Jangan Lupakan Saudara Kita Dalam Untaian Doa
Apa yang terbesit dalam benak kita pada saat hendak berdoa kepada Allah? Misalkan, di waktu yang lapang, kesempatan saat mustajabah doa, kita berkeinginan memanjatkan doa. Doa apa yang akan kita ungkapkan?
Wajar jika terbetik keinginan mendoakan diri dan keluarga. Namun, jangan lupakan saudara kita yang lain dalam untaian doa kita.
Bisa jadi ada saudara kita yang sakit, kita doakan kesembuhannya. Atau saudara kita yang sedang terlilit utang, kita doakan agar Allah Ta’ala membantunya.
Bisa juga fulan yang saat ini sedang terjebak dalam pekerjaan yang haram, namun ia punya kesungguhan untuk keluar. Doakan dia agar Allah memberi jalan keluar hingga ia segera mendapat pekerjaan atau penghasilan halal.
Ada pula yang bermasalah dengan pasangannya. Doakan agar Allah memperbaiki rumah tangga mereka atau Allah beri ganti pasangan yang lebih baik.
Mendoakan kebaikan untuk pemerintah muslim juga merupakan salah satu karakteristik Ahlussunnah. Di tingkat apapun pemimpin muslim itu, beliau saudara kita. Bisa Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota, Camat, Kepala Desa, atau bahkan ketua RT/RW maupun kepala dusun.
Mungkin saja mereka tidak meminta agar kita mendoakannya. Tapi ikatan persaudaraan karena iman, menggerakkan kita untuk tidak berpangku tangan. Meski sekedar untaian doa.
Doa yang dilantunkan untuk saudara kita tanpa sepengetahuan dia akan besar peluangnya dikabulkan Allah Ta’ala. Bahkan, orang yang berdoa itupun tidak akan terluput dari isi doa baik yang dipanjatkannya. Karena Malaikat akan mengaminkan dan mendoakan agar orang yang berdoa mendapat kebaikan semisal pihak yang didoakan.
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ
Doa seorang muslim untuk saudaranya tanpa sepengetahuan dia adalah doa yang mustajabah. Di sisi kepalanya terdapat Malaikat yang ditugaskan (Allah). Setiap kali orang itu berdoa untuk saudaranya dengan doa kebaikan, Malaikat yang ditugaskan itu akan berkata: Aamiin (Semoga Allah mengabulkannya) dan bagimu semisal itu (H.R Muslim)
Dalam kasus yang lain, kita mengenal tetangga kita atau rekan kita seorang muslim. Tapi dia masih terseret kebiasaan-kebiasaan bid’ah yang dilarang oleh Nabi kita Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Atau seorang yang terjebak dalam lingkaran syubhat pemahaman yang menyimpang.
Doakan dia. Tidak mengapa dengan sebut nama dalam untaian doa itu. Doakan dia agar Allah memberikan petunjuk kepada sunnah dan menjauhi kebid’ahan, baik dalam keyakinan, ucapan, atau perbuatan.
Benar kita benci pada kebid’ahan. Kita tidak suka jika ada saudara kita terjerumus pada kebid’ahan. Namun itu bagian dari bentuk kasih sayang kita kepada kaum muslimin.
Al-Wazir Ibnu Hubairah rahimahullah menyatakan: “Kedudukan Ibnu Sam’un –semoga Allah merahmati beliau- meskipun beliau benci pada kebid’ahan, namun beliau memiliki perasaan kasih sayang kepada mereka dari sisi pengetahuannya. Beliau sangat bersemangat agar mereka (orang yang terperosok dalam kebid’ahan) mendapat petunjuk. (al-Imam) Ahmad –semoga Allah meridhainya- yang kedudukannya lebih tinggi dari Ibnu Sam’un di antara doa beliau adalah:
اللَّهُمَّ مَا كَانَ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّة عَلَى غَيْرِ الْحَقِّ وَهُوَ يَظُنُّ أَنَّهُ عَلَى الْحَقِّ فَرُدَّهُ ِإِلَى الْحَقِّ حَتَّى لَا يَضِلَّ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ أَحَدٌ
Ya Allah, barang siapa di kalangan umat ini yang tidak berada di atas kebenaran, dalam keadaan ia menyangka berada di atas kebenaran, kembalikan itu ke (jalan) kebenaran. Hingga tidak ada seorang pun dari umat ini yang berada dalam kesesatan (al-Ifshah an Ma’aniy as-Shihaah 5/382)
al-Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam kitab al-Bidayah wan Nihayah (10/329) bahwa al-Imam Ahmad membaca doa itu di dalam sujudnya.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa memperbaiki keadaan kita dan segenap kaum muslimin.
Sudahkah anda mendoakan saudara kita hari ini?
Penulis: Abu Utsman Kharisman