Tetap Sholat Mengikuti Imam Walaupun Berbeda Madzhab
السؤال : هل يُصلى خلف إمام مسجد يقنت في الفجر ويدعو ويرفع يديه ،وهل يُتابع ،وإذا صلوا صلاة الاستسقاء في المسجد هل نصلي معهم؟
Pertanyaan:
Apakah boleh sholat di belakang imam masjid yang membaca qunut pada sholat subuh, dan berdoa sambil mengangkat kedua tangannya. Apakah perbuatan imam itu boleh diikuti. Demikian juga apabila mereka mengerjakan sholat istisqo’ di masjidnya, apakah kami ikut sholat bersama mereka?
Jawaban (Syaikh Robi’ bin Hadi Al Madkhali hafidzahullah):
الجواب : إذا صلى الإمام وقنت فاقنت معه ،مخالفة الإمام للمأموم حتى لو يرى أن صلاة الإمام ليست بصحيحة في مذهبه ؛هي صحيحة في مذهب هذا الإمام ولكنها ليست صحيحة عندك ؛صلّ وراءه ،الرسول صلى الله عليه وسلم أمر بالصلاة وراءه وقال : ( يُصَلُّونَ لَكُمْ فَإِنْ أَصَابُوا فَلَكُمْ وَإِنْ أخطؤوا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ ) 11) فتصلّ وراءه
Apabila seorang imam memimpin sholat dengan membaca doa qunut, silakan anda ikut qunut bersamanya. (Karena) tindakan makmum menyelisihi imam (tidak pantas), sampaipun seandainya si makmum mengira bahwa sholat imam tidak sah menurut madzhabnya. Padahal tentunya sholatnya sah menurut madzhab imam tersebut, hanya saja tidak sah menurut madzhab anda. (Tetaplah) sholat di belakangnya, (karena) Rasul telah memerintahkan agar sholat di belakangnya. Beliau shollallahu alaihi wasallam bersabda:
يُصَلُّونَ لَكُمْ فَإِنْ أَصَابُوا فَلَكُمْ وَإِنْ أخطؤوا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ
“Mereka (para imam masjid) memimpin sholat kalian. Apabila mereka benar, kalian akan mendapatkan (kebaikannya). Jika dia salah, kalian tetap mendapat kebaikan sementara dosanya menjadi tanggungannya.”
Sehingga hendaklah engkau tetap sholat di belakangnya.
Baca Juga: Kerukunan dan Persatuan Lebih Diutamakan daripada Menerapkan Pendapat Pilihan dalam Fiqh
كان السلف ؛يعني جاء الرشيد إلى الحج ونزل في المدينة واحتجم ،وسأل مالكا : احتجمت هل أصلي بدون وضوء؟ قال :نعم صلّ ،فصلى بالناس ولم يتوضأ من الحجامة
عند الأحناف الحجامة تنقض الوضوء ،فقيل لأبي يوسف : كيف صليت وراء الرشيد وهو احتجم ولم يتوضأ؟ قال : سبحان الله ،أمير المؤمنين
Dulu di masa salaf; yaitu pernah (Khalifah) Ar Rasyid datang untuk menunaikan haji. Setibanya di kota Madinah beliau berbekam. Lalu beliau bertanya kepada Imam Malik, “Aku baru selesai berbekam, bolehkah aku langsung mengerjakan sholat tanpa perlu berwudhu’?”
Imam Malik menjawab: “Ya boleh, silakan langsung sholat.”
Sehingga beliau sholat menjadi imam bersama jemaah masyarakatnya, tanpa berwudhu’ selepas berbekam. Padahal menurut pandangan madzhab Al Hanafiyyah berbekam itu membatalkan wudhu’. Maka ketika ditanyakan kepada Abu Yusuf (murid senior Imam Abu Hanifah), “Mengapa anda tetap sholat bermakmum di belakang Ar Rasyid, padahal beliau baru berbekam dan belum berwudhu’?
Abu Yusuf pun menjawab: “Subhanallah, (apakah pantas menghindar bermakmum kepada seorang) pemimpin kaum mukminin?”
Baca Juga: Tetap Bersaudara Dalam Perbedaan Pendapat yang Bisa Ditoleransi
ولشيخ الإسلام ابن تيمية كلام :أنك تصلي وراء الإمام إذا كنت تختلف أنت وإياه في قضية ؛ترى أن عنده باطل ،صلاته ليست صحيحة لكن هو عنده أصول وعنده أدلة ؛يرى أن صلاته صحيحة ،فصل ّوراءه ولو كنت لا ترى صحة صلاته فصلّ وراءه ،إلا إذا تأكدت أنه لم يتوضأ ؛قال لك : أنا لا أتوضأ وأصلي بدون وضوء! فصلاته باطلة عندك وعنده
Begitu juga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (rahimahullah) memiliki sebuah ucapan:
“Sesungguhnya anda (tetap) sholat di belakang imam. (Walaupun) jika terdapat perbedaan pendapat antara anda dengannya dalam satu permasalahan, sampai anda menyangka bahwa pendapat dia adalah salah, bahkan sholatnya menurutmu tidak sah. Akan tetapi dia memiliki prinsip, dan memiliki dalil, (sehingga mengacu pada prinsip dan dalil tersebut) dia berpendapat sholatnya yang demikian itu sah. (Jika demikian, tetap) sholatlah di belakangnya.
Kecuali jika anda benar-benar bisa memastikan bahwa sang imam memang tidak berwudhu’, (apalagi) dia sendiri telah berkata kepadamu: ‘Saya tidak berwudhu’, dan saya akan sholat tanpa wudhu’!’ maka saat seperti itulah hukum sholatnya jelas batal menurut pendapatmu dan pendapatnya.”
Sumber:
فتاوى فقهية منوعة ( الحلقة الثانية ). – موقع الشيخ أ.د ربيع بن هادي المدخلي
is.gd/5glpda
Diterjemahkan oleh:
Abu Abdirrohman Sofian