Kesepakatan dan Perbedaan Pendapat Ulama 4 Madzhab Tentang Qunut Witir
Al-Wazir Ibnu Hubairah rahimahullah menyatakan:
وَاتَّفَقُوا على أَن الْقُنُوت فِي الْوتر مسنون فِي النّصْف الثَّانِي من شهر رَمَضَان إِلَى آخِره ثمَّ اخْتلفُوا فِي مَوْضِعه. فَقَالَ أَبُو حنيفَة: قبل الرُّكُوع. وَقَالَ الشَّافِعِي وَأحمد: بعده. ثمَّ اخْتلفُوا هَل هُوَ مسنون فِي بَقِيَّة السّنة؟ فَقَالَ أَبُو حنيفَة وَأحمد: هُوَ مسنون فِي جَمِيع السّنة. وَقَالَ مَالك وَالشَّافِعِيّ: لَا يسن إِلَّا فِي نصف شهر رَمَضَان الثَّانِي
Mereka (para Ulama 4 madzhab) sepakat bahwasanya qunut dalam witir disunnahkan pada pertengahan kedua di bulan Ramadhan hingga akhir Ramadhan.
Kemudian mereka berbeda pendapat tentang tempat witir itu dilakukan.
Abu Hanifah berkata: sebelum ruku’.
Asy-Syafii dan Ahmad berkata: setelah (ruku’).
Kemudian mereka berbeda pendapat apakah qunut witir juga disunnahkan sepanjang tahun (selain pertengahan kedua Ramadhan, pent)?
Abu Hanifah dan Ahmad berkata: (Qunut witir itu) disunnahkan sepanjang tahun (kapan saja diinginkan, pent).
Malik dan asy-Syafii berkata: Tidaklah disunnahkan kecuali di pertengahan kedua di bulan Ramadhan (di atas tanggal 15 Ramadhan, pent)
Sumber:
Ikhtilaf al-Aimmatil Ulama’ karya al-Wazir Ibnu Hubairah 1/139)
Oleh:
Abu Utsman Kharisman