Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْهُومَانِ لَا يَشْبَعَانِ: مَنْهُومٌ فِي عِلْمٍ لَا يَشْبَعُ، وَمَنْهُومٌ فِي دُنْيَا لَا يَشْبَعُ

Dua keinginan yang tidak pernah kenyang (puas), yaitu keinginan menuntut ilmu, tidak akan pernah kenyang. Dan keinginan mengumpulkan dunia, tidak pernah kenyang (H.R al-Hakim dari Anas, dinyatakan shahih sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim oleh adz-Dzahabiy, dishahihkan pula oleh Syaikh al-Albaniy dalam Shahih al-Jami’is Shoghir) 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan:

لَيْسَ فِي الدُّنْيَا مِنَ اللَّذَّاتِ أَعْظَمُ مِنْ ‌َلَذَّةِ ‌الْعِلْمِ بِاللهِ وَذِكْرِهِ وَعِبَادَتِهِ وَلِهَذَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: حُبِّبَ إِلَيَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ النِّسَاءُ وَالطِّيْبُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ

Tidak ada di dunia suatu kelezatan (kenikmatan) yang lebih besar dibandingkan kelezatan ilmu tentang Allah, berdzikir (mengingat) Nya, dan beribadah kepada-Nya. Karena inilah Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:

حُبِّبَ إِلَيَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ النِّسَاءُ وَالطِّيْبُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ

Dijadikan aku menyenangi perkara dunia kalian adalah para wanita (istri) dan wewangian dan dijadikan penyejuk mataku (penentram jiwaku) adalah di dalam shalat (H.R Ahmad) (ash-Shofadiyyah karya Ibnu Taimiyyah 2/272)

Ibnu Taimiyyah rahimahullah juga menyatakan:

وَلَا رَيْبَ أَنَّ لَذَّةَ الْعِلْمِ أَعْظَمُ اللَّذَّاتِ و “اللَّذَّةُ” الَّتِي تَبْقَى بَعْدَ الْمَوْتِ وَتَنْفَعُ فِي الْآخِرَةِ هِيَ لَذَّةُ الْعِلْمِ بِاَللَّهِ وَالْعَمَلِ لَهُ وَهُوَ الْإِيمَانُ بِهِ

Tidak diragukan lagi bahwasanya kelezatan ilmu adalah kelezatan yang paling agung. Dan kelezatan yang akan tetap kekal setelah kematian dan bermanfaat di akhirat adalah kelezatan ilmu tentang Allah dan mengamalkan ilmu tersebut, yaitu beriman kepada-Nya (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyyah 14/162)

Ibnul Qoyyim rahimahullah menyatakan:

فَأَيْنَ هَذَا من لَذَّة الْعِلْمِ وَلَذَّة الايمان بِاللَّه ومحبته والاقبال عَلَيْهِ والتنعم بِذكرِهِ فَهَذِهِ هِيَ اللَّذَّة الْحَقِيقِيَّة

Bagaimana bisa kenikmatan-kenikmatan ini dibandingkan dengan kelezatan (kenikmatan) ilmu dan kenikmatan beriman kepada Allah, mencintai-Nya, menghadapkan diri kepada-Nya, merasakan nikmat dengan mengingat-Nya. Ini sesungguhnya adalah kelezatan (kenikmatan) yang hakiki (Miftah Daaris Sa’aadah wa Mansyur Wilaayatil Ilmi (1/142)

Ibnul Jauzi rahimahullah menyatakan:

والله، ما أعرف من عاش رفيع القدر بالغًا من اللذات ما لم يبلغ غيره؛ إلا العلماء المخلصين؛ كالحسن وسفيان وأحمد، والعباد المحققين، كمعروف؛ فإن لذة العلم تزيد على كل لذة

Demi Allah, tidaklah aku mengetahui orang yang hidup dengan kemuliaan tinggi yang mencapai kenikmatan hidup tertinggi yang bisa dicapai oleh selainnya, melainkan para Ulama yang ikhlas seperti al-Hasan, Sufyan, dan Ahmad. Demikian pula para ahli ibadah yang mengkaji (ilmu) seperti Ma’ruf. Karena sesungguhnya kelezatan (kenikmatan) ilmu itu melebihi segala kenikmatan (Shoydul Khoothir 1/300)

Abu Muhammad Abdul Lathif yang disebut juga Ibnul Labbaad –seorang Ulama dari Irak yang lahir tahun 557 H – berkata:

مَنْ لَمْ يَحْتَمِلْ أَلَمَ التَّعَلُّمِ لَمْ يَذُقْ ‌لَذَّةَ ‌العِلْمِ، وَمَنْ لَمْ يَكدَحْ لَمْ يُفْلِحْ

Barang siapa yang tidak mau bersabar menanggung penderitaan saat belajar (menuntut ilmu), ia tidak akan merasakan lezatnya ilmu. Barang siapa yang tidak capek dalam berjuang, tidak akan mendapat keberuntungan (Siyar A’lamin Nubalaa’ 22/322)

Al-Munawiy rahimahullah menyatakan:

طَالِبُ الْعِلْمِ الْمُتَلَذِّذ بِفَهْمِهِ لَا يَزَالُ يَطْلُبُ مَا يَزِيْدُ الْتِذَاذُهُ فَكُلَّمَا طَلَبَ ازْدَادَ لَذَّةً

Seorang penuntut ilmu yang merasakan lezat (nikmat) dengan memahami ilmu itu, akan terus menerus mencari (ilmu) yang menambah kelezatannya. Setiap kali ia menuntut ilmu, akan bertambah kelezatan itu (Faidhul Qodiir 1/163)


Penulis: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan