Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Kajian Hadits Seputar Mencari Rezeki yang Halal

Bekerja mencari rezeki yang halal adalah suatu amalan yang mulia. Banyak hadits – hadits shahih yang berkaitan dengan hal ini. Tidak sedikit pula hadits – hadits yang lemah dan palsu. Kajian berikut ini mengupas sedikit contoh hadits-hadits shohih dan juga yang lemah dan palsu seputar mencari rezeki yang halal.

 

Beberapa Hadits Shohih

Hadits Pertama:

إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فَمِ امْرَأَتِكَ

Sesungguhnya tidaklah engkau memberikan nafkah, dengan mengharap Wajah Allah (ikhlas), kecuali engkau akan diberi pahala karenanya. Sekalipun nafkah itu (hanya berupa) sesuap (makanan) yang kau suapkan pada istrimu.

(H.R al-Bukhari dari Sahabat Sa’ad bin Abi Waqqosh)

 

Hadits Kedua:

إِنَّ رُوْحَ الْقُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي أَنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ أَجَلُهَا وَ تَسْتَوْعِبَ رِزْقُهَا فَاتَّقُوا اللهَ وَ أَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ وَ لاَ يَحْمِلَنَّ أَحَدُكُمُ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ يَطْلُبَهُ بِمَعْصِيَةِ اللهِ فَإِنَّ اللهَ تَعَالىَ لاَ يُنَالُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ

Sesungguhnya Jibril telah meniupkan ke dalam hatiku bahwa satu jiwa tidak akan mati sampai ajalnya sempurna, dan rezekinya telah terpenuhi, maka bertakwalah kepada Allah dan baiklah dalam mencari (rezeki), dan janganlah salah seorang kalian bila diperlambat rezekinya, maka dia mencarinya dengan cara berbuat maksiat. Karena sesungguhnya tidak diperoleh apa yang ada di sisi-Nya kecuali dengan cara ta’at kepada-Nya.

(H.R alBazzar dan at-Thobroony dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jami’ As-Shaghir: 2085)

 

Hadits Ketiga:

لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ

Kalau seandainya salah seorang dari kalian memanggul kayu bakar di punggungnya itu lebih baik baginya dibandingkan meminta-minta kepada manusia, baik diberi ataupun tidak.

(H.R al-Bukhari)

 

Hadits Keempat:

Aisyah radhiyallahu anha berkata:

كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عُمَّالَ أَنْفُسِهِمْ

Para Sahabat Rasulullah shollallahu alaihi wasallam adalah para pekerja untuk diri mereka sendiri…

(H.R al-Bukhari)

Maksudnya adalah para Sahabat Nabi itu bekerja dengan tangan mereka sendiri seperti berdagang dan bertani. (Umdatul Qori syarh Shahih al-Bukhari (17/290))

 

Hadits Kelima:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ } وَقَالَ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ } ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

Dari Abu Hurairah beliau berkata : Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah adalah Yang Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin sebagaimana diperintahkan kepada Para Rasul: ‘Wahai para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal sholihlah sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kalian lakukan.’ (Q.S al-Mu’minuun: 51). Dan Dia berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari yang kami berikan rezeki kepada kalian’ (Q.S AlBaqoroh: 172). 

Kemudian Rasul menyebutkan kisah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan panjang dalam safar, rambutnya kusut, mukanya berdebu, menengadahkan kedua tangan ke langit dan berdoa : Wahai Rabbku, Wahai Rabbku, tapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi gizi dari yang haram, maka bagaimana bisa dikabulkan doanya?!

(H.R Muslim)

 

Hadits Keenam:

أَنّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم سُئِلَ أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ ؟ قَالَ : عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ ، وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ

Nabi shollallahu alaihi wasallam ditanya: Pekerjaan apakah yang terbaik?

Beliau bersabda: Penghasilan yang didapat seseorang dengan jerih payah tangannya dan setiap jual beli yang jujur (tidak ada penipuan dan pengkhianatan, pent).

(H.R al-Bazzar dan al-Hakim dari Raafi’ bin Khodiij, dinyatakan shahih li ghoirihi oleh Syaikh al-Albaniy)

 

Hadits Ketujuh:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا شَابٌّ مِنَ الثَّنِيَّةِ فَلَمَّا رَأَيْنَاهُ بِأَبْصَارِنَا قُلْنَا : لَوْ أَنَّ هَذَا الشَّابَ جَعَلَ شَبَابَهُ وَنَشَاطَهُ وَقُوَّتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ فَسَمِعَ مَقَالَتَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« وَمَا سَبِيلُ اللَّهِ إِلاَّ مَنْ قُتِلَ؟ مَنْ سَعَى عَلَى وَالِدَيْهِ فَفِى سَبِيلِ اللَّهِ وَمَنْ سَعَى عَلَى عِيَالِهِ فَفِى سَبِيلِ اللَّهِ وَمَنْ سَعَى عَلَى نَفْسِهِ لِيُعِفَّهَا فَفِى سَبِيلِ اللَّهِ وَمَنْ سَعَى عَلَى التَّكَاثُرِ فَهُوَ فِى سَبِيلِ الشَّيْطَانِ 

Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- ia berkata: Ketika kami duduk bersama Rasulullah shollallahu alaihi wasallam, tiba-tiba muncul seorang pemuda dari Tsaniyyah. Ketika kami melihat dia, kami berkata: Duhai seandainya pemuda ini memanfaatkan masa muda, semangat, dan kekuatannya di jalan Allah! Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mendengar ucapan kami.

Beliau bersabda: “Apakah perjuangan di jalan Allah hanya untuk yang terbunuh (berperang) saja? Barangsiapa yang berusaha (mencari nafkah) untuk kedua orangtuanya, ia berada di jalan Allah. Barangsiapa yang berusaha (mencari nafkah) untuk keluarganya, ia berada di jalan Allah. Barangsiapa yang berusaha (mencari nafkah) untuk dirinya (dalam rangka menjaga kehormatannya, tidak meminta-minta, pent), ia berada di jalan Allah. Barangsiapa yang berusaha (bekerja) untuk memperbanyak harta (semata), ia berada di jalan syaithan.”

(H.R al-Baihaqiy dalam as-Sunan al-Kubro, atThobaroniy, dan Abu Nuaim, dinyatakan sanadnya jayyid oleh Syaikh al-Albaniy dalam Silsilah al-Ahaadits as-Shahihah no 2232)

 

Hadits Kedelapan:

مَنْ دَخَلَ السُّوْقَ فَقَالَ : لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَ لَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَ يُمِيْتُ وَ هُوَ حَيٌّ لاَ يَمُوْتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ كَتَبَ اللهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ وَ مَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ وَ رَفَعَ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ دَرَجَةٍ (رواه الترمذي والبزار و الطيالسي)

Barangsiapa yang masuk suatu pasar, kemudian mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAH. LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU YUHYII WA YUMIITU WA HUWA HAYYUN LAA YAMUUT BI YADIHIL KHOYRU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QODIIR (Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nyalah kekuasaan dan pujian. Dia-lah Yang Menghidupkan dan Mematikan, Dialah Yang Maha Hidup tidak mati), akan Allah catatkan bagi dia 1 juta kebaikan dan dihapus 1 juta keburukan dan diangkat 1 juta derajat.

(H.R at-Tirmidzi, al-Bazzaar, dihasankan Syaikh al-Albaniy)

_____________________________

Silakan baca juga sajian kami lainnya:

Buah Manis Kesabaran Meninggalkan Hal yang Terlarang, Meskipun Disukai

Meraup Keutamaan dengan Sedekah

Beberapa Hadits yang Lemah dan Palsu

Hadits Pertama:

مَنْ أَكَلَ اْلحَلاَلَ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نَوَّرَ اللهُ قَلْبَهُ وَأَجْرَى يَنَابِيْعَ الْحِكْمَةِ مِنْ قَلْبِهِ عَلَى لِسَانِهِ

Barangsiapa yang makan makanan halal selama 40 hari, Allah akan menyinari hatinya dengan mengalirkan mata air hikmah dari hati ke lidahnya.

(H.R Abu Nuaim dalam Hilyatul Awliyaa’)

Hadits ini disebutkan dalam Ihyaa’ Uluumuddin. Al-Hafidz al-‘Iraqy (guru al-Haafidz Ibnu Hajar al-‘Asqolaany) menyatakan bahwa: diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam al-hilyah dan diriwayatkan pula oleh Ibnu ‘Adi, dan beliau mengatakan: hadits munkar. Ash-Shaghaany menyatakan hadits ini palsu.

 

Hadits Kedua:

مَنْ لمَ ْيُبَالِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَ الْمَالَ لمَ يُبَالِ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ أَيْنَ أَدْخَلَهُ النَّارَ

Barangsiapa yang tidak peduli dari jalan mana dia mendapatkan harta, maka Allah tidak peduli dari jalan mana ia dimasukkan ke dalam neraka.

(H.R ad-Dailamiy)

Hadits ini disebutkan dalam Ihyaa’ Ulumuddin. Al-Hafidz al-Iraqy menyatakan bahwa: diriwayatkan oleh Ad-Dailamy dari Ibnu Umar, Ibnul ‘Aroby menyatakan bahwa ini adalah hadits bathil dan tidak shohih.

 

Hadits Ketiga:

الْعِبَادَةُ عَشْرَةُ أَجْزَاءٍ، فَتِسْعَةٌ مِنْهَا فِي طَلَبِ الْحَلاَلِ

Ibadah itu ada sepuluh bagian. Yang sembilan di antaranya ada di dalam mencari rezeki yang halal.

(H.R ad-Dailamiy)

Hadits ini disebutkan dalam Ihyaa’ Uluumuddin. Al-Hafidz al-Iraqy menyatakan bahwa: diriwayatkan oleh Ad-Dailamy, dan hadits ini munkar.

 

Hadits Keempat:

مِنَ الذُّنُوْبِ ذُنُوْبٌ لاَ يُكَفِّرُهَا إِلاَّ الْهَمُّ فيِ طَلَبِ اْلمَعِيْشَةِ

Di antara dosa ada dosa yang tidak ada penebusannya kecuali dengan kesusahan dalam (bekerja) mencari penghidupan.

(H.R atThobaroniy)

Hadits ini disebutkan dalam Ihyaa’ Uluumuddin. Al-Hafidz al-Iraqy menyatakan: “dikeluarkan oleh at-Thabraany di dalam al-Awsath, Abu Nu’aim di dalam al-hilyah, al-Khothiib dalam at-Talkhish, dari hadits Abu Hurairah dengan sanad yang lemah”. (Takhrij Hadiitsil Ihyaa’).

Al-Haitsamy juga menukil perkataan Adz-Dzahaby bahwa di dalam perawinya ada Muhammad bin Sallam al-Mishri yang meriwayatkan khabar-khabar palsu dari Muhammad bin Bukair dan hadits ini adalah salah satu yang dia palsukan tersebut.

 

Demikianlah hadits – hadits tentang berusaha mencari rezeki yang halal, dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Kami sebutkan sebagian hadits yang shahih, dan sebagian hadits yang lemah atau palsu berdasarkan penjelasan para Ulama’ ahli hadits.

Semoga bermanfaat.

 

Penulis: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan