Tafsir Surah asy-Syarh ayat 1-4: Tiga Nikmat Allah Pada Nabi Di Permulaan Surah asy-Syarh
Surah asy-Syarh ayat 1-4
Allah Ta’ala berfirman:
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ (1) وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ (2) الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ (3) وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ (4)
Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Nabi Muhammad), meringankan beban (tugas-tugas kenabian) darimu, yang memberatkan punggungmu, dan meninggikan (derajat)-mu (dengan selalu) menyebut-nyebut (nama)-mu?(Q.S asy-Syarh ayat 1-4)
Makna Secara Umum
Allah Ta’ala mengingatkan 3 nikmat pada Nabi-Nya dalam ayat-ayat ini, yaitu:
- Dilapangkannya dada beliau
- Diringankannya beban yang memberatkan punggung beliau
- Ditinggikannya penyebutan beliau
(disarikan dari Tatimmah Adhwaail Bayaan karya Syaikh Athiyyah bin Muhammad Salim)
Keterhubungan dengan Ayat pada Surah Lain
Ayat ke-1 Surah asy-Syarh semakna dengan ayat di surah lain, yaitu:
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ
Barang siapa yang Allah menginginkan untuk memberikan petunjuk kepadanya, Allah lapangkan dadanya dalam menerima Islam (Q.S al-An’aam ayat 125)(Lihat Tafsir Ibn Katsir 8/429).
Ayat ke-2 dan 3 surah asy-Syarh semakna dengan ayat di surah lain, yaitu:
لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ
Agar Allah mengampuni dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang (Q.S al-Fath ayat 2)(Tafsir Ibn Katsir 8/430)
Hadits Nabi yang Berkaitan dengan Ayat-Ayat Tersebut
Dilapangkannya dada Nabi shollallahu alaihi wasallam berkaitan erat dengan proses pembelahan dada beliau baik saat Nabi masih kecil maupun saat Nabi akan mengalami Isra’ dan Mi’raj.
Saat masih kecil, Malaikat Jibril datang membelah dada Nabi, mengeluarkan segumpal darah dari hati Nabi yang itu bagian hinggapnya setan pada hati manusia, dibuang. Kemudian hati Nabi dicuci dengan air zam-zam.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَتَاهُ جِبْرِيلُ -صلى الله عليه وسلم- وَهُوَ يَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ فَأَخَذَهُ فَصَرَعَهُ فَشَقَّ عَنْ قَلْبِهِ فَاسْتَخْرَجَ الْقَلْبَ فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً فَقَالَ هَذَا حَظُّ الشَّيْطَانِ مِنْكَ. ثُمَّ غَسَلَهُ فِى طَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ لأَمَهُ ثُمَّ أَعَادَهُ فِى مَكَانِهِ وَجَاءَ الْغِلْمَانُ يَسْعَوْنَ إِلَى أُمِّهِ – يَعْنِى ظِئْرَهُ – فَقَالُوا إِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ قُتِلَ. فَاسْتَقْبَلُوهُ وَهُوَ مُنْتَقَعُ اللَّوْنِ. قَالَ أَنَسٌ وَقَدْ كُنْتُ أَرَى أَثَرَ ذَلِكَ الْمِخْيَطِ فِى صَدْرِهِ.
dari Anas bin Malik –semoga Allah meridhainya- bahwasanya Rasulullah shollallahu alaihi wasallam didatangi oleh Jibril –shollallahu alaihi wasallam- pada saat Nabi (yang masih kecil) sedang bermain dengan 2 anak kecil, Nabi dipegang dan direbahkan kemudian dibelah dadanya, hatinya dikeluarkan, dan dilepaskan dari hati itu segumpal darah, kemudian dikatakan: Ini adalah bagian syaithan darimu. Kemudian hati itu dicuci pada baskom dari emas dengan air zam-zam kemudian digabungkan lagi kemudian dikembalikan ke tempatnya. Kedua anak kecil (temannya tadi) lari menuju ibunya –yaitu ibu susuan Nabi – dan berkata: Sesungguhnya Muhammad telah dibunuh. Kemudian mereka mendatangi Nabi yang sedang berubah wajahnya (karena sedih atau ketakutan). Anas berkata: Sungguh aku melihat bekas jahitan di dada beliau (H.R Muslim)
Sedangkan pembelahan dada sebelum Nabi mengalami Isra’ dan Mi’raj adalah untuk mengisikan keimanan dan hikmah secara penuh ke dalam hati beliau.
بَيْنَا أَنَا عِنْدَ الْبَيْتِ بَيْنَ النَّائِمِ وَالْيَقْظَانِ إِذْ سَمِعْتُ قَائِلاً يَقُولُ أَحَدُ الثَّلاَثَةِ بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ. فَأُتِيتُ فَانْطُلِقَ بِى فَأُتِيتُ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ فِيهَا مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ فَشُرِحَ صَدْرِى إِلَى كَذَا وَكَذَا ». قَالَ قَتَادَةُ فَقُلْتُ لِلَّذِى مَعِى مَا يَعْنِى قَالَ إِلَى أَسْفَلِ بَطْنِهِ « فَاسْتُخْرِجَ قَلْبِى فَغُسِلَ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ أُعِيدَ مَكَانَهُ ثُمَّ حُشِىَ إِيمَانًا وَحِكْمَةً
Ketika aku sedang berada di dalam rumah, antara terjaga dan tidur, aku mendengar ada satu orang dari 3 orang berkata. Kemudian didatangkan kepadaku dan aku dibawa oleh mereka. Didatangkan kepadaku baskom dari emas di dalamnya ada air zam-zam kemudian dadaku dibelah hingga ini dan ini. Qotadah berkata: Aku bertanya kepada orang yang bersamaku, apa maksudnya. Ia berkata: Hingga di bawah perut. Kemudian hatiku dikeluarkan, dicuci dengan air zam-zam kemudian dikembalikan ke tempatnya. Kemudian dipenuhi dengan keimanan dan hikmah (H.R Muslim dari Anas)
Nukilan dan Intisari Penjelasan Ulama
– Penafsiran ayat ke-1 surah asy-Syarh:
Al-Baghowiy rahimahullah menyatakan: Bukankah Kami telah membukakan, melapangkan, dan melembutkan hatimu dengan keimanan, kenabian, ilmu, dan hikmah (Ma’alimut Tanzil fi Tafsiril Quran 5/274)
Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah menyatakan: Kami melapangkannya untuk menerima ketetapan Allah atau hukum Allah yang syar’i maupun qodariy. Ini tercapai secara sempurna pada Rasul -semoga sholawat dan salam tercurah kepada beliau dan keluarga beliau- (Tafsir Juz Amma Libni Utsaimin)
– Penafsiran ayat ke-2 dan 3 surah asy-Syarh:
Menurut Mujahid -salah seorang tabi’i- makna wizrok adalah dosamu. Sebagaimana diriwayatkan dalam tafsir atThobariy. Artinya, Allah mengampuni dosa Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam yang telah lalu maupun yang akan datang, sebagaimana disebutkan dalam surah al-Fath ayat 2.
Dosa-dosa Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam yang dimaksud adalah sebelum beliau menjadi Nabi atau di masa Jahiliyyah. Seperti keterlibatan Nabi bersama kaumnya, misalkan saat perang Fijar, dan beliau juga makan sembelihan mereka.
Tetapi Nabi kita shollallahu alaihi wasallam terjaga dari kesyirikan sejak dahulu. Beliau tidak pernah menyembah berhala. Beliau juga terhindarkan dari sifat buruk dusta dan khianat, maupun akhlak-akhlak rendahan, seperti perbuatan zina. Karena diutusnya Nabi adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. (Faidah penjelasan Ibnu Athiyyah dalam al-Muharrar al-Wajiz (5/496-497) dan
Syaikh Ibn Utsaimin dalam Tafsir Juz Amma).
Begitu beratnya beban dosa dirasakan oleh orang-orang mulia, seperti para Nabi, sehingga diibaratkan “memberatkan punggung”. Kata Syaikh Ibn Utsaimin, kalau suatu beban itu bagi punggung terasa berat, bagi anggota tubuh lain akan lebih terasa berat. Makna “anqodho dzhohrok” itu lebih ke arah beban yang begitu berat, sampai terdengar bunyi penyangganya (disarikan dari Tafsir alQurthubiy 20/106).
– Penafsiran ayat ke-4 surah asy-Syarh:
Mujahid rahimahullah menyatakan:
لَا أُذْكَرُ إِلَّا ذُكِرْتَ مَعِي: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
Tidaklah Aku (Allah) disebut, melainkan engkau disebut bersamaku (dalam ucapan): ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAHU WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASULULLAH (Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah)(riwayat Abdurrazzaq dalam tafsirnya)
Qotadah rahimahullah menyatakan:
رَفَعَ اللهُ ذِكْرَهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، فَلَيْسَ خَطِيْبٌ، وَلَا مُتَشَهِّدٌ، وَلَا صَاحِبُ صَلَاةٍ، إِلَّا يُنَادِي بِهَا: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله
Allah mengangkat penyebutan beliau di dunia dan di akhirat. Tidaklah ada khotib, orang yang mengucapkan syahadat, orang yang shalat, melainkan ia menyeru dengan ucapan: ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASULULLAH (riwayat atThobariy dalam tafsirnya)
Sebagian Pelajaran yang Bisa Dipetik
- Allah ingatkan nikmat-Nya kepada Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Tidaklah ada nikmat yang diterima Nabi melainkan berasal dari Allah. Hal ini semakin menguatkan tauhid kita terhadap Allah Ta’ala.
- Allah melapangkan dada Nabi-Nya, sehingga syariat beliau adalah syariat yang lapang, ringan, mudah. Tidak memberatkan. (Disarikan dari faidah tafsir Ibn Katsir).
- Barang siapa yang ingin dadanya lapang, hatinya luas, teladanilah Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam dalam ucapan, perilaku, dan tindak-tanduk beliau. Karena beliau adalah sosok paripurna yang telah dilapangkan dadanya oleh Allah Ta’ala.
- Dosa adalah beban terberat yang dirasakan oleh orang beriman. Semakin kuat keimanannya, semakin terasa dosa itu membebaninya. Berbeda dengan orang munafik, tidak merasa berat dengan dosa yang telah dilakukan, justru merasa ringan-ringan saja seakan tanpa beban. Hal ini memotivasi kita untuk banyak bertobat dan beristighfar serta melakukan hal-hal yang bisa menghapus dosa-dosa kita.
- Kedudukan Nabi kita shollallahu alaihi wasallam adalah kedudukan yang tinggi dan mulia. Dialah Allah yang mengangkat kedudukan dan penyebutan beliau. Tidaklah ada orang yang bersyahadat, melainkan akan menyebut Allah sebagai sembahan satu-satunya dan mempersaksikan Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam sebagai utusan Allah.
Penulis: Abu Utsman Kharisman
