Berinteraksi dengan Saudara yang Menganut Kebid’ahan
Pertanyaan:
Apabila seorang salafi memiliki hubungan kekerabatan dengan seorang penganut kebid’ahan, seperti misalnya penganut kebid’ahan itu adalah saudara, paman, ipar, atau semisalnya, maka bagaimana seorang salafi tersebut bermuamalah dengannya dalam kondisi seperti itu?
Asy Syaikh Ubaid bin Abdillah Al Jabiri – semoga Allah merahmati beliau dan meninggikan kedudukan beliau di ‘Illiyyin – memberikan bimbingan:
“Tidak dipungkiri kondisi tersebut banyak terjadi. Dalam satu rumah seringkali engkau dapati hanya ada 1 orang salafi, seorang laki-laki atau seorang perempuan, sisanya semuanya adalah penganut kebid’ahan. Dalam kondisi ini sudah sepantasnya ditempuh siasat (bermuamalah) yang baik. Hendaknya seorang salafi tersebut menampakkan sikap kasih sayang dan penuh cinta terhadap mereka. Dia berikan yang terbaik untuk mereka. Dia sampaikan kebenaran dengan penjelasan yang sarat akan kasih sayang, cinta, dan ketulusan.
Jangan sekali-kali ia bersikap kepada mereka layaknya seekor singa yang tengah memangsa buruannya. Jangan pula menampakkan bahwa mereka semuanya sesat, sedang dialah yang berada di atas kebenaran dan petunjuk.
Yang semestinya ia lakukan adalah, perlakukan mereka sebagai kerabat sebaik mungkin. Sembari menjelaskan (kebenaran) kepada mereka sampai Allah berikan petunjuk kepada mereka. Ia lakukan itu semua dengan penuh kesabaran dan mengharap pahala dari Allah.
Jangan terburu-buru (bersikap memutus hubungan dan semisalnya) selama bid’ah yang mereka lakukan masih dalam taraf bid’ah mufassiqoh (menyebabkan pelakunya terjatuh dalam kefasikan, tidak sampai taraf kekufuran – pent). Teruslah bersabar dan harapkan balasannya (dari Allah)! Tetaplah berusaha dan bersungguh-sungguh
Tak lupa ia selalu mengembalikan semuanya kepada Allah dengan memperbanyak doa memohon petunjuk untuk mereka dan agar mereka kembali kepada ajaran sunnah.
Manusia itu – sepengalaman kami – yang masih awam maupun orang yang berilmu di antara mereka, akan sangat berguna untuk mereka sikap hikmah dan cara-cara yang bijak.
Adapun orang yang tetap menentang, maka dia perlu disikapi sebatas kemampuan yang kita miliki.”
Sumber:
Majmu’ah Ar Rasail Al Jabiriyyah di Masail ‘Ilmiyyah wafqa Al Kitab Wa As Sunnah An Nabawiyyah hal. 160-161
Teks Arab:
السؤال : إذا كان السلفي ذا قرابة مع صاحب البدعة؛ كأن يكون هذا الأخير أخاً له، أو عمه، أو صهره، وما شابه، فكيف يعامله السلفي في هذه الحال؟
الجواب لفضيلة الشيخ العلامة عبيد بن عبد الله الجابري رحمه الله ورفع درجته في عليين
هذا موجود ولا شك ؛ فإن الكثير من البيوت تجد السني السلفي واحدا، رجلاً واحداً، أو امرأة واحدة، والبقية كلهم أهل بدع، فهذا لا بد أن تكون سياسته حسنة، وليتودد، ويتحبب إليهم، ويجلبهم إليه بالحسنى، ويبين لهم الحق بيان ود ومحبة وصفاء ، ولا ينقلب عليهم انقلاب الأسد على فريسته ، أو يظهر لهم أنهم ضلال ، وأنه هو على الحق والهدى لكن عليه أن ينتهج أو أن ينتهز فرصة القرابة ، ويبين لهم حتى يهديهم الله عز وجل ، وعليه الصبر والاحتساب ، ولا يستعجل ما دامت البدعة مفسقة، فعليه أن يصبر ويحتسب ، ويجد في ذلك ويجتهد ، ويلجأ إلى الله بالدعاء أيضاً في طلب هدايتهم ، وردهم إلى السنة والناس حسب تجربتنا سواء كانوا عوام أو علماء ؛ تنفع معهم الحكمة والسياسة الحسنة ، وأما المعاند : فهذا يعامل بحسب القوة والقدرة
المصدر: مجموعة الرسائل الجابرية في مسائل علمية وفق الكتاب والسنة النبوية: ١٦٠ – ١٦١
Diterjemahkan oleh: Abu Dzayyal Muhammad Wafi