Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Doa Memohon Ampunan dan Keselamatan Setiap Pagi dan Petang

Dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu anhuma beliau berkata: Rasulullah ﷺ tidak pernah meninggalkan bacaan doa berikut saat petang dan pagi hari:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ فَوْقِي وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي

Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan dalam pekara agama maupun duniaku, juga pada keluarga dan hartaku. Ya Allah tutupilah auratku dan karuniakan rasa aman dari ketakutanku. Ya Allah jagalah aku dari arah depan, belakang, dari sisi kanan maupun kiri, dan juga dari arah atasku. Dan aku berlindung dengan keagungan-Mu dari dibenamkan ke dalam bumi dari arah bawahku.
(Hadits riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah, lafadznya sesuai dengan riwayat Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)

Rasulullah ﷺ memulai doa yang agung ini dengan memohon kepada Allah keselamatan (afiyat) di dunia dan di akhirat. Doa ini merupakan permohonan yang mencakup seluruh bentuk penjagaan dari segala macam kejelekan di dunia dan di akhirat. Dan tiada dipungkiri bahwa nikmat afiyat itu tak tertandingi oleh apapun. Maka barangsiapa yang diberi nikmat afiyat di dunia dan di akhirat sungguh ia telah mendapatkan kebaikan yang sempurna.


Artikel bermanfaat lainnya: Hadits-Hadits tentang Bacaan Dzikir Pagi dan Sore (Bag. ke-5 – Selesai)


Penjelasan Ringkas Perkalimat

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا

Maknanya: aku memohon kepada-Mu penghapusan dosa dan penjagaan dari segala hal yang membahayakanku berupa musibah atau malapetaka (ketika di dunia).

وَالآخِرَةِ

Maknanya: aku memohon kepada-Mu penjagaan dari keadaan-keadaan yang menakutkan dan mengerikan di akhirat, serta berbagai macam bentuk azab padanya.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي

Maknanya: aku memohon kepada-Mu penjagaan dari segala hal yang membuat agamaku menjadi buruk atau bahkan mencacatinya.

وَدُنْيَايَ

Maknanya: aku memohon kepada-Mu wahai Rabbku agar memberikan kepadaku penjagaan dari segala hal yang memudaratkan pada kehidupan duniaku berupa musibah atau malapetaka.

وَأَهْلِي

Maknanya: aku memohon penjagaan untuk keluargaku dari segala cobaan, serta kumohonkan pula untuk mereka agar dijauhkan dari malapetaka dan ujian.

وَمَالِي

Maknanya: aku memohon agar Engkau -ya Allah- menjaganya dari segala hal yang bisa membinasakannya, berupa tenggelam, terbakar, dicuri, atau semacam itu.

Dalam doa ini Rasulullah ﷺ mengumpulkan permohonan kepada Allah penjagaan dari segala kejadian menyakitkan dan membahayakan.


Baca Juga: Dalil Bacaan Dzikir Setelah Shalat


اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي

Yakni (tutupi) seluruh aib dan kekuranganku, demikian pula segala sesuatu yang membuatku malu apabila diketahui orang lain. Masuk pula dalam permohonan ini agar seorang hamba dijaga dari tersingkapnya aurat. Sehingga sangatlah penting bagi seorang wanita untuk selalu membaca doa ini. Terlebih di zaman ini, dimana marak kabiasaan para wanita mengumbar aurat dan mereka tidak lagi peduli untuk menutup auratnya.

وَآمِنْ رَوْعَاتِي

Lafadz آمِنْ merupakan bentuk fi’il amr (kata kerja bermakna perintah) dari kata dasar الأمن yang merupakan lawan dari الخوف (perasaan takut).

Kemudian lafadz رَوعَات merupakan bentuk jamak dari kata رَوعَة yang bermakna ketakutan atau kesedihan.

Dalam potongan doa ini seorang hamba memohon kepada Allah agar menjauhkan dirinya dari segala sesuatu yang membuatnya takut, sedih, ataupun gelisah. Sehingga penggunaan lafadz رَوعَات (ketakutan-ketakutan) dalam bentuk jamak bertujuan agar mencakup seluruh bentuk perasaan takut yang begitu banyak macamnya.


Baca Juga: Membaca al-Quran Dalam Keadaan Berdiri, Duduk ataupun Berbaring


اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ فَوْقِي وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي

Dalam potongan doa ini seorang hamba memohon kepada Allah penjagaan dari segala hal buruk dan membinasakan, yang bisa saja menimpa seseorang dari enam arahnya. Bisa jadi bencana dan keburukan itu datang dari arah depan, belakang, samping kanan maupun kiri, dari arah atas maupun bawahnya. Sedangkan dia benar-benar tidak mengetahui dari arah mana bencana itu akan menimpanya secara tiba-tiba. Atas dasar itu, dia benar-benar memohon kepada Rabbnya agar menjaganya dari seluruh arah tersebut.

Termasuk keburukan terbesar yang sangat dibutuhkan penjagaan darinya ialah keburukan setan yang tiada henti mengintai seseorang (untuk kemudian menghancurkannya saat lengah). Setan akan menghampirinya dari arah depan, belakang, sisi kanan maupun kiri; dengan misi menjerumuskannya ke dalam bencana dan kehancuran. Setan juga berusaha menjauhkannya dari jalan kebaikan. Itu semua termaktub dalam janjinya yang Allah nukilkan dalam surah al-A’raf di ayat ke-17:

ثُمَّ لَآَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Kemudian aku pasti akan datangi mereka dari arah depan, belakang, dan dari sisi kanan maupun kiri mereka. Dan Engkau (ya Allah) tidak akan menjumpai banyak dari mereka yang bersyukur kepada-Mu

Sehingga seorang hamba benar-benar membutuhkan sebuah benteng guna berlindung dari musuh tersebut. Ia juga memerlukan sosok penjaga agar terlindungi dari tipu daya dan keburukan musuh tersebut. Dan dalam doa ini terkandung padanya penjagaan bagi seorang hamba agar setan tak mampu menimpakan keburukan kepadanya dari sisi manapun. Itu semua karena Allah telah menjaga dan melindunginya.

وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي

Ini menunjukkan betapa bahayanya bencana yang bisa saja menimpa seorang hamba dari arah bawahnya. Diantara bentuknya ialah adzab berupa dibenamkan ke dalam bumi. Adzab ini pernah Allah timpakan kepada sebagian hamba-Nya yang menjalani kehidupan di muka bumi tanpa menjalankan ketaatan kepada Sang Pencipta.

Allah berfirman:

فَكُلا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Setiap mereka Kami adzab dengan sebab dosanya. Diantara mereka ada yang Kami kirimkan angin kencang, ada pula yang diluluhlantakkan oleh suara yang menggelegar, ada pula yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan ada pula yang Kami tenggelamkan dalam lautan. Allah tidaklah mendzalimi mereka namun merekalah yang mendzalimi diri-diri mereka sendiri (QS. Al-‘Ankabut: 40)

Sumber penjelasan:
Kutaib Adzkaar ash-Shobah wal Masaa’ (hal.20)

Diterjemahkan oleh:
Abu Dzayyal Muhammad Wafi

Tinggalkan Balasan