Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Orangtua sangat besar jasanya dalam kehidupan kita. Kasih sayang dari keduanya, terutama saat kita masih kecil, mendasari terlantunkannya doa yang diajarkan dalam al-Quran:

…وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

dan katakanlah: Wahai Rabbku, kasihanilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah merawat aku saat masih kecil… (Q.S al-Israa’ ayat 24)

Meskipun upaya baik dari sang anak kepada orangtua, tidak akan bisa membalas jasa baiknya. Kecuali jika orangtua berada dalam perbudakan, kemudian sang anak membelinya sehingga memerdekakannya.

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

لَا يَجْزِي وَلَدٌ وَالِدًا إِلَّا أَنْ يَجِدَهُ مَمْلُوكًا فَيَشْتَرِيَهُ فَيُعْتِقَهُ

Seorang anak tidak akan bisa membalas kebaikan orangtuanya, kecuali jika ia mendapati orangtuanya menjadi budak (hamba sahaya), kemudian ia membelinya dan memerdekakannya
(H.R Muslim)

Jangan merasa sudah membalas jasa orangtua. Meski anda sudah membelikannya kendaraan, rumah, atau apapun. Belum senilai dengan jasa baik kedua orangtua kepada kita. Terlebih jasa baik dan perjuangan ibu untuk kita.


Baca Juga: Istighfar Untuk Orangtua


Ada seorang anak yang menggendong ibunya saat thawaf, dia mengumandangkan kalimat: Aku adalah tunggangan beliau yang jinak, jika hewan tunggangan lain ada yang meronta karena terkejut atau takut, aku tidak pernah demikian. Orang itu berkata kepada Sahabat Nabi Ibnu Umar: Apakah aku telah membalas jasa beliau (ibuku)?

Sahabat Nabi Ibnu Umar radhiyallahu anhuma menyatakan:

لاَ، وَلَا بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ

Tidak. Bahkan, masih belum bisa menyamai satu tarikan nafas beliau saat kontraksi ketika akan melahirkan engkau
(H.R al-Bukhari dalam Adabul Mufrad)

Jangan sia-siakan kesempatan berbakti pada orangtua saat beliau masih hidup. Sungguh celaka orang yang mendapati setidaknya salah satu atau bahkan kedua orangtuanya masih hidup, namun hal itu tidak bisa menghantarkan ia ke dalam surga.

شَقِيٌّ عَبْدٌ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ

Sungguh celaka seorang hamba yang mendapati kedua orangtua atau salah satunya masih hidup, namun hal itu tidak bisa membuatnya masuk surga
(H.R al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad)

Dalam hadits yang lain, Sahabat Abud Darda’ menyampaikan sabda Nabi shollallahu alaihi wasallam:

الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوْ احْفَظْه

Orangtua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau mau, silakan sia-siakanlah pintu itu atau jagalah
(H.R atTirmidzi)


Baca Juga: Anak Sebagai Ujian Bagi Orangtua


Allah Ta’ala memerintahkan manusia untuk bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada kedua orangtuanya.

أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Bersyukurlah kepada-Ku dan (berterimakasihlah) kepada kedua orangtuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian akan dikembalikan
(Q.S Luqman ayat 14)

Seorang anak tidak bisa beralasan: “Saya tidak pernah menyakiti hati orangtua saya. Karena saya tidak pernah bertemu dengan beliau. Padahal saya mampu untuk bertemu dengan beliau”.

Karena jika seseorang anak sekedar tidak menyakiti orangtuanya, ia belum menjalankan perintah Allah. Allah memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik kepada orangtua. Sekedar tidak pernah menyakiti belumlah terhitung berbuat baik. Bahkan, tidak berbuat baik pada kedua orangtua, terhitung sebagai tindakan yang haram, sebagaimana penjelasan Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy ketika menafsirkan surah al-Baqoroh ayat 83.

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Dan Rabbmu memerintahkan agar kalian jangan beribadah kecuali kepada-Nya dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua…
(Q.S al-Israa’ ayat 23)

Jika sekedar tidak berbuat baik pada orangtua saja sudah terhitung haram, apalagi jika sampai sang anak durhaka atau menyakiti orangtuanya. Itu adalah dosa besar.

أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ – ثَلاَثًا – الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ أَوْ قَوْلُ الزُّورِ

Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa yang paling besar? Beliau menyebutkannya 3 kali. (Beliau bersabda): (yaitu) berbuat syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orangtua, persaksian palsu atau ucapan dusta
(H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Bakrah, lafadz sesuai riwayat Muslim)

Sekedar ucapan kekesalan seperti “uh” atau “ah” kepada orangtua adalah termasuk perbuatan yang terlarang. Allah perintahkan untuk mengucapkan ucapan pemuliaan kepada orangtua.

فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Maka janganlah mengucapkan kata “ah” pada keduanya. Jangan pula menghardik mereka berdua. Ucapkanlah ucapan pemuliaan
(Q.S al-Israa’ ayat 23)

Sang anak diperintah Allah untuk tawadhu’, rendah hati di hadapan kedua orangtuanya. Jangan berlaku sombong atau congkak.

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ

Dan rendahkanlah sayap ketundukan dari kasih sayang untuk keduanya
(Q.S al-Israa’ ayat 23)

Jika anda memiliki ilmu yang ingin disampaikan pada orangtua, sampaikan dengan hikmah dan lemah lembut. Sampaikan di waktu dan kondisi yang tepat. Namun jangan sampai mengangkat suara di hadapan orangtua. Jangan berdebat dengan beliau.

Berbakti kepada kedua orangtua, bukan berarti menuruti semua keinginan orangtua dalam hal yang diharamkan Allah. Namun, jika anda harus menolaknya, tolaklah dengan halus dan lembut. Jangan sampai mencerca, mengejek, atau merendahkan orangtua.

Berbakti kepada kedua orangtua adalah bagian dari jihad, perjuangan di jalan Allah. Saat ada seorang anak yang datang kepada Nabi ingin berangkat berjihad, namun kedua orangtuanya tidak mengizinkan ia berangkat dalam jihad yang bukan fardhu ‘ain, Nabi shollallahu alaihi wasallam memberikan bimbingan untuk berjihad membahagiakan kedua orangtuanya.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَأْذِنُهُ فِى الْجِهَادِ فَقَالَ: أَحَىٌّ وَالِدَاكَ؟ قَالَ نَعَمْ. قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ

Dari Abdullah bin ‘Amr ia berkata: seorang laki-laki datang kepada Nabi shollallahu alaihi wasallam meminta izin untuk berjihad. Nabi bersabda: Apakah kedua orangtuamu masih hidup? Orang itu berkata: Ya. Nabi bersabda: Maka, terhadap keduanyalah hendaknya engkau berjihad (dalam berbakti/ berbuat baik, pent)
(H.R al-Bukhari dan Muslim)

Apabila orangtua sudah meninggal dunia, belum tertutup pintu untuk berbakti kepada keduanya. Jika beliau meninggal dalam keadaan muslim, jangan putus doa ampunan untuk beliau. Sambunglah hubungan baik dengan orang-orang yang dicintai oleh beliau. Teruskanlah niat dan keinginan baik beliau yang belum terlaksana. Tidak mengapa pula bersedekah dengan niat pahalanya untuk orangtua. Sebagaimana hadits Ibnu Abbas riwayat al-Bukhari.

 

Dikutip dari:
Buku “Islam Rahmatan Lil Alamin ” – Menebarkan Kasih Sayang dalam Bimbingan al-Quran dan Sunnah, Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan