Dunia Tempat Tinggal Sementara
Umar bin Abdil Aziz rahimahullah pernah berkhotbah mengingatkan manusia agar jangan terlena dengan dunia yang hanya sementara:
إِنَّ الدُّنْيَا لَيْسَتْ بِدَارِ قَرَارِكُمْ، دَارٌ كَتَبَ اللهُ عَلَيْهَا الْفَنَاءَ، وَكَتَبَ عَلَى أَهْلِهَا مِنْهَا الظَّعْنَ، فَكَمْ عَامِرٍ مُوثِقٍ عَمَّا قَلِيلٍ مُخْرَبٌ، وَكَمْ مُقِيمٍ مُغْتَبِطٍ عَمَّا قَلِيلٍ يَظْعَنُ، فَأَحْسِنُوا رَحِمَكُمُ اللهُ مِنْهَا الرِّحْلَةَ بِأَحْسَنِ مَا يَحْضُرُكُمْ مِنَ النُّقْلَةِ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، إِنَّمَا الدُّنْيَا كَفَيْءِ ظِلَالٍ قَلِصَ فَذَهَبَ، بَيْنَا ابْنُ آدَمَ فِي الدُّنْيَا يُنَافِسُ فِيهَا وَبِهَا قَرِيرُ الْعَيْنِ، إِذْ دَعَاهُ اللهُ بِقَدَرِهِ، وَرَمَاهُ بِيوْمِ حَتْفِهِ، فَسَلَبَهُ آثَارَهُ وَدُنْيَاهُ، وَصَيَّرَ لِقَوْمٍ آخَرِينَ مَصَانِعَهُ وَمَغْنَاهُ، إِنَّ الدُّنْيَا لَا تَسُرُّ بِقَدْرِ مَا تَضُرُّ، إِنَّهَا تَسُرُّ قَلِيلًا، وَتَجُرُّ حُزْنًا طَوِيل
Sesungguhnya dunia bukanlah tempat menetap kalian. (Dunia adalah) negeri yang Allah tetapkan akan sirna. Allah tetapkan penduduknya akan pergi. Betapa banyak penghuni yang begitu percaya akan (kekuatan bangunan) namun sebentar saja ternyata bangunan itu roboh. Betapa banyak penghuni yang begitu diinginkan kehidupannya, namun ternyata tidak berapa lama kemudian berpindah.
Maka perbaikilah perjalanan kalian –semoga Allah merahmati kalian- dengan kesiapan berpindah yang ada pada kalian. Berbekallah, karena sebaik-baik bekal adalah ketakwaan. Sesungguhnya dunia hanyalah bagaikan bayangan yang menyusut kemudian pergi. Namun justru anak Adam di dunia berlomba-lomba dan menjadikannya tempat kesenangan.
Ketika Allah memanggilnya dengan takdir-Nya. Allah lemparkan dia di hari kematiannya. Dia pun menghilangkan darinya bekas-bekas dan kehidupan dunianya. Allah jadikan tempat-tempat kerja dan tempat-tempat tinggalnya untuk kaum lain (setelahnya).
Sesungguhnya dunia tidaklah memberikan kebahagiaan seperti kadar kemudaratannya. Sesungguhnya dunia hanya memberi kebahagiaan yang sedikit dan menarik kesedihan yang panjang.
(riwayat Abu Nuaim dalam Hilyatul Awliyaa’ dan Ibnu Abid Dunya dalam az-Zuhud)
Baca Juga: Memikirkan Kehidupan di Surga dan Neraka
Bahkan, saat telah meninggal dunia, tahapan perjalanan manusia belum berakhir. Ia belum menuju kediaman yang abadi. Ia masih singgah di alam kubur.
عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ، قَالَ: كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ فَقَرَأَ: أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ، فَلَبِثَ هُنَيْهَةً، فَقَالَ: يَا مَيْمُونُ، مَا أَرَى الْمَقَابِرَ إِلا زِيَارَةً، وَمَا لِلزَائِرِ بُدُّ مِنْ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى مَنْزِلِهِ
Dari Maimun bin Mihram ia berkata: Aku pernah duduk di sisi Umar bin Abdil Aziz, kemudian beliau membaca (ayat):
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
Telah melalaikan kalian sikap memperbanyak (kenikmatan duniawi). Hingga kalian berziarah (singgah) ke kubur (Q.S atTakatsur ayat 1-2)
Umar bin Abdil Aziz terdiam sejenak, kemudian ia berkata: Wahai Maimun, aku tidaklah memandang (alam) kubur melainkan hanya masa berziarah. Orang yang berziarah pastilah akan kembali ke tempat tinggalnya
(riwayat Ibnu Abi Hatim dalam Tafsirnya)
Umar bin Abdil Aziz memanfaatkan momentum duduk bersama sebagian rekannya untuk mengingat dan mentadabburi ayat al-Quran.
Dikutip dari:
Buku “Keteladanan Umar bin Abdil Aziz”, Abu Utsman Kharisman