Berkurban Atau Membayar Utang
Pertanyaan:
Apakah hukum berkurban jika seseorang memiliki utang yang masih belum jatuh tempo? Apakah sah kurbannya, atau ia harus meminta izin kepada pemberi pinjaman?
Jawaban Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah:
Pandangan saya, janganlah seorang berkurban jika ia memiliki utang. Kecuali jika utangnya itu masih ditangguhkan dan orang itu mengetahui dalam dirinya bahwa jika sudah jatuh tempo utang itu, ia mampu melunasinya. Dalam kondisi seperti itu tidak mengapa ia berkurban. Kalau tidak demikian, mestinya ia simpan dirham-dirham miliknya untuk membayar utang.
Masalah utang adalah masalah yang penting – wahai saudara kami-. Rasul shollallahu alaihi wasallam jika beliau dihadapkan pada jenazah (yang memiliki utang), beliau tidak menyalatkan. Pada suatu hari beliau dihadapkan pada jenazah seorang Anshar. Beliaupun maju beberapa langkah. Kemudian beliau bertanya: Apakah ia memiliki utang? Para Sahabat menjawab: Ya. Nabi bersabda: Silakan shalatkan sahabat kalian ini. Tapi Nabi tidak hendak menyalatkan.
Hingga bangkitlah Abu Qotadah –semoga Allah meridhainya- berkata: Tanggungan 2 dinar itu, biar saya yang akan membayarnya. Nabi bersabda: Itu adalah hak orang yang terlilit utang dan dengannya sang mayit telah terlepas dari tanggungan? Abu Qotadah menyatakan: Ya, wahai Rasulullah. Kemudian Nabi pun menyalatkan jenazahnya.
Pada saat Nabi ditanya tentang kematian syahid di jalan Allah dan bahwasanya hal itu menghapuskan semua dosa, beliau berkata: Kecuali utang. Kematian syahid tidak bisa menggugurkan utang.
Sehingga masalah utang bukanlah perkara yang ringan, wahai saudara kami. Selamatkanlah diri kalian. Jangan sampai suatu negeri terkena masalah ekonomi di masa mendatang. Karena orang-orang yang berutang dan meremehkan masalah utang, ia akan mengalami kebangkrutan setelahnya, demikian juga bisa bangkrut orang berikutnya yang memberi pinjaman (saat utang itu dilalaikan, tidak dibayar,pen).
Permasalahannya sangat berbahaya. Selama Allah Azza Wa Jalla memberi kemudahan kepada para hamba untuk beribadah dengan harta dan tidak Allah bebankan kepada mereka kecuali jika ada kelapangan saja, maka hendaknya ia memuji Allah dan bersyukur.
Sumber: al-Liqa’ asy-Syahriy (53/37)
Transkrip dalam Bahasa Arab
السؤال
سائل يقول: ما حكم الأضحية إذا كانت بدين مؤجل؛ هل تجزئ أو لا بد من الاستئذان من صاحب الدين؟
الجواب
لا أرى أن يضحي الإنسان وعليه دين إلا إذا كان الدين مؤجلاً، وهو عالم من نفسه أنه إذا حل الدين تمكن من وفائه، فلا بأس أن يضحي وإلا فليدخر الدراهم التي عنده للدين
الدين مهم -يا إخواننا- كان الرسول عليه الصلاة والسلام إذا قدم إليه رجل يصلي عليه ترك الصلاة عليه، حتى إنه في يوم من الأيام قُدِّم إليه رجل من الأنصار فخطا خطوات ثم قال: (هل عليه دين؟ قالوا: نعم
قال: صلوا على صاحبكم، ولم يصل عليه، حتى قام أبو قتادة رضي الله عنه وقال: الديناران عليَّ
فقال: حق الغريم وبرئ منه الميت
قال: نعم يا رسول الله! فتقدم وصلى
ولما سئل عن الشهادة في سبيل الله وأنها تكفر كل شيء قال: (إلا الدين) الشهادة لا تكفر الدين، فالدين ليس بالأمر الهين -يا إخواننا- أنقذوا أنفسكم، لا تصاب البلاد بمصيبة اقتصادية في المستقبل؛ لأن هؤلاء الذين يستدينون ويستهينون بالدين سيفلسون فيما بعد ثم يفلس من ورائهم الذين دينوهم، فالمسألة خطيرة للغاية، وما دام الله عز وجل يسر للعباد العبادات المالية ألا يقوم بها الإنسان إلا إذا كان عن سعة فليحمد الله وليشكر
اللقاء الشهري للشيخ ابن عثيمين
CATATAN PENERJEMAH
Hadits yang dimaksudkan oleh Syaikh Ibn Utsaimin ketika mayit memiliki utang kemudian Abu Qotadah siap menanggungnya, adalah hadits berikut:
عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: تُوُفِّيَ رَجُلٌ فَغَسَّلْنَاهُ، وَحَنَّطْنَاهُ، وَكَفَّنَّاهُ، ثُمَّ أَتَيْنَا بِهِ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عَلَيْهِ، فَقُلْنَا: تُصَلِّي عَلَيْهِ؟ فَخَطَا خُطًى، ثُمَّ قَالَ: أَعَلَيْهِ دَيْنٌ؟ قُلْنَا: دِينَارَانِ، فَانْصَرَفَ، فَتَحَمَّلَهُمَا أَبُو قَتَادَةَ، فَأَتَيْنَاهُ، فَقَالَ أَبُو قَتَادَةَ: الدِّينَارَانِ عَلَيَّ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: حَقُّ الْغَرِيمُ، وَبَرِئَ مِنْهُمَا الْمَيِّتُ؟ قَالَ: نَعَمْ، فَصَلَّى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ بَعْدَ ذَلِكَ بِيَوْمٍ: مَا فَعَلَ الدِّينَارَانِ؟ فَقَالَ: إِنَّمَا مَاتَ أَمْسِ، قَالَ: فَعَادَ إِلَيْهِ مِنَ الْغَدِ، فَقَالَ: لَقَدْ قَضَيْتُهُمَا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْآنَ بَرَدَتْ عَلَيْهِ جِلْدُهُ
Dari Jabir ia berkata: Seorang laki-laki meninggal, kemudian kami mandikan, beri hanuth (wewangian) dan kami kafani. Kemudian kami bawa kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam untuk dishalatkan. Kami berkata: Apakah anda berkenan menyalatkannya? Kemudian beliau melangkah beberapa langkah dan berkata: Apakah ia punya tanggungan utang? Kami berkata: Ada 2 dinar. Nabi pun berpaling. Kemudian Abu Qotadah siap menanggung pembayaran utang itu. Kami bawa Abu Qotadah kepada Nabi. Abu Qotadah berkata: 2 dinar itu biar saya yang menanggungnya. Kemudian Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bertanya: Apakah memang sebesar itu tanggungan orang yang terlilit utang tersebut dan dengan itu (jika dibayar) akan terbebas? Abu Qotadah menyatakan: Ya. Kemudian Rasul pun menyalatkan. Kemudian keesokan harinya Nabi menanyakan: Bagaimana kabar 2 dinar itu, sudahkah dibayarkan? Abu Qotadah menyatakan: Ia baru meninggal kemarin (masih sedang diupayakan, pen). Keesokan harinya lagi Nabi kembali mengulang pertanyaan (tentang 2 dinar itu, apakah sudah dilunasi pada pihak yang meminjamkan, pen). Abu Qotadah berkata: Sudah saya lunasi. Kemudian Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: “Barulah sekarang mendingin kulit mayit itu” (H.R Ahmad dari Sahabat Jabir bin Abdillah, dishahihkan Syaikh al-Albaniy dalam Shahih atTarghib wat Tarhib)
Penerjemah: Abu Utsman Kharisman