Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Ibnu Qudamah Memakmurkan Ilmu dan Amal di Atas Sunnah

Beliau terlahir di Jammaa’il, suatu daerah di kota Nablus Palestina pada tahun 541 Hijriyah. Telah menghafal alQuran sebelum balig. Sang ayah adalah termasuk guru beliau.

Lebih banyak dikenal dengan sebutan Ibnu Qudamah. Sebutan nama asli jika dideretkan dengan nama ayah dan kakek maupun buyutnya adalah Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah. Memiliki kuniah Abu Muhammad. Digelari dengan sebutan Muwaffaqquddin.

Dalam situasi kecamuk perang dan ancaman para Salibis, sang ayah mengungsikan keluarga itu ke Damaskus Syiria. Sebuah tindakan yang tepat dalam berhijrah untuk menyelamatkan keluarga keturunan Umar bin al-Khoththob radhiyallahu anhu itu.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan:

مَا دَخَلَ “الشَّامَ” – بَعْدَ الأَوْزَاعِيِّ – أَفْقَهَ مِنَ الشَّيْخِ المُوَفَّقِ

Tidaklah ada yang memasuki Syam setelah al-Auza’iy yang lebih faqih dibandingkan Syaikh al-Muwaffaq (Ibnu Qudamah)

Saat berusia sekitar 20 tahun, bersama sepupu beliau, putra bibinya dari jalur ayah, yaitu Abdul Ghoniy al-Maqdisiy, melakukan perjalanan ke Baghdad Irak. Sempat bertemu dan mengambil ilmu dari Syaikh Abdul Qodir al-Jailaaniy sekitar 40-an hari, sebelum meninggalnya Ulama Ahlussunnah tersebut. Tinggal di Baghdad di masa itu sekitar 4 tahun, dan berguru juga kepada Abul Faraj Ibnul Jauziy rahimahullah.

Begitu besar perhatian beliau dalam ilmu fiqh, terlebih madzhab Hanbaliy, beliau memiliki karya kitab fiqh yang disusun secara berjenjang sesuai kebutuhan penuntut ilmu. Dimulai dari tingkatan terbawah atau ringkasan termudah adalah kitab Umdatul Fiqh yang kemudian disyarah oleh sebagian murid beliau, juga disyarah oleh Ibnu Taimiyyah dengan judul al-Uddah Syarhul Umdah. Berikutnya, level yang lebih tinggi bisa membaca karya beliau al-Muqni’. Tingkatan selanjutnya adalah al-Kaafiy, yang Syaikh Ibn Utsaimin juga memiliki syarh terhadap kitab itu. Diakhiri dengan kitab al-Mughniy yang merupakan syarh terhadap “Mukhtashar al-Khiraqiy”.

Kitab al-Mugniy adalah kitab rujukan dalam perbandingan madzhab fiqh Islam. Sampai-sampai seorang Ulama Syafiiyyah yaitu Izzuddin bin Abdissalaam menyatakan: Aku tidak merasa layak berfatwa hingga aku memiliki naskah kitab al-Mughniy karya al-Muwaffaq dan naskah kitab al-Muhallaa karya Ibnu Hazm. Adz-Dzahabiy mengomentari pernyataan Izzuddin bin Abdissalam itu dengan menambahkan 2 kitab yang layak dijadikan rujukan para mufti dan Ulama fiqh, yaitu as-Sunan al-Kabiir karya al-Baihaqiy dan atTamhiid karya Ibnu Abdil Barr. Saat Izzuddin bin Abdissalam diminta membandingkan keilmuan Ulama Syafiiyyah Ibnu Asakir dengan Ibnu Qudamah, beliau lebih mengunggulkan Ibnu Qudamah.

Salah satu murid beliau adalah Dhiyauddin al-Maqdisiy penyusun kitab kumpulan hadits al-Mukhtaroh. Dhiyauddin adalah murid sekaligus keponakan, yaitu putra dari saudara perempuan Ibnu Qudamah. Sehingga, dalam kitab al-Mukhtaroh saat menyebut riwayat yang didapat dari pamannya itu, Dhiyauddin menyatakan: Telah menyampaikan hadits kepada kami Kholiy (pamanku dari jalur ibu). Dhiyauddin ini juga menyusun biografi Ibnu Qudamah dalam 2 juz.

Ibnu Qudamah juga aktif terlibat beberapa pertempuran jihad di bawah kepemimpinan Shalahuddin al-Ayyubiy. Hal itu juga menunjukkan keberanian beliau.

Ibnu Qudamah juga seorang yang ahli ibadah. Banyak berpuasa. Menghidupkan malam dengan qiyamul lail di akhir malam membaca sepertujuh alQuran setiap malam dengan lantunan tilawah yang indah.

Belum lagi antara Maghrib dengan Isya’, jika memungkinkan, beliau akan shalat 4 rakaat, menjadi 2 rokaat 2 rokaat membaca surah as-Sajdah dan al-Mulk di satu shalat, kemudian di shalat berikutnya membaca surah Yasin dan ad-Dukhaan. Beliau juga kerap kali shalat Dhuha 8 rakaat. Banyak melakukan shalat nafilah di rumah sebagaimana penerapan sunnah Nabi.

Beliau adalah seorang yang tawadhu’, dekat dengan orang-orang miskin. Kerap kali sepulang shalat Isya, beliau mengajak serta orang-orang miskin untuk makan malam di rumah beliau.

Akhlak yang mulia pada beliau diakui oleh orang-orang yang mengenalnya. Tidaklah ada yang melihatnya kecuali mencintainya. Saat bertemu dengannya, orang akan mengambil manfaat dengan melihat beliau sebelum beristifadah dari ucapan beliau.

Beliau adalah orang yang sangat penyabar, tidak mudah marah. Begitu tenang dan tidak marah ketika anak-anak kecil membuat keramaian di sekitar beliau. Demikian juga saat budak wanitanya bertindak tidak pantas dan kadang menyakitkan. Beliau sangat sabar. Tidak pernah menyakiti hati para penuntut ilmu.

Bahkan dalam kondisi berdebat pun beliau berdebat dengan tetap tersenyum. Sebagian orang menyatakan: Orang alim ini mengalahkan musuhnya dalam perdebatan dengan senyuman. Dhiyauddin al-Maqdisiy rahimahullah menyatakan:

وَكَانَ لَا يَكَادُ يُنَاظِرُ أَحَدًا إِلَّا وَهُوَ يَتَبَسَّمُ، حَتَّى قَالَ بَعْضُ النَّاسِ: هَذَا الشَّيْخُ يَقْتُلُ خَصْمَهُ بِتَبَسُّمِهِ

Beliau (Ibnu Qudamah) hampir selalu tidaklah mendebat seseorang kecuali dalam keadaan tersenyum. Sebagian orang berkata: Syaikh ini membunuh lawan debatnya dengan senyumannya (Dzail Thobaqot al-Hanabilah 3/288)

Ibnu Qudamah rahimahullah meninggal pada tahun 620 Hijriyah. Keturunan beliau hanya sampai cucu. Kemudian tidak berlanjut setelahnya. Namun karya-karya beliau menjadi warisan yang sangat berharga bagi kaum muslimin setelahnya.

Beliau secara akidah mengikuti manhaj Salaf. Beberapa karya beliau dalam bidang akidah, di antaranya adalah Lum’atul I’tiqod al-Haadiy Ilaa Sabiilir Rosyad, Shifatul Uluww Lillaahil Waahidil Qohhaar, Dzammut Ta’wiil, Mas-alah fi Tahrimin Nadzhor fi Ilmil Kalaam, Fadhoilus Shohaabah, al-Qodar.

Dalam bidang Ushul Fiqh beliau memiliki karya Roudhotun Nadzhir. Dalam bidang adab dan akhlak beliau memiliki beberapa karya di antaranya Kitabut Tawwaabiin, al-Mutahaabbiina fillaah, arRiqqah wal Bukaa’.

Semoga Allah Ta’ala merahmati beliau dengan rahmat yang luas.

Beberapa referensi tentang biografi beliau di antaranya: Dzail Thobaqot al-Hanabilah karya Ibnu Rojab al-Hanbaliy, Siyar A’lamin Nubalaa’ dan Tarikh al-Islam karya adz-Dzahabiy, dan al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir.


Penulis: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan