Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Nabi kita Muhammad shollallahu alaihi wasallam adalah manusia terbaik, paling mulia, dan paling dekat kedudukannya dengan Allah Ta’ala. Namun beliau memiliki sisi-sisi kemanusiaan.

Beliau juga pernah terjatuh dari kendaraan yang beliau tunggangi. Setidaknya tidak kurang dari 2 kali hal itu terjadi.

Peristiwa pertama adalah saat beliau terjatuh dari kuda beliau. Menyebabkan beliau mengalami cedera pada bahu atau betis beliau. Selama sebulan beliau tidak bisa shalat berjamaah bersama para Sahabat di masjid. Beliau lakukan shalat dengan duduk di sebuah ruangan. Peristiwa itu juga bersamaan dengan beliau melakukan ilaa’ terhadap para istri beliau dalam jangka waktu sebulan.

Peristiwa kedua saat beliau terjatuh dari unta bersama istri beliau Shofiyyah. Unta itu tergelincir, sehingga penunggangnya pun jatuh. Dalam perjalanan pulang dari Khaibar. Namun, alhamdulillah kondisi Nabi saat itu baik-baik saja. Demikian pula istri yang baru saja beliau nikahi, tidak mengalami cedera yang berarti.

Peristiwa pertama disebutkan dalam hadits Anas riwayat al-Bukhari sebagai berikut:

عَنْ أَنَسِ بن مالك: أن رسول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَقَطَ عَنْ فَرَسِهِ، ‌فَجُحِشَتْ سَاقُهُ، أَوْ كَتِفُهُ، وَآلَى مِنْ نِسَائِهِ شَهْرًا، فَجَلَسَ فِي مَشْرُبَةٍ لَهُ، دَرَجَتُهَا مِنْ جُذُوعٍ، فَأَتَاهُ أَصْحَابُهُ يَعُوْدُوْنَهُ، فَصَلَّى بِهِمْ جَالِسًا وَهُمْ قِيَامٌ…

Dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah shollallahu alaihi wasallam terjatuh dari kuda beliau, sehingga terkelupaslah kulit (terluka) bagian betis atau bahu beliau. Beliau juga melakukan ilaa’ terhadap para istri beliau selama sebulan. Beliau duduk di sebuah ruangan milik beliau. Tangganya terbuat dari pelepah kurma. Para Sahabat beliau datang menjenguk beliau. Beliau pun shalat duduk mengimami mereka, sedangkan mereka berdiri…(H.R al-Bukhari)

Di antara pelajaran berharga dari peristiwa itu adalah bolehnya seseorang laki-laki yang terkena musibah karena jatuh sehingga menyebabkannya cedera atau sakit, tidak shalat berjamaah di masjid selama masa sakitnya tersebut. Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah menyatakan:

وفي الحديث: دليل على أن المريض الذي يشق عليه حضور المسجد له الصلاة في بيته، مع قرب بيته من المسجد

Di dalam hadits ini terdapat dalil bahwasanya orang yang sakit, yang menyulitkan untuk hadir (shalat berjamaah di masjid) tidak mengapa shalat di rumahnya, meskipun rumahnya dekat dari masjid (Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari karya Ibnu Rajab 2/459)

Peristiwa jatuhnya Nabi dari kendaraan itu tidaklah mengurangi keutamaan beliau. Justru musibah itu menjadi sebab bertambahnya derajat dan kemuliaan beliau. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Ali bin Adam al-Ityubiy rahimahullah:

(ومنها): بيان أنه يجوز على النبيّ -صلى اللَّه عليه وسلم- ما يجوز على البشر من الأسقام ونحوها، من غير نقص في مقداره بذلك، بل ليزداد قدرُهُ رِفْعَةً، ومنصبُهُ جلالةً

Di antara pelajaran yang bisa dipetik dari hadits ini adalah: Nabi shollallahu alaihi wasallam bisa mengalami hal-hal yang dialami manusia seperti sakit, dan semisalnya. Namun hal itu tidaklah mengurangi kadar kemuliaan beliau. Justru hal itu meninggikan derajat dan kemuliaan beliau (al-Bahrul Muhiith ats-Tsajjaaj 10/39)

Peristiwa kedua tentang terjatuhnya Nabi dari kendaraan juga dikisahkan dalam hadits Anas bin Malik riwayat al-Bukhari:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَقْفَلَهُ مِنْ عُسْفَانَ وَرَسُولُ اللَّهِ صلّى الله عليه وسلم عَلَى رَاحِلَتِهِ، وَقَدْ أَرْدَفَ صَفِيَّةَ بِنْتَ حُيَيٍّ، فَعَثَرَتْ نَاقَتُهُ، فَصُرِعَا جَمِيعًا، فَاقْتَحَمَ أَبُو طَلْحَةَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ، قَالَ: «عَلَيْكَ المَرْأَةَ» ، فَقَلَبَ ثَوْبًا عَلَى وَجْهِهِ، وَأَتَاهَا، فَأَلْقَاهُ عَلَيْهَا، وَأَصْلَحَ لَهُمَا مَرْكَبَهُمَا، فَرَكِبَا

Dari Anas bin Malik –semoga Allah meridhainya- ia berkata: Kami pernah bersama Nabi shollallahu alaihi wasallam baru pulang dari Usfaan. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam berkendara di atas tunggangan beliau. Beliau memboncengkan Shofiyyah bintu Huyay. Kemudian unta yang beliau kendarai tergelincir, sehingga keduanya terjungkal. Abu Tholhah pun segera turun dari kendaraannya mendatangi Nabi. Ia berkata: Allah jadikan aku sebagai tebusan bagi anda. Nabi bersabda: Tolong dibantu wanita (istriku) itu. Maka Abu Tholhah pun menutupkan kain pada wajah beliau, mendatangi istri Nabi itu kemudian melemparkan kain itu padanya. Abu Tholhah memperbaiki kondisi Nabi dan istri beliau serta kendaraan keduanya. Kemudian keduanya kembali berkendara…(H.R al-Bukhari)

Saat Nabi dan istri beliau terjatuh dari kendaraan, Abu Tholhah sigap hendak menolong Nabi. Namun Nabi menepis kekhawatiran terhadap kondisi diri beliau, menyuruh Abu Tholhah untuk membantu istri beliau. Abu Tholhah pun menunjukkan adab yang baik, beliau menutup pandangan beliau dan menutupkan kain untuk istri Nabi.

Di dalam hadits ini juga terdapat sebuah pelajaran bahwa dalam kondisi terjadinya kecelakaan, tidak mengapa seorang laki-laki membantu wanita yang bukan mahram. Bisa berupa bantuan saat terjadinya kecelakaan atau mencegah terjadinya kecelakaan yang membahayakan keselamatannya. Namun tentunya sikap pertolongan itu dilakukan dengan ketentuan dalam adab-adab syar’i. Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaaniy rahimahullah menyatakan:

وَفِي الْحَدِيثِ أَنَّهُ لَا بَأْسَ لِلرَّجُلِ أَنْ يَتَدَارَكَ الْمَرْأَةَ الْأَجْنَبِيَّةَ إِذَا سَقَطَتْ أَوْ كَادَتْ تَسْقُطُ فَيُعِينُهَا عَلَى التَّخَلُّصِ مِمَّا يُخْشَى عَلَيْهَا

Di dalam hadits ini terdapat pelajaran yang bisa dipetik bahwasanya tidak mengapa bagi seorang laki-laki mengejar (untuk menolong) seorang wanita asing (bukan mahramnya) jika terjatuh atau hampir terjatuh kemudian membantunya agar terhindar dari kondisi yang dikhawatirkan (Fathul Baari 10/399).

Peristiwa pertama terjatuhnya Nabi shollallahu alaihi wasallam dari kuda beliau di atas juga disampaikan oleh Syaikh Arafat bin Hasan al-Muhammadiy dalam pertemuan ke-7 pelajaran Syarh Kitabin Nikah min atTadzkirah fil Fiqhisy Syafi’i karya Ibnul Mulaqqin Senin malam Selasa ba’da shalat Isya’ (7 Muharram 1445 H/ 24 Juli 2023 M) dalam Daurah Imam al-Muzani ke-2 di Masjid Ali bin Abi Tholib Ma’had Minhajul Atsar Jember. Saat itu beliau mengupas tentang perbuatan ilaa’ yang pernah dilakukan oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam kepada para istri beliau dan Syaikh Arafat bertanya kepada para hadirin mengapa Nabi shollallahu alaihi wasallam tidak shalat di masjid. Kemudian beliau menyebutkan hadits riwayat al-Bukhari di atas, karena Nabi shollallahu alaihi wasallam mengalami cedera akibat terjatuh dari kendaraan.


Oleh: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan