Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Bolehkah Meminta Foto Wanita yang Akan Dilamar?

Pertanyaan:

Wahai Syaikh yang mulia, apakah boleh bagi saya untuk memandang wanita yang hendak saya nikahi tanpa sepengetahuan keluarganya. Misalkan dengan menghadirkan dia pada kerabat saya (perempuan mahram saya bukan dalam jarak safar, pen) sehingga saya bisa melihatnya tanpa sepengetahuan dia dan tanpa sepengetahuan keluarganya. Dalam keadaan saya memiliki tekad kuat dengan izin Allah untuk maju (melamar dia). Namun belum terjadi lamaran. Hanya saja sudah terjadi kesepakatan darinya dan dari ibunya sebelum saya maju secara resmi untuk melamar dia. Saya juga telah melakukan shalat istikharah secara syar’i. Apakah boleh saya melakukan nadzhor (memandang dia) dalam keadaan seperti itu?

Jawaban Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah:

Boleh bagimu melakukan nadzhor (memandang calon istri, pen) demikian. Karena, seseorang jika sudah bertekad hendak melamar seorang wanita dan dugaan kuatnya adalah ia akan diterima, ia boleh memandang kepada wanita itu. Justru disunnahkan untuk melihat kepadanya.

Dengan syarat, tidak boleh berduaan dan dirasa aman dari fitnah terhadap dirinya. Apabila tidak dilakukan hanya berduaan dan aman dari fitnah terhadap dirinya, kemudian ia memandang padanya dengan kadar yang mencukupinya seperti memandang pada wajah, rambut, kedua telapak tangan dan kedua telapak kaki, maka yang demikian tidak mengapa. Bahkan itu termasuk perkara yang sesuai dengan syariat: menjadikan ikatan pernikahan nantinya semakin langgeng.

Sebagian orang berkata: Apakah boleh jika saya minta foto wanita itu? Kita katakan: Tidak boleh.

(Alasannya adalah) Pertama: Foto itu masih akan tetap berada di tangan pelamar meski sekalipun nanti ia ditolak.

Kedua: Foto itu kadang tidak menampakkan gambar yang sesuai kenyataan. Kadang tampilannya lebih buruk dari aslinya atau lebih baik dari aslinya. Sehingga hal itu menipu.

Ketiga: Tidak boleh bagi seseorang untuk memberikan akses kepada siapapun (yang tidak berwenang atau berkepentingan, pen) berupa foto istrinya, putrinya, atau saudarinya, dan semisalnya. Bahkan, hal itu tidak diperbolehkan, karena akan menimbulkan fitnah. Bisa jadi foto tersebut akan jatuh ke tangan orang-orang fasik yang akan bersikap buruk terhadap putri-putrimu. Jika mereka cantik, itu akan menimbulkan fitnah bagi manusia. Jika buruk, akan menjadi sasaran celaan (hinaan) di kalangan manusia.


Sumber: al-Liqo-usy Syahriy 22/19

Transkrip Fatwa dalam Bahasa Arab

السؤال

 فضيلة الشيخ! هل يجوز لي النظر إلى المرأة التي أريد الزواج بها بدون علم أهلها، كأن تحضر إلى قرابة لي فأنظر إليها دون علمها وعلم أهلها، مع العلم أني عازم بإذن الله على التقدم لها، ولكن لم تحصل الخطبة، بل حصل أخذ موافقة منها ومن والدتها قبل أن أتقدم رسمياً إليها، مع أني قد استخرت الاستخارة الشرعية، فهل يجوز لي هذا النظر؟

الجواب

 يجوز لك هذا النظر؛ لأن الإنسان إذا عزم على خطبة امرأة، وغلب على ظنه أنه يجاب، فله أن ينظر إليها بل يسن أن ينظر إليها، بشرط: ألا يكون هناك خلوة، وأن يأمن الفتنة على نفسه، فإذا لم يكن خلوة وأمن الفتنة على نفسه ونظر إليها ما يكفي في رغبته فيها كالنظر إلى الوجه والرأس والكفين والقدمين فإن هذا لا بأس به، بل هو من الأمور المشروعة: فإنه أحرى أن يؤدم بين الزوجين.

أي: أحرى أن يؤلف بينهما.

ويسأل بعض الناس يقول: هل يجوز أن أطلب صورتها في الفوتوغرافية؟ فنقول: لا يجوز.

أولاً: أن الصورة قد تبقى بيد الخطيب حتى وإن رد.

ثانياً: أن الصورة لا تمثل الواقع والحقيقة، قد تشوه المنظر وقد تحسن المنظر، فينخدع الإنسان.

ثالثاً: أنه لا ينبغي للإنسان أن يمكن أحداً من أن يلتقط صورة أهله بناته أو أخواته أو ما أشبه ذلك، بل لا يجوز له هذا؛ لما في ذلك من الفتنة، وربما تقع هذه الصورة بأيدي أناس فساق يعرضون بناتك على الناس، إن كن جميلات صرن فتنة للناس، وإن كن قبيحات صرن مشمتاً للناس.

اللقاء الشهري

Penerjemah: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan