Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Khotbah Jumat: Mengikuti Bimbingan Nabi Dan Para Sahabat

Disampaikan oleh Abu Utsman Kharisman di masjid Melaha Majira Universitas Pattimura Ambon

Khotbah Pertama:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Saudaraku, kaum muslimin, rahimakumullah…

Kita bersyukur kepada Allah atas anugerah hidayah di atas Islam. Agama yang diridhai Allah Ta’ala. Allah meridhai Islam sebagai agama kita. Allah Ta’ala berfirman:

وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

…Dan aku ridha Islam sebagai agama kalian…(Q.S al-Maidah ayat 3)

Saudaraku….

Allah Ta’ala memerintahkan agar kita meneladani keimanan para Sahabat Nabi. Para Sahabat Nabi adalah orang-orang yang pernah berjumpa Nabi dalam keadaan beriman, kemudian meninggal pun juga dalam keadaan beriman.

Allah Ta’ala berfirman:

فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا

…jika mereka beriman sebagaimana keimanan kalian (wahai para Sahabat Nabi), maka mereka akan mendapatkan petunjuk…(Q.S al-Baqoroh ayat 137)

Seorang Ulama, Abu Ismail Abdullah bin Muhammad al-Harawiy rahimahullah yang wafat tahun 481 Hijriyah menjelaskan bahwa Allah dalam ayat itu mengajak bicara para Sahabat Nabi. Beliau jelaskan hal itu dalam kitab Dzammul Kalaam Wa Ahlih.

Allah Ta’ala telah meridhai para Sahabat Nabi kaum Muhajirin dan Anshar. Kaum Muhajirin adalah para Sahabat yang berhijrah bersama Nabi untuk menyelamatkan agamanya menuju Madinah. Sedangkan kaum Anshar adalah para Sahabat yang menyambut dengan baik Nabi dan para Muhajirin, membela, membantu, serta berjuang bersama mereka.

Allah ridha kepada kaum Muhajirin dan Anshar. Allah pun meridhai kaum muslimin yang meneladani dan mengikuti jejak para Muhajirin dan Anshar itu dengan baik. Allah Ta’ala berfirman:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Dan orang-orang yang paling awal masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka, dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah pun menyediakan untuk mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Itu adalah keberuntungan yang besar (Q.S atTaubah ayat 100)

Jadi, untuk mencapai keridhaan Allah, kita harus meneladani keimanan para Sahabat Nabi. Meneladani bagaimana mereka menerapkan dalil-dalil alQuran dan hadits. Meneladani bagaimana mereka memahami nash-nash dalam Kitab Allah maupun sunnah Rasulullah shollallahu alaihi wasallam.

Maka tidak cukup seorang berlandaskan alQuran dan hadits Nabi saja, jika kemudian ia pahami dalil itu dengan akal pikiran sendiri atau pemahaman kelompoknya. Ia harusnya memahami alQuran dan hadits Nabi dengan pemahaman para Sahabat Nabi atau Ulama Ahlussunnah setelahnya yang mengikuti para Sahabat dengan baik.

Memang, secara individu, masing-masing Sahabat Nabi bukanlah orang yang maksum atau terjaga dari kesalahan. Namun, jangan sampai kita memahami suatu alQuran dan hadits Nabi dengan suatu pemahaman, sedangkan tidak ada seorang Sahabat Nabi pun atau Ulama yang mengikuti Sahabat berpemahaman demikian. Jika para Sahabat telah bersepakat, kesepakatan Sahabat Nabi adalah hujjah.

Apabila ucapan seorang Sahabat Nabi bertentangan dengan suatu nash dalil alQuran dan hadits shahih, tentunya dalil lah yang dikedepankan. Ucapan seorang Sahabat Nabi bisa menjadi hujjah menurut sebagian Ulama jika ucapan itu tidak bertentangan dengan alQuran dan hadits, tidak bertentangan dengan ucapan Sahabat Nabi yang lain, serta bukan dalam perkara ijtihadiyyah.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan taufiq kepada kita untuk bisa meneladani para Sahabat Nabi secara benar dalam menerapkan ajaran Islam.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اَلله الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khotbah Kedua:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…

Meneladani Nabi dan para Sahabat dalam memahami dan menerapkan ajaran Islam adalah jalan keselamatan. Sebaliknya, menyelisihi bimbingan Nabi dan pemahaman para Sahabat adalah jalan kesesatan. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

Dan barang siapa yang menyelisihi Rasul, setelah jelas baginya petunjuk dan mengikuti selain jalan orang-orang beriman (para Sahabat Nabi), Kami akan palingkan ia ke arah ia berpaling, dan Kami akan masukkan ia ke dalam Jahannam, dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali (Q.S anNisaa’ ayat 115)

Pada saat Nabi kita Muhammad shollallahu alaihi wasallam menyebutkan 1 kelompok yang selamat pada umat beliau, ada yang bertanya: Siapakah mereka itu wahai Rasulullah? Nabi shollallahu alaihi wasallam menjelaskan:

مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

Yaitu orang-orang yang (meneladani) aku dan para Sahabatku (H.R atTirmidzi)

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

Sesungguhnya orang di antara kalian yang hidup sepeninggalku, akan melihat perselisihan yang banyak. Wajib bagi kalian berpegangteguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk sepeninggalku. Berpegangteguhlah dengannya. Gigit kuat-kuat dengan gigi geraham kalian. Hindarilah perkara-perkara yang diada-adakan. Karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat (H.R Abu Dawud dari al-Irbadh bin Sariyyah)

Hudzaifah bin al-Yaman –semoga Allah meridlainya- berkata:

كُلُّ عِبَادَةٍ لَمْ يَتَعَبَّدْ بِهَا أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فلاَ تَتَعَبَّدُوْا بِهَا

“Setiap ibadah yang tidak pernah diamalkan oleh para Sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, janganlah kalian beribadah dengannya” (Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al Ibanah).

Sahabat Nabi Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu menyatakan:

مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُتَأَسِّيًا فَلْيَتَأَسَّ بِأَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ فَإِنَّهُمْ كَانُوا أَبَرَّ هَذِهِ الْأُمَّةِ قُلُوبًا وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا وَأَقْوَمَهَا هَدْيًا وَأَحْسَنَهَا حَالًا، قَوْمًا اخْتَارَهُمُ اللَّهُ تَعَالَى لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَاعْرِفُوا لَهُمْ فَضْلَهُمْ وَاتَّبِعُوهُمْ فِي آثَارِهِمْ؛ فَإِنَّهُمْ كَانُوا عَلَى الْهُدَى الْمُسْتَقِيمِ

Barang siapa di antara kalian yang hendak mengambil teladan, teladanilah para Sahabat Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Karena mereka adalah yang paling baik hatinya pada umat ini, paling dalam keilmuannya, paling sedikit dalam memberat-beratkan diri, paling lurus petunjuknya, dan paling baik keadaannya. Mereka adalah suatu kaum yang Allah Ta’ala pilih untuk menjadi Sahabat Nabi-Nya shollallahu alaihi wasallam. Maka kenalilah keutamaan mereka. Ikutilah jejak-jejak mereka. Karena mereka benar-benar berada di atas petunjuk yang lurus (riwayat Ibnu Abdil Bar dalam Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih dan al-Harowiy dalam Dzammul Kalaam wa Ahlih, dikutip oleh Syaikh al-Albaniy dalam Silsilah al-Ahadits as-Shahihah)

Al-Auza’iy rahimahullah menyatakan:

اِصْبِرْ نَفْسَكَ عَلَى السُّنَّةِ وَقِفْ حَيْثُ وَقَفَ الْقَوْمُ وَقُلْ فِيمَا قَالُوا وَكُفَّ عَمَّا كَفُّوا وَاسْلُكْ سَبِيلَ سَلَفِكَ الصَّالِحِ فَإِنَّهُ يَسَعَكَ مَا يَسَعَهُمْ

Sabarkan dirimu di atas Sunnah (Nabi). Tahanlah dirimu sebagaimana Nabi dan para Sahabat menahan dirinya. Ucapkanlah seperti ucapan mereka. Tahanlah dari hal-hal yang mereka tidak melakukannya. Tempuhlah jalan pendahulumu yang sholih (Salafus Sholih). Sesungguhnya hal itu akan memberikan manfaat kepadamu sebagaimana jalan itu telah memberi manfaat bagi mereka (riwayat al-Harowiy dalam Dzammul Kalaam wa Ahlih)

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq, dan ampunan-Nya kepada kita dan orang-orang yang mendahului kita dalam keimanan.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
اللهم أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا، اللهم أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا، اللهم أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا.
اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ.
وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِينَ.
عِبَادَ اللهِ إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ ‌بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ . فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيمَ الْجَلِيلَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكۡرُ ‌ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ

Tinggalkan Balasan