Pertanyaan Tentang Shalat Tarawih dan Witir
Pertanyaan dari salah seorang anggota grup WA al I’tishom:
Bismillaah
Min fadhlikum afwan ustadz
Sekedar saran / usulan,
mohon dijabarkan digroup AL ‘ITHISHOM (terkait sholat tarawih).
•Yang dikerjakan 11 raka’at (apa dua² atau juga boleh 4 raka’at salam)
•Cara witir langsung 3 atau 2 terus 1
•Dan dasar orang-orang yang mengerjakan 23 raka’at.
Jazakallohu Khoyron
Jawaban:
Semoga Allah Azza Wa Jalla senantiasa menolong kita untuk mempersembahkan ibadah yang terbaik kepada-Nya.
Shalat tarawih dan witir adalah salah satu ibadah yang disunnahkan di malam bulan Ramadhan. Bisa juga dikatakan bahwa itu adalah termasuk bagian dari Qiyamul Lail (shalat malam) di bulan Ramadhan.
Berkenaan dengan jumlah rakaat dalam shalat tarawih dan witir, kalau secara perbuatan, berdasarkan hadits Aisyah radhiyallahu anha, Nabi shollallahu alaihi wasallam dalam melakukan qiyamul lail di dalam maupun di luar Ramadhan tidak pernah lebih dari 11 rakaat.
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَقَالَتْ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً
Dari Abu Salamah bin Abdirrahman yang mengkhabarkan bahwa ia bertanya kepada Aisyah radhiyallahu anha: Bagaimana sholat Rasulullah shollallahu alaihi wasallam pada bulan Ramadhan? (Aisyah) berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam tidaklah menambah di Ramadhan atau di bulan lain lebih dari 11 rokaat. (H.R alBukhari dan Muslim)
Sedangkan secara ucapan, sabda Nabi shollallahu alaihi wasallam tidaklah membatasi harus berapa rakaat totalnya. Beliau memberikan bimbingan bahwa shalat malam itu dilakukan dua rakaat dua rakaat kemudian diakhiri satu rakaat.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ سَأَلَ رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ مَا تَرَى فِي صَلَاةِ اللَّيْلِ قَالَ مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا خَشِيَ الصُّبْحَ صَلَّى وَاحِدَةً فَأَوْتَرَتْ لَهُ مَا صَلَّى
Dari Abdullah bin Umar beliau berkata: Seseorang laki-laki bertanya kepada Nabi shollallahu alaihi wasallam pada saat beliau di atas mimbar: Bagaimana pendapat anda tentang sholat malam. Rasul bersabda: dua rakaat-dua rakaat. Jika seseorang khawatir kedahuluan Subuh, hendaknya ia sholat 1 rakaat sehingga akan menjadi witir terhadap sholat sebelumnya (H.R al-Bukhari dan Muslim)
Bagi yang ingin melakukan shalat tarawih dan witir dengan total 11 rakaat, lakukanlah dua rakaat dua rakaat dan diakhiri dengan 1 rakaat.
Bagaimana jika 11 rakaat dilakukan 4 rakaat 4 rakaat?
Ada perbedaan pendapat para Ulama.
Pendapat pertama: Boleh.
Namun yang lebih utama adalah dilakukan 2 rakaat 2 rakaat. Ini adalah pendapat anNawawiy dalam syarh Shahih Muslim (6/20)), dan dikuatkan oleh Syaikh al-Albaniy.
Pendapat kedua: Tidak boleh.
Karena seharusnya shalat malam adalah 2 rakaat 2 rakaat sebagaimana hadits Ibnu Umar di atas. Ini dinisbatkan sebagai pendapat al-Imam Ahmad, dan dikuatkan oleh Syaikh Ibn Utsaimin. Syaikh Bin Baz menjelaskan bahwa menurut kebanyakan Ulama hal itu berkisar antara makruh atau haram.
Bagaimana dengan hadits Aisyah yang menunjukkan bahwa secara zhahir Nabi pernah melakukan shalat 4 rakaat 4 rakaat? Yaitu hadits berikut:
يُصَلِّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا
Beliau shalat 4 rakaat. Janganlah tanya bagusnya dan panjangnya shalat itu. Kemudian beliau shalat 4 rakaat. Janganlah tanya bagusnya dan panjangnya shalat itu. Kemudian beliau shalat 3 rakaat (H.R al-Bukhari dan Muslim)
Sebagian Ulama menafsirkan makna hadits Aisyah itu dengan hadits Aisyah juga dalam riwayat lain, bahwa maksud 4 rakaat itu bukanlah dengan satu salam. Namun 4 rakaat dengan 2 salam. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Aisyah riwayat Muslim:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلَاةِ الْعِشَاءِ وَهِيَ الَّتِي يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam shalat antara selesainya shalat Isya – yang disebut oleh orang-orang sebagai al-‘Atamah – hingga fajar, sebanyak 11 rakaat. Beliau salam setiap 2 rakaat dan melakukan witir 1 rakaat (H.R Muslim)
__________________________
baca juga artikel lainnya:
Tunaikanlah Ruku’ dan Sujud dalam Shalat Secara Sempurna, Jangan Tergesa-gesa
Bagaimana cara witir 3 rakaat?
Boleh dilakukan 2 rakaat kemudian 1 rakaat. Boleh juga 3 rakaat langsung dengan satu kali tasyahhud di akhir dan 1 salam.
Di antara dalil bolehnya shalat witir 2 rakaat kemudian 1 rakaat, sebagaimana hadits Nabi dari Abdullah bin Umar riwayat al-Bukhari dan Muslim di atas. Secara perbuatan, itulah yang dilakukan oleh Ibnu Umar:
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يُسَلِّمُ بَيْنَ الرَّكْعَتَيْنِ وَالرَّكْعَةِ فِي الْوِتْرِ حَتَّى يَأْمُرَ بِبَعْضِ حَاجَتِهِ
Bahwasanya Abdullah bin Umar salam setiap dua rakaat dan satu rakaat pada witir. Hingga beliau memerintahkan kepada sebagian keperluan beliau (H.R Malik dalam al-Muwaththa’)
Sedangkan dalil bolehnya melakukan shalat 3 rakaat dengan satu salam dan satu tasyahhud:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُوتِرُ بِثَلاَثٍ لاَ يَقْعُدُ إِلاَّ فِى آخِرِهِنَّ
Dari Aisyah –radhiyallahu anha- beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam witir dengan 3 rokaat tidak duduk (tasyahhud) kecuali di akhir (rokaat) (H.R al-Baihaqy)
Sebagian saudara kita melakukan shalat tarawih dan witir sehingga totalnya adalah 23 rakaat. Hal itu tidak mengapa. Karena Nabi tidak membatasi jumlah rakaatnya.
Pada masa Umar bin al-Khottob pernah dilakukan sholat tarawih berjamaah 11 rokaat dan juga pernah 21 rokaat (Majmu’ Fataawa Ibn Baaz (11/322)). Kedua-duanya pernah dilakukan. Sebagian riwayat menunjukkan bahwa pernah dilakukan 23 rakaat.
عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ أَنَّهُ قَالَ أَمَرَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ وَتَمِيمًا الدَّارِيَّ أَنْ يَقُومَا لِلنَّاسِ بِإِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً قَالَ وَقَدْ كَانَ الْقَارِئُ يَقْرَأُ بِالْمِئِينَ حَتَّى كُنَّا نَعْتَمِدُ عَلَى الْعِصِيِّ مِنْ طُولِ الْقِيَامِ وَمَا كُنَّا نَنْصَرِفُ إِلَّا فِي فُرُوعِ الْفَجْر
Dari as-Saa-ib bin Yazid ia berkata: Umar memerintahkan kepada Ubay bin Ka’ab dan Tamim ad-Daari untuk mengimami manusia dengan 11 rokaat. Imam membaca ratusan ayat sampai-sampai kami bersandar pada tongkat karena lamanya berdiri. Kami tidak berpaling (dari sholat) hingga menjelang fajar. (H.R Malik no 379, Ibnu Abi Syaibah, al-Baihaqy)
عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيْدَ أَنَّ عُمَرَ جَمَعَ النَّاسَ فِي رَمَضَانَ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ وَعَلَى تَمِيْمِ الدَّارِي عَلَى إِحْدَى وَعِشْرِيْنَ رَكْعَةً يَقْرَؤُوْنَ بِالْمِئِيْنَ وَيَنْصَرِفُوْنَ عِنْدَ فُرُوْعِ الْفَجْرِ
Dari as-Saaib bin Yazid bahwasanya Umar mengumpulkan manusia pada Ramadhan (untuk sholat di belakang) Ubay bin Ka’ab dan Tamim ad-Daari 21 rokaat membaca ratusan ayat dan selesai (sholat) menjelang fajar (H.R Abdurrozzaq)
عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ أَنَّهُ قَالَ كَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ فِى زَمَانِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِى رَمَضَانَ بِثَلاَثٍ وَعِشْرِينَ رَكْعَة
Dari Yazid bin Rumaan bahwasanya orang-orang pernah melakukan qiyamul lail di masa Umar bin al-Khoththob pada saat Ramadhan dengan 23 rakaat (H.R Malik)
Wallaahu A’lam
(Abu Utsman Kharisman)