Allah Tidak Akan Menyia-Nyiakan Orang yang Berbuat Baik Dalam Ketakwaan dan Kesabaran
Allah Azza Wa Jalla berfirman:
إِنَّهُ مَنْ يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ
…sesungguhnya orang yang bertakwa dan bersabar, sesungguhnya Allah tidaklah menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang berbuat kebaikan
(Q.S Yusuf ayat 90)
Al-Imam Ibnu Jarir atThobariy rahimahullah (wafat tahun 310 H) menyatakan:
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, merasa dalam pengawasan Allah dengan mengerjakan kewajiban dari-Nya dan meninggalkan kemaksiatan terhadap-Nya, dan bersabar menahan dirinya dari hal-hal yang Allah haramkan baik berupa ucapan atau perbuatan saat tertimpa musibah dari Allah, sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya Allah tidaklah membatalkan pahala atas perbuatan baiknya dan balasan kebaikan terhadap ketaatan kepada-Nya dalam perintah maupun larangan. (Tafsir atThobariy / Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Quran)
Al-Imam al-Baghowiy (Abu Muhammad al-Husain bin Mahmud yang wafat tahun 510 H) rahimahullah menyatakan:
Sesungguhnya orang yang bertakwa dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan, serta bersabar terhadap yang diharamkan Allah Azza Wa Jalla. Ibnu Abbas berkata: dia menghindari zina dan bersabar meski belum memiliki pasangan. Mujahid berkata: ia menghindari maksiat dan bersabar meski berada dalam penjara. Sesungguhnya Allah tidaklah menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan. (Ma’alimut Tanzil fi Tafsiril Quran/ Tafsir al-Baghowiy)
Al-Imam al-Qurthubiy (Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr – wafat tahun 671 H) rahimahullah menyatakan:
Sesungguhnya orang yang bertakwa dan bersabar, artinya bertakwa kepada Allah dan bersabar ketika mengalami musibah serta bersabar untuk tidak melakukan kemaksiatan. Sesungguhnya Allah tidaklah menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan, yaitu orang-orang yang bersabar saat mendapat musibah yang tetap menjalankan ketaatan kepada-Nya (al-Jami’ li Ahkaamil Quran / Tafsir al-Qurthubiy)
Ar-Robi’ bin Anas rahimahullah – seorang tabi’i- berkata:
مَكْتُوبٌ فِي الْكِتَابِ الْأَوَّلِ: إِنَّ الْحَاسِدَ لَا يَضُرُّ بِحَسَدِهِ، وَإِنَّ الْمَحْسُودَ إِذَا صَبَرَ نَجَّاهُ تَصَبُّرُهُ، لِأَنَّ اللَّهَ يَقُولُ: مَنْ يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ
Tertulis dalam Kitab terdahulu: Sesungguhnya orang yang bersikap hasad tidaklah memudaratkan (kecuali dirinya sendiri). Sesungguhnya orang yang menjadi sasaran hasad jika ia bersabar, sikap sabarnya itu akan menyelamatkan dia. Karena Allah berfirman (yang artinya): Barang siapa yang bertakwa dan bersabar sesungguhnya Allah tidaklah menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik (Q.S Yusuf ayat 90) (Tafsir Ibn Abi Hatim, dengan sanad yang hasan)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan: di sini terdapat pelajaran bahwasanya orang yang terdzhalimi dan menjadi sasaran hasad jika ia bersabar dan bertakwa kepada Allah, akan mengalami hasil akhir yang baik. Sedangkan orang yang dzhalim yang telah berbuat hasad kadangkala Allah kemudian menerima tobatnya dan memaafkan dia. Sesungguhnya orang yang terdzhalimi semestinya memaafkan pihak yang mendzhalimi meskipun ia mampu (untuk membalasnya) (Majmu’ Fatawa 17/23)
Penulis: Abu Utsman Kharisman