Meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Menyebabkan Perpecahan
Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah menyatakan:
Sebab-sebab untuk mendapatkan pertolongan yang Allah janjikan ada 5, yaitu:
- Beribadah kepada Allah tanpa ada kesyirikan, yang tertinggi adalah tauhid,
- kemudian menegakkan shalat,
- menunaikan zakat,
- amar ma’ruf (memerintahkan pada kebaikan)
- dan nahi munkar (melarang dari kemunkaran).
Ini adalah sebab-sebab datangnya pertolongan yang hakiki yang dengannya Allah akan menolong para hamba-Nya. Hal selain itu bukanlah penyebab pertolongan.
Namun yang perlu diperhatikan, mempersiapkan kekuatan (untuk melawan musuh, pent) sudah masuk dalam kelima hal ini. Karena itu termasuk beribadah kepada Allah sesuai dengan yang Allah perintahkan. Setiap yang Allah perintahkan, itu termasuk ibadah.
Bagaimana mungkin seseorang berkata: “Aku berharap pertolongan (Allah) tapi aku tidak mau menegakkan shalat”. Lalu dari mana datangnya pertolongan itu?
Mungkin ada lagi yang berkata: “Aku berharap pertolongan”. Tapi dia tidak memerintahkan kepada yang ma’ruf (kebaikan) dan melarang dari kemunkaran. Lalu dari mana datangnya pertolongan itu?
Haruslah dilakukan amar ma’ruf (memerintahkan pada kebaikan) dan nahi munkar (melarang dari kemunkaran). Kita yakin bahwasanya tidaklah mungkin akan tegak kaum muslimin kecuali dengan amar ma’ruf nahi munkar. Karena mereka jika tidak memerintahkan pada kebaikan dan tidak melarang dari kemunkaran, pasti akan terjadi perpecahan di antara mereka.
Saya katakan: Jika tidak memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemunkaran, pasti dan pasti mereka akan terpecah belah. Karena tujuan dan sasaran mereka tidak lagi satu. Ini adalah sesuatu yang diketahui secara dharuri (tanpa penelitian mendalam, pent).
Misalkan, jika ada yang murtad dari Islam, kemudian kita tidak berupaya mengajak dia kembali pada Islam, maka ia akan berpisah dengan kita dan menempuh jalan selain jalan yang kita tempuh.
Karena itulah Allah Ta’ala berfirman:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Jadilah kalian umat yang mengajak pada kebaikan, memerintahkan pada yang ma’ruf, melarang dari kemunkaran. Mereka itu adalah orang-orang yang beruntung (Q.S Ali Imran ayat 104)
Selanjutnya, Allah berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Janganlah kalian menjadi orang-orang yang berpecah belah dan berselisih setelah datang kepada mereka penjelasan. Mereka itu akan mendapatkan siksaan yang besar (Q.S Ali Imran ayat 105)
Maka itu menunjukkan bahwa jika amar ma’ruf nahi munkar ditinggalkan, akan terjadi perpecahan. Ini sesuai kenyataan dan berjalan sesuai tabiatnya.
Sumber: Tafsir Syaikh Ibn Utsaimin terhadap Surah an-Nuur halaman 364
Teks Bahasa Arab:
فتكون أَسْبَاب النَّصر الَّتِي وعد الله به خمسة: عبادة الله بدون إشراك الَّتِي أعلاها التوحيد، ثم إقام الصَّلاة، وإيتاء الزَّكاة، والْأَمْر بالمعْرُوف، والنَّهْي عن المُنْكر.
فهَذه هي أَسْبَاب النَّصر الحقيقية الَّتِي بها ينصر الله عباده، وما عدا ذَلِك فلَيْسَ بسبب من أَسْبَاب النَّصر، ويلاحظ أن إعداد القوة داخل في ضمن هَذِهِ الأَشْيَاء، لأَنَّه من جملة عبادة الله حيث أمر الله به، وكل ما أمر الله به فهو من العِبادات، أما رجل يَقُول: أتمنى النَّصر لكن لا يقيم الصَّلاة من أين يأتيه النَّصر؟ ويقول: إنه يتمنَّى النَّصر لكنَّه لا يأمر بالمعْرُوف ولا ينهى عن المُنْكر، فمن أين يأتيه النَّصر؟ لا بُدَّ من أمر بمعْرُوف ونهي عن منكر، ولنثق أنَّه لا يُمْكِن أن يقوم للمُسْلِمين قائمة إلَّا بالْأَمْر بالمعْرُوف والنَّهْي عن المُنْكر؛ لأنَّهم إن لم يأمروا بالمعْرُوف وينهوا عن المُنْكر لزم ولابُدَّ التفرق بينهم، أنا أقول: إِذَا لم يأمر النَّاس بالمعْرُوف وينهوا عن المُنْكر، فإنَّه يَلْزَم لزومًا حتميًّا مؤكّدًا أن يتفرقوا، لأَن مشرب النَّاس لَيْسَ واحدًا وهدفهم لَيْسَ واحدًا، هَذَا أمر بالضَّرورة، فمثلًا الَّذِي ارتد عن الإِسْلام إِذَا لم نرده إلى الإِسْلام صَارَ مفارقًا لنا يسلك غير ما نسلك، ولِهَذَا قَالَ اللهُ تعالى: {وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} [آل عمران: 104] ثم قَالَ: {وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ} [آل عمران: 105]؛ فدَلَّ هَذَا على أنَّه بترك الْأَمْر بالمعْرُوف والنَّهْي عن المُنْكر يَكُون التفرق، وهو أمر واقع طبيعي
Penerjemah: Abu Utsman Kharisman