Manusia yang Paling Banyak Bersholawat
Dalam sebuah hadits dinyatakan:
أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً
Manusia yang paling berhak terhadapku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bersholawat terhadapku
(H.R atTirmidzi, dinyatakan hasan li ghoirihi oleh Syaikh al-Albaniy dalam Shahih atTarghib)
Apakah yang dimaksud paling berhak terhadap Nabi? Maksudnya adalah yang paling dekat dengan beliau pada hari kiamat, paling layak untuk bisa bertemu dengan beliau nanti, dan yang paling layak untuk beruntung mendapat syafaat beliau (disarikan dari Misykaatul Mashoobiih karya Muhammad bin Abdillah atTibriziy (3/532)).
Al-Munawiy rahimahullah menyatakan: “karena banyaknya bersholawat untuk beliau menunjukkan kejujuran cinta dan keterhubungan yang sempurna. Sehingga kedudukan mereka di akhirat terhadap beliau sesuai dengan kadar mereka dalam hal itu” (at-Taisiir bi Syarhil Jami’is Shoghir (1/640)).
Ibnu Hibban rahimahullah menyatakan: ”Di dalam hadits ini terdapat penjelasan bahwasanya orang-orang yang paling berhak terhadap beliau shollallahu alaihi wasallam pada hari kiamat adalah Ashabul Hadits (orang-orang yang mengkaji dan menyampaikan hadits). Karena tidak ada pada umat ini suatu kaum yang paling banyak bersholawat untuk beliau dibandingkan mereka” (Shahih Ibn Hibban, keterangan terhadap hadits nomor 911 (3/192)).
Al-Khothib al-Baghdadiy rahimahullah berkata: Abu Nuaim berkata kepada kami: “Ini adalah keutamaan yang mulia khusus untuk para perawi dan penukil atsar (riwayat hadits, pent). Karena tidaklah dikenal di kalangan para Ulama yang lebih banyak bersholawat untuk Nabi shollallahu alaihi wasallam dibandingkan kelompok ini, baik secara tertulis maupun secara lisan” (Syarofu Ashaabil Hadits (1/71)).
Al-Iraqiy rahimahullah menyatakan: ”Cukuplah sebagai penjelasan keutamaan Ahlul Hadits bahwasanya mereka adalah manusia yang memiliki bagian terbanyak dalam memperoleh keutamaan sholawat kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Karena mereka mengekalkan penyebutan beliau dalam kitab-kitab mereka, memperbaharui bacaan sholawat dan salam di kebanyakan waktu pada majelis-majelis mudzakarah maupun pelajaran-pelajaran yang mereka sampaikan” (al-Mustakhroj alal Mustadrak (1/21))
Berdasarkan penjelasan para Ulama di atas bisa dipahami bahwasanya orang yang paling banyak bersholawat terhadap Nabi adalah para ahli hadits, yang sibuk dalam mempelajari, mengkaji, mengajarkan dan menerapkan hadits Nabi shollallahu alaihi wasallam.
Dalam tulisan mereka, saat menyebutkan tentang Nabi, mereka bersholawat dengan tulisan. Saat mereka menyampaikan ilmu dan disebut tentang Nabi, mereka pun bersholawat. Saat mengingat-ngingat hafalan menyebut tentang Nabi, mereka pun bersholawat. Saat mereka duduk di majelis ilmu, disebut tentang Nabi, mereka pun bersholawat. Belum lagi, saat mereka menerapkan sunnah-sunnah Nabi, mereka pun bersholawat di waktu-waktu dan tempat-tempat yang disyariatkan untuk bersholawat. Mereka pula yang membuat orang lain bersholawat untuk Nabi, karena mereka mengekalkan penyebutan hadits-hadits Nabi shollallahu alaihi wasallam dalam karya-karya mereka.
Dikutip dari:
Buku “Mari Bersholawat Sesuai Tuntunan Nabi” (Mengupas Seluk Beluk Sholawat dalam Tinjauan Syariat), Abu Utsman Kharisman