Bolehkah Meruqyah Orang Kafir?
Pertanyaan:
Bolehkah meruqyah orang kafir?
Jawaban Syaikh Robi’ bin Hadi al-Madkhali hafidzhahullah:
Boleh. (Sahabat Nabi) Abu Said meruqyah orang kafir. Ketika keluar bersama rombongan pasukan dan melewati suatu kampung atau aliran air mereka minta dijamu sebagai tamu tapi ditolak. Kemudian kepala kampung itu disengat (binatang berbisa). Penduduk kampung itu datang kepada mereka dan berkata: Pemimpin kami telah disengat (binatang berbisa). Apakah ada di antara kalian yang bisa meruqyah?
Para Sahabat itu berkata: Demi Allah, kami tidak akan meruqyah hingga kalian memberi upah kepada kami. Karena kami sebelumnya telah meminta hak sebagai tamu tapi kalian tidak menjamu kami sebagai tamu. Maka para penduduk kampung itu kemudian setuju memberikan sejumlah kambing (jika nanti berhasil, pent). Sahabat Nabi kemudian meruqyah dengan membacakan alFatihah. Sembuhlah pemimpin kampung itu seakan-akan baru terlepas dari ikatan.
Peruqyah yang ikhlas – semoga Allah memberkahi kalian – dan disetujui oleh Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Beliau menyetujui ruqyah tersebut.
Saat ini ada para peruqyah yang mengambil upah dan harta manusia. Meskipun orang-orang itu (yang diruqyah) tidak mendapat manfaat dari mereka. Bolehnya mengambil upah terhadap ruqyah itu syaratnya adalah orang yang sakit itu menjadi sembuh. Sebagaimana disebutkan dalam hadits ini (hadits al-Bukhari riwayat Abu Said, pent).
Di saat itu (setelah diruqyah ia sembuh) seakan-akan baru terlepas dari ikatan yang membelenggunya. Maka para Sahabat itu mengambil bagian (kambing yang dijanjikan). Kalau seandainya tidak sembuh, mereka tidak akan mengambil bagian upah itu.
Saat ini ada peruqyah yang rakus harta. Ia pergi kepada orang sakit atau yang terkena musibah. Orang sakit itu tidak mendapat manfaat (dari ruqyah itu) dan hartanya diambil. Harta yang diambil ini adalah haram. Baarakallaahu fiik (semoga Allah memberikan keberkahan pada anda).
(As-ilah Muhimmah Baynar Ruqyah war Ruqaa)
Sumber: http://www.rabee.net/ar/questions.php?cat=18&id=106
Lafadz Asli Fatwa dalam Bahasa Arab:
هل تجوز رقية الكافر؟
الجواب
تجوز. أبو سعيد رقى كافرًا، لما خرج في سرية ومَرُّوا بحيٍّ أو بماء فاستضافوهم فلم يضِيفوهم، فلُدغ سيدهم فجاءوا وقالوا: سيدنا قد لدغ؛ فهل فيكم من راقٍ؟ قالوا: واللهِ لا نرقيه حتى تجعلوا لنا جعلا ؛ استضفناكم فلم تُضِيفونا! فأعطوهم قطيعًا من الغنم، ورقاه بالفاتحة؛ فشفي فكأنما نشط من عقال! يعني الراقي مخلص -بارك الله فيكم-، وأقره رسول الله عليه الصلاة والسلام أقره على هذه الرقية
الآن الراقون يأخذون الأجور والأموال من الناس -وإن لم يستفيدوا منهم-! وجواز أخذ الأجر على الرقية مشروط بشفاء هذا المريض؛ كما في هذا الحديث: في الوقت نفسه كأنما نشط من عقال! فأخذوا القطيع، ولو كان ما شفي؛ ما أخذوا القطيع.
فالآن يلهف الراقي بالأموال ويذهب المريض بمرضه والمصاب بمصيبته، ولا يستفيد وماله منهوب، فتكون هذه الأموال التي يأخذها حرامًا! بارك الله فيك.
Penerjemah: Abu Utsman Kharisman