbuat kesyirikan kepada-Ku….”(Q.S Luqman ayat 14-15)
(H.R Muslim)
Saat Asma’ bintu Abi Bakr radhiyallahu anha bertanya kepada Nabi shollallahu alaihi wasallam bagaimana sikapnya terhadap ibunya yang masih musyrik, ingin bertemu dengannya? Nabi menyuruh Asma’ bintu Abi Bakr radhiyallahu anha agar tetap menyambung hubungan baik dengan ibunya tersebut.
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِى بَكْرٍ قَالَتْ قَدِمَتْ عَلَىَّ أُمِّى وَهِىَ مُشْرِكَةٌ فِى عَهْدِ قُرَيْشٍ إِذْ عَاهَدَهُمْ فَاسْتَفْتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدِمَتْ عَلَىَّ أُمِّى وَهْىَ رَاغِبَةٌ أَفَأَصِلُ أُمِّى قَالَ: نَعَمْ صِلِى أُمَّكِ
dari Asma’ binti Abu Bakr ia berkata: Ibuku datang kepadaku dalam keadaan musyrik di masa perjanjian dengan Quraisy (antara Hudaibiyah dengan Fathu Makkah). Aku kemudian meminta fatwa kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam, dan aku berkata: Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku dalam keadaan ia ingin (aku berhubungan baik dengannya). Apakah aku boleh menyambung (silaturrahmi) dengan ibuku? Nabi bersabda: Ya. Sambunglah silaturrahmi dengan ibumu
(H.R al-Bukhari dan Muslim)
Para Ulama berbeda pendapat tentang keislaman ibu Asmaa’ (binti Abu Bakr), namun mayoritas Ulama berpendapat bahwa ibunya tersebut meninggal dalam keadaan musyrik (adDiibaaj ‘alaa Muslim karya as-Suyuuthiy (3/75)).
Baca Juga: Berbakti Kepada Kedua Orangtua
Abu Hurairah radhiyallahu anhu adalah Sahabat Nabi yang berbakti kepada ibunya. Hidayah Allah kepada ibunya dengan izin Allah adalah dengan sebab kesabaran beliau dan bakti beliau kepada ibunya. Padahal ibunya sebelumnya suka mencela Rasulullah shollallahu alaihi wasallam, namun kemudian masuk Islam.
Abu Hurairah radhiyallahu anhu mengisahkan dalam hadits riwayat Muslim:
كُنْتُ أَدْعُو أُمِّى إِلَى الإِسْلاَمِ وَهِىَ مُشْرِكَةٌ فَدَعَوْتُهَا يَوْمًا فَأَسْمَعَتْنِى فِى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَا أَكْرَهُ فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَنَا أَبْكِى قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى كُنْتُ أَدْعُو أُمِّى إِلَى الإِسْلاَمِ فَتَأْبَى عَلَىَّ فَدَعَوْتُهَا الْيَوْمَ فَأَسْمَعَتْنِى فِيكَ مَا أَكْرَهُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ يَهْدِىَ أُمَّ أَبِى هُرَيْرَةَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « اللَّهُمَّ اهْدِ أُمَّ أَبِى هُرَيْرَةَ ». فَخَرَجْتُ مُسْتَبْشِرًا بِدَعْوَةِ نَبِىِّ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَلَمَّا جِئْتُ فَصِرْتُ إِلَى الْبَابِ فَإِذَا هُوَ مُجَافٌ فَسَمِعَتْ أُمِّى خَشْفَ قَدَمَىَّ فَقَالَتْ مَكَانَكَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ. وَسَمِعْتُ خَضْخَضَةَ الْمَاءِ قَالَ – فَاغْتَسَلَتْ وَلَبِسَتْ دِرْعَهَا وَعَجِلَتْ عَنْ خِمَارِهَا فَفَتَحَتِ الْبَابَ ثُمَّ قَالَتْ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ – قَالَ – فَرَجَعْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَتَيْتُهُ وَأَنَا أَبْكِى مِنَ الْفَرَحِ – قَالَ – قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَبْشِرْ قَدِ اسْتَجَابَ اللَّهُ دَعْوَتَكَ وَهَدَى أُمَّ أَبِى هُرَيْرَةَ. فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ خَيْرًا – قَالَ – قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُحَبِّبَنِى أَنَا وَأُمِّى إِلَى عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ وَيُحَبِّبَهُمْ إِلَيْنَا – قَالَ – فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « اللَّهُمَّ حَبِّبْ عُبَيْدَكَ هَذَا – يَعْنِى أَبَا هُرَيْرَةَ وَأُمَّهُ – إِلَى عِبَادِكَ الْمُؤْمِنِينَ وَحَبِّبْ إِلَيْهِمُ الْمُؤْمِنِينَ ». فَمَا خُلِقَ مُؤْمِنٌ يَسْمَعُ بِى وَلاَ يَرَانِى إِلاَّ أَحَبَّنِى.
Aku mengajak ibuku untuk masuk Islam pada saat ia masih musyrik. Suatu hari aku berdakwah mengajaknya. Ia memperdengarkan ucapan tentang Rasulullah shollallahu alaihi wasallam yang aku tidak sukai. Akupun mendatangi Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dalam keadaan menangis.
Aku berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mengajak ibuku kepada Islam, namun ia menolak. Suatu hari aku mengajaknya lagi namun ia memperdengarkan ucapan tentang anda yang aku tidak sukai. Doakanlah kepada Allah agar Dia memberikan hidayah kepada ibu Abu Hurairah.
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam pun berdoa: Ya Allah berikanlah hidayah kepada ibu Abu Hurairah.
Akupun keluar dengan merasa gembira karena doa Nabi Allah shollallahu alaihi wasallam. Ketika aku tiba dan berada di pintu (rumah) yang tertutup, ibuku mendengar langkah kakiku.
Ibuku berkata: Tetaplah di tempatmu wahai Abu Hurairah.
Aku mendengar suara gerakan air. Ibuku ternyata mandi dan memakai pakaiannya, bersegera memakai kain penutup kepalanya. Ia pun membuka pintu.
Kemudian ia berkata: Wahai Abu Hurairah, aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusanNya.
Aku pun kembali kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mendatangi beliau dengan menangis karena gembira. Aku berkata: Wahai Rasulullah, terimalah kabar gembira. Allah telah mengabulkan doa anda dan memberikan hidayah kepada ibu Abu Hurairah.
Nabi pun memuji dan memuja Allah serta berkata: Baik.
Aku berkata: Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar Dia menjadikan para hamba-Nya yang beriman mencintai aku dan ibuku, serta menjadikan kami cinta kepada mereka.
Maka Rasulullah shollallahu alaihi wasallam pun berdoa: Ya Allah jadikanlah para hamba-Mu yang beriman mencintai hambaMu yang kecil ini – Abu Hurairah dan ibunya-, serta jadikanlah mereka cinta kepada kaum beriman.
Maka tidaklah tercipta seorang beriman yang mendengar tentangku meski tidak melihatku, kecuali ia akan mencintai aku
(H.R Muslim)
Abu Hurairah adalah teladan dalam kesabaran untuk berbakti kepada kedua orangtua hingga berbuah manis.
Dikutip dari:
Buku “Islam Rahmatan Lil Alamin” (Menebarkan Kasih Sayang dalam Bimbingan al-Quran dan Sunnah), Abu Utsman Kharisman