Khotbah Jumat: Memenuhi Undangan Allah 5 Waktu dengan Shalat Berjamaah di Masjid Bagi Muslim Laki-laki
Disampaikan di Masjid Taman Bahagia Kota Probolinggo pada 17 Syawwal 1445 H/ 26 April 2024 M
Khotbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ باِللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} .{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً}
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…
Segala puji bagi Allah Ta’ala, atas berkat taufiq dan pertolongan-Nya, kita bisa menghadiri ibadah shalat Jumat ini. Tiada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan-Nya.
Marilah para bapak dan saudara-saudara sekalian, jangan hanya kita mendatangi masjid-masjid saat shalat Jumat saja. Namun semestinya, setiap panggilan kumandang adzan shalat 5 waktu, kita penuhi panggilan Allah itu dengan melaksanakan shalat berjamaah.
Sungguh, ketika Allah mengundang kita melalui lantunan adzan: Hayya alas Sholaah…Dialah yang paling berhak untuk kita tunaikan undangannya. Jika kita biasa begitu bersegera memenuhi panggilan dan undangan atasan kita, atau pejabat yang kita hormati, sesungguhnya panggilan dan undangan Allah lebih layak untuk kita perhatikan dan datangi.
Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…
Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya ketakwaan, serta meminta kepada kita agar jangan meninggal kecuali dalam keadaan sebagai seorang muslim. Sebagaimana ayat pertama yang tadi saya baca di permulaan khotbah.
Bagaimana cara agar kita meninggal dalam keadaan muslim? Salah satu upaya yang bisa kita tempuh adalah dengan menjaga shalat berjamaah 5 waktu di masjid bagi para muslim laki-laki.
Sahabat Nabi Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَلْقَى اللهَ غَدًا مُسْلِمًا، فَلْيُحَافِظْ عَلَى هَؤُلَاءِ الصَّلَوَاتِ حَيْثُ يُنَادَى بِهِن
Barang siapa yang suka berjumpa dengan Allah esok dalam keadaan sebagai seorang muslim, hendaknya ia menjaga shalat-shalat ini ketika dikumandangkan adzan (dengan shalat berjamaah di masjid)(H.R Muslim)
Sehingga dari atsar Ibnu Mas’ud itu kita mendapatkan faidah ilmu bahwa jika seseorang muslim laki-laki ingin istiqomah di atas Islam hingga meninggalnya, teruslah berusaha untuk melaksanakan shalat berjamaah 5 waktu di masjid selama tidak ada udzur baginya.
Saudaraku….
Shalat di rumah adalah shalat untuk kaum wanita muslimah. Mereka lebih utama shalat di rumah dibandingkan shalat di masjid. Shalat di rumah juga adalah untuk melaksanakan shalat sunnah. Sedangkan shalat wajib bagi laki-laki tempatnya adalah di masjid kecuali jika ia mengalami udzur karena sakit, hujan, safar, dan udzur-udzur syar’i lainnya.
Sekhusyu’-khusyu’nya ibadah seorang laki-laki di rumah tidak akan bisa menandingi shalat berjamaah di masjid. Bahkan, tidak akan sempurna shalat wajib yang dilakukan seorang laki-laki di rumahnya apabila ia mendengar kumandang adzan dan mampu untuk menghadirinya, tapi ia memilih shalat di rumah, padahal ia tidak memiliki udzur.
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِهِ فَلَا صَلَاةَ لَهُ إِلَّا مِنْ عُذْرٍ
Barang siapa yang mendengar adzan, kemudian tidak mendatanginya (untuk sholat berjamaah di masjid, pent) maka tidak ada shalat baginya kecuali jika ia memiliki udzur (H.R Ibnu Majah dari Ibnu Abbas)
Banyak di antara kita yang sudah mengetahui bahwa shalat berjamaah yang dilakukan di masjid memiliki kelipatan 25 atau dalam sebagian riwayat 27 kali lipat. Sedangkan jika seseorang laki-laki shalat di rumahnya, sehebat-hebatnya shalat yang ia lakukan hanyalah mendapatkan kelipatan 1 kali saja.
Kita anggap seorang muslim yang shalat di rumah, benar-benar khusyu’ secara sempurna, dan tata cara shalatnya sempurna benar seperti yang dicontohkan Nabi, maka ia hanya mendapat pahala 1 saja. Berbeda dengan seorang yang shalat berjamaah di masjid, meskipun seandainya pahalanya tidak sempurna, misalkan ia hanya mendapat 1/3 bagian dari shalatnya, namun jika dikalikan 27 maka ia mendapatkan pahala 9. Masih jauh lebih baik dan lebih besar pahala shalat berjamaah di masjid dengan segala keterbatasannya, jika dibandingkan shalat sendirian di rumah.
Bayangkan, betapa banyak kerugian kita melewatkan kelipatan-kelipatan 25 atau 27 shalat kita jika kita selalu shalat wajib di rumah. Sungguh seorang yang cerdas dan berakal akan berjuang untuk mendapatkan kelipatan-kelipatan yang banyak bagi pahala shalatnya. Dalam sehari semalam saja, apabila kita selalu shalat di rumah, meninggalkan shalat berjamaah di masjid, maka kita telah melewatkan sebanyak 135 kali kelipatan shalat kita yang didapat dari 27 dikalikan 5 waktu shalat.
Padahal shalat adalah modal utama kita saat nanti saat berjumpa dengan Allah Ta’ala. Karena yang pertama kali dihisab pada seseorang adalah amalan shalatnya.
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلَاةُ
Sesungguhnya amal pertama kali yang dihisab (diperhitungkan) pada seorang manusia pada hari kiamat adalah shalatnya (H.R Abu Dawud)
Dengan meninggalkan shalat berjamaah di masjid, begitu banyak modal kita yang terkurangi. Berlipat-lipat pahala kita tinggalkan begitu saja.
Apabila dalam urusan dunia, kita mungkin mengejar kelipatan keuntungan yang besar dari bisnis maupun usaha kita, lalu bagaimana dengan modal kita di akhirat nanti? Akankah kita abaikan? Apakah kita rela keuntungan-keuntungan besar itu terlewatkan begitu saja sedangkan usia kita begitu pendek? Tidak, demi Allah.
Maka mari saudaraku kaum muslimin, datangi undangan Allah di setiap panggilan adzan 5 waktu. Shalatlah berjamaah di masjid karena Allah. Makmurkan masjid dengan ibadah dan amal sholih. Semoga Allah Ta’ala mengaruniakan keikhlasan dan kesesuaian amal kita dengan sunnah Nabi shollallahu alaihi wasallam.
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Sesungguhnya yang (pantas) memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, mendirikan salat, menunaikan zakat, serta tidak takut (kepada siapa pun) selain Allah. Mereka itulah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S atTaubah ayat 18)
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
Khotbah Kedua:
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَاهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Saudaraku, kaum muslimin, rahimakumullah.
Ketika sahabat Nabi, Ibnu Umar radhiyallahu anhu, berada di pasar, beliau melihat para laki-laki bergegas menutup toko mereka ketika adzan berkumandang, lalu berangkat ke masjid untuk shalat berjamaah. Ibnu Umar menyatakan, “Tentang orang-orang seperti mereka inilah Allah menurunkan firman-Nya,
رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
“‘Para lelaki yang tidak dibuat lalai oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah, menegakkan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut akan datangnya hari yang ketika itu hati dan penglihatan menjadi guncang.’” (an-Nur: 37)
Atsar Ibnu Umar tersebut diriwayatkan oleh al-Imam ath-Thabari di dalam Tafsir-nya.
Seorang sahabat Nabi yang buta pernah meminta izin kepada Nabi untuk tidak menghadiri shalat berjamaah di masjid karena tidak memiliki penuntun. Pada awalnya, Nabi mengizinkan. Namun, Nabi kemudian bertanya apakah dia mendengar adzan. Sahabat tersebut menjawab, “Ya.” Nabi pun memerintahkan agar sahabat tersebut tetap mendatangi panggilan adzan. Demikian disebutkan dalam hadits Abu Hurairah riwayat Muslim.
Saudaraku, jika sahabat yang buta saja demikian keadaannya, semestinya orang yang sehat lebih bersemangat untuk melakukan shalat berjamaah lima waktu di masjid.
al-Imam asy-Syafii rahimahullah menyatakan:
فَلَا أُرَخِّصُ لِمَنْ قَدَرَ عَلَى صَلَاةِ الْجَمَاعَةِ فِي تَرْكِ إتْيَانِهَا إلَّا مِنْ عُذْرٍ
Aku tidaklah memberikan keringanan bagi orang yang mampu mendatangi shalat berjamaah bahwa hendaknya mereka mendatangi shalat berjamaah itu kecuali jika memiliki udzur (al-Umm karya asy-Syafii dan dinukil pula oleh al-Muzaniy dalam Mukhtasharnya)
Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan taufik, kemudahan, dan pertolongan kepada segenap kaum muslimin menuju berbagai kebaikan.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ .وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِينَ
Oleh: Abu Utsman Kharisman