Bagaimana Jika Khotib Lupa Hanya Berkhotbah Satu Kali Dalam Khotbah Jumat?
Ada pertanyaan yang pernah diajukan kepada al-Lajnah ad-Daaimah sebagai berikut:
أستفتي في الإمام بالمسجد الجامع ينسى الخطبة الثانية يوم الجمعة ولا يذكره أحد من المأمومين ولم يذكرها بنفسه حتى انتشروا من المسجد، وفي الجمعة الثانية ذكرها، فماذا يفعل هذا الإمام؟ أو ما عليه؟
Saya meminta fawa tentang imam masjid Jami’ yang lupa menyampaikan khotbah kedua pada hari Jumat. Para makmum pun tidak ada yang mengingatkannya. Imam itu sendiri tidak ingat hingga mereka telah berpencar keluar dari masjid. Pada Jumat kedua ia baru ingat. Apa yang mesti dilakukan oleh imam itu? Apakah ada konsekuensi tertentu baginya?
Al-Lajnah ad-Daaimah menjawab sebagai berikut:
جمهور العلماء على أن الخطبة شرط في صحة صلاة الجمعة؛ لقوله تعالى {فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ} قالوا: والمراد بالذكر هنا الخطبة، فكانت واجبة للأمر بالسعي لها، ولأن النبي صلى الله عليه وسلم داوم عليها مقترنة بصلاة الجمعة، وقد قال صلى الله عليه وسلم: « صلوا كما رأيتموني أصلي » فوجب قرنها بالجمعة، كما قرنها بها صلى الله عليه وسلم. وقال جماعة: إن الخطبة ليست شرط صحة في الجمعة، منهم الحسن وابن الماجشون ؛ لأنها ليست المرادة بالذكر في الآية وليست صلاة فلم تكن مأمورا بها في الآية ولا في الحديث، وإنما هي من فعله صلى الله عليه وسلم داوم عليه فكانت سنة لا تبطل الجمعة بتركها. ومن قالوا بوجوب الخطبة منهم من لم يوجب الخطبة الثانية؛ كمالك والأوزاعي وإسحاق وأبي ثور وابن المنذر وأصحاب الرأي، فيجزئ عندهم خطبة واحدة، وإذا كانت الخطبة مختلفا في أصلها وكان الخلاف في الثانية قويا فصلاتكم الجمعة مع نسيان الخطبة الثانية صحيحة إن شاء الله في رأي كثير من أئمة الفقهاء، ولكن يجب على المأموم تنبيه الخطيب إذا ترك الخطبة الثانية في الحال قبل إقامة الصلاة؛ لأن من علم السنة لا يتركها إلا نسيانا غالبا.
…Jumhur Ulama berpendapat bahwasanya khotbah adalah syarat sah dalam shalat Jumat. Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ
Bergegaslah menuju dzikir (mengingat Allah)
(Q.S al-Jumu’ah ayat 9)
Yang dimaksud dengan dzikir di sini adalah khotbah. Sehingga khotbah adalah wajib berdasarkan perintah untuk bersegera menuju dzikir tersebut. Karena Nabi shollallahu alaihi wasallam terus menerus melakukan (khotbah) beriringan dengan shalat Jumat. Sedangkan beliau shollallahu alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat”. Maka wajib mengiringkan khotbah (sebelum shalat) Jumat. Sebagaimana Nabi mengiringkannya.
Sekelompok Ulama yang lain berpendapat: Sesungguhnya khotbah bukanlah syarat sah Jumat. Di antara yang berpendapat demikian adalah al-Hasan dan Ibnul Majisyun. Karena (menurut mereka) yang dimaksud dengan dzikir pada ayat itu bukanlah khotbah. Khotbah juga bukan bagian dari shalat. Sehingga tidak diperintahkan dalam ayat maupun hadits. Itu hanyalah perbuatan Nabi shollallahu alaihi wasallam yang beliau kontinyu melakukannya. Sehingga (hukumnya) sunnah yang apabila ditinggalkan, (ibadah) Jumat tidaklah batal.
Di antara Ulama yang berpendapat akan wajibnya khotbah, ada yang berpendapat tidak wajibnya khotbah kedua. Seperti Malik, al-Auza’iy, Ishaq, Abu Tsaur, Ibnul Mundzir, dan Ashaabur Ro’yi. Sehingga menurut mereka satu khotbah sudah mencukupi.
Jika memang khotbah itu diperselisihkan secara asalnya, dan perbedaan pendapat tentang hukum khotbah kedua adalah perbedaan pendapat yang kuat, maka shalat Jumat kalian saat lupa disampaikannya khotbah kedua adalah sah, insyaallah. Itu berdasarkan pendapat banyak para imam ahli fiqh. Namun, wajib bagi makmum untuk mengingatkan khotib jika meninggalkan khotbah kedua pada saat sebelum ditegakkannya shalat. Karena barang siapa yang mengetahui sunnah, ia semestinya tidak meninggalkannya kecuali karena lupa.
(potongan fatwa al-Lajnah ad-Daaimah pada saat diketuai oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz, nomor fatwa 2741)
Penerjemah:
Abu Utsman Kharisman