Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Seorang yang Mengulang Hafalan AlQuran Dengan Tujuan Agar Tidak Lupa, Apakah Berpahala?

Pertanyaan:

Seorang yang membaca alQuran karena khawatir lupa (ayat yang telah dihafal) dan ia berharap pahala. Apakah ia mendapat pahala atas bacaannya itu yang tujuannya adalah belajar (mengulang hafalan) karena khawatir lupa? Ada seseorang yang dianggap berilmu menyebutkan bahwa seorang pembaca alQuran yang membaca alQuran sekedar untuk belajar karena khawatir lupa ia tidak berpahala. Apakah ucapannya itu benar atau tidak?

Jawaban Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah:

Jika ia membaca alQuran karena Allah Ta’ala, ia akan mendapat pahala atasnya dalam keadaan apapun. Meskipun ia bermaksud dengan bacaannya itu adalah (mengulang hafalan) agar tidak lupa. Karena melupakan alQuran adalah termasuk dosa. Jika ia bermaksud dengan bacaannya itu menunaikan kewajiban untuk kontinyu menghafal alQuran, dan meninggalkan hal yang dilarang berupa mengabaikan alQuran hingga lupa, sesungguhnya ia telah memaksudkan amalan ketaatan kepada Allah. Bagaimana bisa dikatakan tidak berpahala?

Dalam hadits Shahih al-Bukhari dan Muslim dari Nabi shollallahu alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda:

اسْتَذْكِرُوا الْقُرْآنَ فَلَهُوَ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنْ صُدُورِ الرِّجَالِ مِنْ النَّعَمِ مِنْ عُقُلِهَا

Berusahalah untuk terus mengingat alQuran. Sungguh alQuran itu benar-benar mudah terlepas dari dada seseorang dibandingkan lepasnya unta dari ikatannya (H.R al-Bukhari dan Muslim)

Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:

عُرِضَتْ عَلَيَّ سَيِّئَاتُ أُمَّتِي فَرَأَيْتُ مِنْ مَسَاوِئِ أَعْمَالِهَا الرَّجُلُ يُؤْتِيهِ اللَّهُ آيَةً مِنْ الْقُرْآنِ فَيَنَامُ عَنْهَا حَتَّى يَنْسَاهَا

Ditampakkan kepadaku keburukan-keburukan umatku. Aku melihat di antara keburukan perbuatan seseorang adalah ketika Allah memberikan (hafalan) ayat alQuran, namun ia justru tidur (mengabaikan) hingga melupakannya (H.R Abu Dawud dan lainnya, dilemahkan oleh sebagian Ulama, pen).

Dalam Shahih Muslim dari Nabi shollallahu alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda:

مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ إلَّا غَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ، وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ، وَحَفَّتْ بِهِمْ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, membaca Kitab Allah, saling mempelajarinya, kecuali akan dilingkupi oleh rahmat, turun kepada mereka ketenangan, Malaikat akan menaungi mereka, dan Allah akan menyebutkan tentang mereka (dalam kebaikan) di sisi-Nya. Barang siapa yang lambat amalannya tidak bisa dipercepat oleh nasabnya (H.R Muslim)

Wallaahu A’lam


Sumber: al-Fatawa al-Kubra karya Ibnu Taimiyyah 2/419

Naskah Fatwa dalam Bahasa Arab

[مَسْأَلَة مِنْ يَتْلُو الْقُرْآنَ مَخَافَةَ النِّسْيَانِ وَرَجَاءَ الثَّوَابِ]

مَسْأَلَةٌ: فِي رَجُلٍ يَتْلُو الْقُرْآنَ مَخَافَةَ النِّسْيَانِ، وَرَجَاءَ الثَّوَابِ، فَهَلْ يُؤْجَرُ عَلَى قِرَاءَتِهِ لِلدِّرَاسَةِ وَمَخَافَةِ النِّسْيَانِ أَمْ لَا؟ وَقَدْ ذَكَرَ رَجُلٌ مِمَّنْ يُنْسَبُ إلَى الْعِلْمِ أَنَّ الْقَارِئَ إذَا قَرَأَ لِلدِّرَاسَةِ مَخَافَةَ النِّسْيَانِ أَنَّهُ لَا يُؤْجَرُ، فَهَلْ قَوْلُهُ صَحِيحٌ أَمْ لَا؟

الْجَوَابُ: بَلْ إذَا قَرَأَ الْقُرْآنَ لِلَّهِ تَعَالَى فَإِنَّهُ يُثَابُ عَلَى ذَلِكَ بِكُلِّ حَالٍ، وَلَوْ قَصَدَ بِقِرَاءَتِهِ أَنَّهُ يَقْرَؤُهُ لِئَلَّا يَنْسَاهُ، فَإِنَّ نِسْيَانَ الْقُرْآنِ مِنْ الذُّنُوبِ، فَإِذَا قَصَدَ بِالْقِرَاءَةِ أَدَاءَ الْوَاجِبِ عَلَيْهِ مِنْ دَوَامِ حِفْظِهِ لِلْقُرْآنِ، وَاجْتِنَابِ مَا نُهِيَ عَنْهُ مِنْ إهْمَالِهِ حَتَّى يَنْسَاهُ، فَقَدْ قَصَدَ طَاعَةَ اللَّهِ، فَكَيْفَ لَا يُثَابُ.

وَفِي الصَّحِيحَيْنِ: عَنْ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَنَّهُ قَالَ: اسْتَذْكِرُوا الْقُرْآنَ فَلَهُوَ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنْ صُدُورِ الرِّجَالِ مِنْ النَّعَمِ مِنْ عُقُلِهَا

وَقَالَ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: عُرِضَتْ عَلَيَّ سَيِّئَاتُ أُمَّتِي فَرَأَيْتُ مِنْ مَسَاوِئِ أَعْمَالِهَا الرَّجُلُ يُؤْتِيهِ اللَّهُ آيَةً مِنْ الْقُرْآنِ فَيَنَامُ عَنْهَا حَتَّى يَنْسَاهَا

وَفِي صَحِيحِ مُسْلِمٍ عَنْ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَنَّهُ قَالَ: «مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ إلَّا غَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ، وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ، وَحَفَّتْ بِهِمْ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ» . وَاَللَّهُ أَعْلَمُ. (الفتاوى الكبرى لابن تيمية)

Catatan Penerjemah:

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam fatwa beliau tersebut berdalil dengan 3 hadits. Hadits pertama dan hadits ke-3 jelas shahih karena ada dalam Shahih al-Bukhari ataupun Muslim.

Hadits kedua diperselisihkan oleh para Ulama keshahihannya. Sebagian Ulama menilainya shahih, seperti Ibnu Khuzaimah. Syaikh al-Albaniy pernah menilainya hasan dalam kitab ats-Tsamarul Mustathob. Sebagian Ulama melemahkannya, di antaranya adalah al-Imam al-Bukhari sebagaimana dinukil atTirmidzi dalam sunannya setelah meriwayatkan hadits itu. Syaikh al-Albaniy dalam penelitian terakhir cenderung menilai hadits itu lemah, sebagaimana dalam Dhaif Abi Dawud, Dhaif al-Jamius Shaghir, dan Dhaif atTarghib wat Tarhib.

Penerjemah: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan