Bab Ke-23: Ada Sebagian Orang Pada Umat ini Yang Menyembah Berhala (Bagian Pertama)
SERIAL KAJIAN KITABUT TAUHID (Bag ke-82)
Pendahuluan
Bab ini menjelaskan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa ada sebagian orang pada umat ini, yang mengaku sebagai umat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam yang melakukan penyembahan terhadap berhala. Muallif (penyusun Kitabut Tauhid) menyebut bahwa itu terjadi pada ‘sebagian orang’, tidak dikatakan bahwa seluruhnya atau mayoritasnya. Hal ini adalah salah satu ketelitian beliau dalam menamakan judul bab. Tidak seperti pemikiran takfiri (mudah mengkafirkan) yang ditulis dalam sebagian buku pada abad ini yang menyatakan bahwa keumuman atau seluruh umat ini telah berada di masa Jahiliyyah.
Muallif menyebutkan bab ini dalam rangka membantah ungkapan sebagian pihak yang meremehkan masalah tauhid, mereka membiarkan orang-orang yang menyembah kuburan atau kesyirikan-kesyirikan lain dengan alasan bahwa umat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam tidak akan ada yang terkena kesyirikan. Tidak akan ada yang melakukan perbuatan syirik akbar dengan menyembah berhala.
Syubhat yang sering dikemukakan bahwa umat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam tidak akan ada yang berbuat kesyirikan adalah hadits:
إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ فِي جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَلَكِنْ فِي التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ
Sesungguhnya syaithan telah berputus asa untuk disembah oleh orang-orang yang sholat di Jazirah Arab, akan tetapi (ia tidak berputus asa) dalam menimbulkan perselisihan di antara mereka
(H.R Muslim dari Jabir bin Abdillah)
Hadits ini bukanlah dalil yang menunjukkan bahwa umat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam tidak akan ada yang terjatuh pada kesyirikan akbar sama sekali sepeninggal Nabi. Terbukti dari sekian banyak dalil yang ada, termasuk dalil-dalil yang akan dikemukakan dalam bab ini. InsyaAllah akan disebutkan nanti.
Lalu apa yang dimaksud dengan hadits Jabir di atas?
Para Ulama memberikan beberapa penjelasan, di antaranya:
Pertama, Jika disebutkan bahwa syaithan telah putus asa untuk disembah, hal itu sekedar persangkaan dari syaithan saja, dan syaithan tidak mengetahui sesuatu yang ghaib. Bukan berarti hal itu tidak akan pernah terjadi. Perasaan putus asa itu terjadi pada syaithan saat demikian banyaknya kaum muslimin yang masuk Islam pada saat itu, menjelang Nabi meninggal dunia. Hal ini dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin dalam al-Qoulul Mufiid pada poin ke-18 Bab ke-9.
Diperkuat oleh Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad dengan berdalil pada ayat yang menunjukkan Jin tidak mengetahui perkara yang ghaib:
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ
Ketika telah Kami tetapkan kematian kepadanya (Sulaiman), tidak ada yang menunjukkan kepada kematiannya kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Ketika Sulaiman terjatuh, maka nampak jelas bagi Jin bahwa kalau seandainya mereka mengetahui hal yang ghaib niscaya mereka tidak akan menetap dalam adzab yang menghinakan
(Q.S Saba’ ayat 14)
Kedua, hadits itu menunjukkan bahwa tidak akan mungkin keseluruhan umat Nabi Muhammad akan menyembah syaithan semua, adapun pada sebagian orang, maka itu bisa saja terjadi (Penjelasan Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad dalam atTahdziir min Ta’dzhiimil Aatsar ghoiril Masyru’ah)
Ketiga, hadits itu menunjukkan dalil bahwa orang yang benar-benar menjaga dan menegakkan shalat sesuai dengan syariat, merekalah yang akan terjaga dari menyembah syaithan. Sedangkan orang yang hanya memiliki identitas Islam tapi tidak menjaga shalat, maka tidak ada jaminan, dan bisa saja nantinya akan terjerumus ke dalam perbuatan menyembah syaithan. Karena dalam hadits itu disebutkan bahwa syaithan berputus asa untuk disembah oleh orang yang shalat, yaitu yang benar-benar menjaga shalatnya. (disarikan dari penjelasan Syaikh Sholih Aalusy Syaikh dalam syarh Kitabit Tauhid).
Justru dalil-dalil yang ada dalam al-Quran dan hadits menunjukkan bahwa akan ada pihak-pihak dari umat ini yang terjerumus ke dalam kesyirikan. Baik dalil itu menunjukkan isyarat pada perbuatan umat terdahulu dan kemudian Nabi mengkhabarkan bahwa umat beliau akan mengikuti perilaku umat terdahulu, ataupun dalil-dalil yang secara tegas menunjukkan hal itu. Bab ini akan menyebutkan 5 dalil. Dalil pertama hingga ketiga akan menyebutkan ayat alQuran tentang perbuatan umat terdahulu yang menyembah Thaghut (yang akan diikuti umat Nabi Muhammad), dalil keempat akan menyebutkan hadits Nabi bahwa umat beliau akan mengikuti perilaku umat terdahulu, sedangkan dalil keempat dan kelima akan menjelaskan secara tegas hadits Nabi bahwa di kalangan umatnya akan ada yang menyembah berhala (sesembahan lain selain Allah).
Ditulis oleh:
Abu Utsman Kharisman