Sayangilah yang di Bumi, Niscaya yang di Langit Akan Menyayangi Kalian
Setiap perbuatan akan menghasilkan akibat bagi pelakunya. Jika perbuatan itu baik, pelakunya akan mendapatkan kebaikan di dunia maupun di akhirat.
Sayangilah yang di bumi, niscaya yang di langit akan menyayangi kalian. Demikianlah Rasulullah shollallahu alaihi wasallam menyabdakan.
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاء
Para penyayang akan disayangi oleh ar-Rahmaan (Allah). Sayangilah yang ada di bumi, niscaya yang ada di langit akan menyayangi kalian
(H.R atTirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr)
Hadits ini masyhur dikenal dengan sebutan hadits musalsal bil awwaliyyah. Artinya, banyak para Ulama hadits mengijazahkan hadits itu beserta sanad periwayatan kepada muridnya sebagai hadits pertama, dan sebelum menyampaikannya, ia menyatakan: “Ini adalah hadits pertama yang aku riwayatkan dari guruku”. Secara berantai, murid berikutnya nanti akan menyatakan juga kepada muridnya: “Ini adalah hadits pertama yang aku riwayatkan dari guruku”. Demikian seterusnya.
Hal itu seakan-akan memberikan isyarat bahwa ajaran Islam ini landasan utama dan pertamanya dalam muamalah adalah menebar kasih sayang kepada segenap makhluk. Dasar penyampaian ilmu adalah karena kasih sayang.
Baca Juga: Khotbah Jumat: Meneladani Kelembutan Nabi Sebagai Kasih Sayang dari Allah Ta’ala
Karena itu, sebagian Ulama dalam karya-karya mereka tidak jarang mengungkapkan kalimat:
اِعْلَمْ رَحِمَكَ اللهُ
Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu….
Beliau ungkapkan kalimat tersebut sebelum menyebutkan sebuah faidah ilmu beserta dalilnya. Sebagai contoh, mudah kita temui kalimat demikian dalam kitab Tsalatsatul Ushul wa Adillatuha yang diajarkan kepada para penuntut ilmu pemula.
Seseorang yang bukan penyayang, dikhawatirkan tidak mendapatkan kasih sayang dari pihak Yang Paling Berkuasa di atas segala-galanya, yaitu Allah Azza Wa Jalla.
مَنْ لَمْ يَرْحَمْ مَنْ فِي الأَرْضِ لَمْ يَرْحَمْهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ
Barang siapa yang tidak menyayangi yang di bumi, niscaya ia tidak disayangi oleh yang berada di (atas) langit
(H.R Musaddad)
مَنْ لاَ يَرْحَمُ النَّاسَ لاَ يَرْحَمُهُ اللَّهُ
Barang siapa yang tidak menyayangi manusia, Allah tidak menyayanginya
(H.R atTirmidzi dari Jarir bin Abdillah)
Baca Juga: Tidak Terhitung Berdosa Orang yang Tidak Tahu, Tidak Sengaja, dan Dipaksa
Saat perasaan kasih sayang itu telah dicabut dari seseorang, sesungguhnya orang itu adalah orang yang celaka.
لاَ تُنْزَعُ الرَّحْمَةُ إِلاَّ مِنْ شَقِىٍّ
Tidaklah dicabut (perasaan) kasih sayang kecuali dari orang yang celaka
(H.R atTirmidizi, dari Abu Hurairah)
Di antara bentuk kasih sayang itu adalah mudah memaafkan. Jika kita sayang pada sesama, Allah akan menyayangi kita. Jika kita mudah memaafkan, Allah akan memaafkan kesalahan-kesalahan kita.
Umar bin al-Khoththob radhiyallahu anhu berkata:
لَا يُرْحَمُ مَنْ لَا يَرْحَمُ وَلَا يُغْفَرُ لِمَنْ لَا يَغْفِرُ
Tidaklah disayangi (oleh Allah) orang yang tidak menyayangi. Tidaklah diampuni (oleh Allah) orang yang tidak mengampuni (kesalahan orang lain)
(riwayat al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrod)
Tidak hanya berlaku bagi sikap kasih sayang kepada manusia saja, kepada hewan pun juga semestinya kita bersikap sayang. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
وَالشَّاةُ إِنْ رَحِمْتَهَا رَحِمَكَ اللَّهُ
Dan seekor kambing, jika engkau menyayanginya, Allah akan menyayangimu
(H.R Ahmad)
Dikutip dari:
Buku “Islam Rahmatan Lil Alamin”, Abu Utsman Kharisman