Pendapat Abu Bakr Tepat Benar Sesuai dengan Nabi saat Perjanjian Hudaibiyyah
Perjanjian Hudaibiyyah terjadi di tahun 6 Hijriyah. Nabi dan para Sahabatnya hendak berziarah ke Makkah untuk melaksanakan umroh.
Namun para musyrikin Quraisy tidak membiarkan itu terjadi.
Setelah melalui beberapa kali pengiriman utusan untuk menyampaikan maksud kedatangan, barulah terjadi perundingan antara Nabi dengan orang-orang Quraisy.
Poin-poin perundingan itu dirasakan oleh sebagian pihak sebagai hal yang timpang sebelah. Terlalu menguntungkan musyrikin Quraisy. Salah satu yang sempat berpikir demikian adalah Umar bin al-Khoththob radhiyallahu anhu.
Sampai-sampai Umar mendatangi Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dan berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَسْنَا عَلَى حَقٍّ وَهُمْ عَلَى بَاطِلٍ
Wahai Rasulullah, bukankah kita di atas al-haq dan mereka di atas kebatilan?
Nabi menjawab: Ya.
Umar berkata lagi:
أَلَيْسَ قَتْلَانَا فِي الْجَنَّةِ وَقَتْلَاهُمْ فِي النَّارِ
Bukankah (jika perang dan ada yang terbunuh di antara kita) akan berada di Surga, sedangkan yang terbunuh dari mereka akan di Neraka?
Nabi menjawab: Ya.
Umar bertanya:
فَفِيمَ نُعْطِي الدَّنِيَّةَ فِي دِينِنَا وَنَرْجِعُ
Lalu mengapa kita memberikan kehinaan dalam agama kita ini dan harus kembali (ke Madinah tanpa umroh)?
Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:
يَا ابْنَ الْخَطَّابِ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ وَلَنْ يُضَيِّعَنِي اللَّهُ أَبَدًا
Wahai putra al-Khoththob, sesungguhnya aku adalah Rasulullah, dan Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan aku selamanya!
Mendengar hal itu, Umar mendatangi Abu Bakr ash-Shiddiq dan menyampaikan hal-hal yang telah disampaikan kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Jawaban Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu anhu adalah sama persis dengan jawaban Nabi shollallahu alaihi wasallam. Hingga Abu Bakr berkata:
يَا ابْنَ الْخَطَّابِ إِنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَنْ يُضَيِّعَهُ اللَّهُ أَبَدًا
Wahai putra al-Khoththob, sesungguhnya beliau adalah utusan Allah dan Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan beliau selamanya (Muttafaqun alaih: riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Sahl bin Hunaif).
Setelah perjanjian Hudaibiyyah itu, Allah turunkan surah al-Fath.
Abu Bakr ash-Shiddiq tetap kokoh dan mantap keimanannya. Tak tergoyahkan. Ia sangat yakin bahwa Nabi benar-benar menjalankan itu semua sesuai bimbingan wahyu dari Allah Taala.
Dikutip dari: Buku Sirah Sahabat bagian ke-1 dengan penyesuaian, Abu Utsman Kharisman, penerbit atTuqa Yogyakarta