Pantaskah Meninggalkan Tanggungjawab Pekerjaan & Keluarga Dalam Rangka I’tikaf?
Kutipan Fatwa Al Haram Al Makki oleh Syaikh Muhammad Ibnu Shalih Al Utsaimin rahimahullah
Syaikh Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan:
الاعتكاف قلنا نتكلم على حكمه وعلى إيه؟ وعلى أحكامه حكمه أنه سنة ولكن إذا شغل عن ما هو أهم فإنه يترك لو شغل الإنسان عن وظيفة واجبة عليه إنسان موظف وقال إني أريد أن أعتكف وأترك الوظيفة فهذا حرام عليه ولو قال قائل: إن اعتكافه لم يصح لكان قوله قريبا من الصواب لأن زمن الوظيفة لمن؟ هل هو للإنسان والا للعمل زمن الوظيفة لمن؟
“Perihal i’tikaf, kita telah berbicara tentang hukumnya dan terkait apa? (yaitu) hukum-hukumnya bahwa hukumnya adalah sunnah.
Akan tetapi apabila dia memiliki kesibukan yang lebih penting, sepantasnya (i’tikaf) ditinggalkan. Kalau misalkan dia memiliki kesibukan tugas pekerjaan yang harus ditunaikan seorang pegawai/karyawan sementara dia berkata, ‘sesungguhnya aku ingin beri’tikaf dan meninggalkan pekerjaan.’ (Sikap) yang demikian ini haram baginya.
Sekiranya ada orang yang sampai menilai, ‘sesungguhnya i’tikaf orang itu tidak sah!’ niscaya penilaian tersebut lebih mendekati kebenaran. Karena masa kerja itu merupakan hak siapa? Apakah menjadi hak setiap orang (memanfaatkannya) ataukah untuk (aktifitas) kerja? Masa kerja itu untuk apa?”
Penuntut ilmu (yang hadir) menjawab:
للعمل
“Untuk bekerja.”
Syaikh:
للعمل للمصلحة التي أنت موظف فيها لا تملك أن تفر منه أبدا. طيب. أيضا لو كان الإنسان إذا اعتكف أهمل أهله عنده نساء يحتجن إلى رعاية عنده أطفال يحتاجون إلى رعاية فلو اعتكف لأهملهم نقول له إيه اعتكف أو لا؟ نقول لا تعتكف أتهدم مصرا وتعمر قصرا هذا سفه لا تعتكف
“(Benar), untuk bekerja. Untuk tujuan anda ditempatkan sebagai karyawan/pegawai di sana. Anda tidak memiliki kewenangan untuk menghindarinya sama sekali.
Baiklah…
Selain itu juga, apabila seseorang jika dia melakukan i’tikaf justru menelantarkan keluarganya; dia memiliki isteri-isteri yang membutuhkan perhatiannya. Dia memiliki anak-anak yang memerlukan pengawasan. Kalau sekiranya dia beri’tikaf malah menelantarkan mereka, apa saran kita baginya, apakah beri’tikaf atau tidak? Kita mengatakan anda jangan beri’tikaf! Apakah anda ingin menghancurkan pemukiman seraya membangun istana? Jelas ini keputusan yang dungu. Janganlah anda beri’tikaf (jika seperti itu)!
والعجب أن بعض الناس يعتكف ويدع الوظيفة أو يقدم ما يسمى بالإجازة الاضطرارية وأتكلم الآن عن الموظفين في السعودية أين الاضطرار أين الاضطرار للاعتكاف ما في ضرورة لأنه سنة فكيف تكذب على الدولة وتطلب إجازة اضطرارية وأنت ما اضطررت
Yang juga cukup mengherankan bahwa ada sebagian orang yang memilih tetap beri’tikaf meninggalkan tugas pekerjaannya, atau mengajukan ijin yang diistilahkan dengan cuti khusus/darurat!
Sehingga saya sekarang perlu menyampaikan tentang kondisi para pegawai di Saudi (terkait cuti tersebut-pen), di sisi manakah situasi daruratnya? Pada bagian apa kegentingannya? Untuk keperluan i’tikaf tidak ada situasi mendesak, karena (hukumnya) sunnah. Bagaimana anda tega berbohong kepada negara, dan menuntut cuti khusus padahal anda tidak terdesak?
طيب لو كان اعتكافه يؤدي إلى قطيعة لرحمه أو عقوق لوالديه مثل أن يكون له والدان مريضان يحتاجان إلى تمريض يحتاجان إلى أن يذهب بهما إلى المستشفى أو يجلس عندهما في المستشفى فهل نقول اعتكف ودع هؤلاء أو نقول اترك الاعتكاف؟ أجيبوا يا جماعة
Baiklah..
(Begitu pula) apabila i’tikaf yang dia kerjakan justru akan mengantarkan ke situasi terputusnya hubungan kekerabatan atau durhaka terhadap kedua orang tuanya. Semisal dia memiliki dua orang tua yang tengah terbaring sakit dan memerlukan perawat. Keduanya memerlukan orang yang bisa mengantarkan mereka ke rumah sakit, atau sekadar duduk menemani keduanya di rumah sakit. Apakah (bagi orang ini) kita sarankan, ‘silakan anda beri’tikaf dan tingalkan saja keduanya?’ atau kita sarankan ‘tinggalkan saja i’tikaf?’
Silakan dijawab wahai hadirin…!”
Hadirin menjawab:
…
… (tidak jelas terdengar)
Syaikh:
نقول اترك الاعتكاف، الاعتكاف سنة طيب
“Tentunya kita mengatakan ‘tinggalkanlah i’tikaf’ karena memang hukum i’tikaf adalah sunnah. Demikianlah.”
Sumber:
الشيخ محمد بن صالح العثيمين/ فتاوى الحرم المكي فتاوى الحرم المكي-1420-09
Diterjemahkan oleh: Abu Abdirrohman Sofian