Bersholawat Untuk Nabi Dalam Qunut Witir

Di antara keadaan disunnahkannya bersholawat untuk Nabi shollallahu alaihi wasallam adalah pada saat qunut witir. Qunut witir hukumnya sunnah.
Bisa dilakukan di waktu malam kapan saja (di dalam atau di luar Ramadhan) sebagaimana dijelaskan dalam Fatwa al-Lajnah ad-Daimah.
Bisa dilakukan sebelum atau setelah ruku’ di rakaat terakhir. Lafadz doanya tidak khusus/ tertentu. Bisa berdoa sesuai kebutuhan (sebagaimana penjelasan anNawawy rahimahullah).
Baca Juga: Memanfaatkan Qunut Witir Untuk Berdoa
Doa qunut witir yang marfu’ dari Nabi shollallahu alaihi wasallam adalah dalam hadits berikut ini:
عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَاتٍ أَقُولُهُنَّ فِي الْوِتْرِ: اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ إِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
Dari al-Hasan bin Ali radhiyallahu anhuma (beliau berkata): Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengajarkan kepadaku beberapa kalimat (doa) yang akau baca dalam witir: (yang artinya): Ya Allah, berilah aku hidayah sebagaimana orang yang Engkau beri hidayah. Berikan aku afiyat (kesehatan dan keselamatan) sebagaimana orang yang telah Engkau beri afiyat. Tolonglah aku sebagaimana orang yang telah Engkau beri pertolongan. Berilah keberkahan dalam pemberianMu kepadaku. Berilah aku perlindungan dari keburukan yang Engkau takdirkan. Sesungguhnya Engkaulah Hakim (penentu), sedangkan Engkau tidak ditentukan oleh seorangpun. Sesungguhnya tidaklah menjadi hina orang-orang yang Engkau tolong dan tidaklah mulia orang-orang yang memusuhiMu. Maha Suci dan Maha Tinggi Engkau
(H.R Abu Dawud, atTirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)
Dalam lafadz riwayat anNasaai, disebutkan kalimat doa yang mengandung tambahan sholawat untuk Nabi:
تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ
Maha Suci dan Maha Tinggi Engkau (Ya Allah), dan semoga sholawat Allah tercurah kepada Nabi Muhammad
(H.R anNasaai).
Namun, al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaaniy menilai bahwa tambahan lafadz sholawat secara marfu’ itu mengandung kelemahan, yaitu terputus sanadnya. Al-Hafidz membantah penilaian anNawawiy akan keshahihan atau hasannya sanad riwayat tersebut.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaaniy rahimahullah menyatakan:
وَقَالَ النَّوَوِيُّ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ إنَّهَا زِيَادَةٌ بِسَنَدٍ صَحِيحٍ أَوْ حَسَنٍ قُلْتُ: وَلَيْسَ كَذَلِكَ فَإِنَّهُ مُنْقَطِعٌ فَإِنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَلِيٍّ وَهُوَ ابْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ عَلِيٍّ لَمْ يَلْحَقْ الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ
anNawawiy berkata dalam (kitab) Syarh al-Muhadzdzab bahwasanya tambahan (lafadz sholawat dalam qunut witir, pent) sanadnya shahih atau hasan. Aku (al-Hafiz Ibnu Hajar) berkata: Tidaklah demikian. Karena sanadnya terputus. Karena Abdullah bin Ali yaitu putra al-Husain bin Ali tidak pernah bertemu dengan al-Hasan bin Ali (atTalkhishul Habiir fii Takhriiji Ahaadiitsir Rofi’i al-Kabiir (1/605)).
Baca Juga: Bid’ahnya Kebiasaan Qunut Pada Shalat Jumat
Walaupun secara marfu’ riwayat bacaan sholawat dalam qunut witir adalah lemah, namun itu adalah perbuatan Sahabat Nabi seperti Ubay bin Ka’ab dan Abu Halimah Muadz al-Anshariy radhiyallahu anhuma.
وَكَانُوا يَلْعَنُونَ الْكَفَرَةَ فِي النِّصْفِ: اللَّهُمَّ قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ وَيُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ، وَلَا يُؤْمِنُونَ بِوَعْدِكَ، وَخَالِفْ بَيْنَ كَلِمَتِهِمْ، وَأَلْقِ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ، وَأَلْقِ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ، إِلَهَ الْحَقِّ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَيَدْعُو لِلْمُسْلِمِينَ بِمَا اسْتَطَاعَ مِنْ خَيْرٍ، ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ لِلْمُؤْمِنِينَ
Mereka (para imam di masa Umar bin al-Khoththob, pent) melaknat orang-orang kafir (dalam qunut witir) pada separuh (Ramadhan) dengan berdoa: ALLAAHUMMA QOOTILIL KAFAROTA AL-LADZIINA YASHUDDUUNA ‘AN SABIILIKA WA YUKADZDZIBUUNA RUSULAKA, WA LAA YU’MINUUNA BI WA’DIKA WA KHOOLIF BAYNA KALIMATIHIM, WA ALQI FII QULUUBIHIMUR RU’BA. WA ALQI ‘ALAYHIM RIJZAKA WA ‘ADZAABAKA. ILAAHAL HAQ (Ya Allah, binasakanlah orang-orang kafir yang menghalangi dari jalan-Mu, yang mendustakan para Rasul-Mu, dan tidak beriman dengan janji-Mu. Ceraiberaikanlah kalimat (persatuan) mereka. Timpakanlah perasaan takut dalam hati mereka serta hukuman dan adzab-Mu, Wahai sembahan yang benar (satu-satunya)). Kemudian bersholawat untuk Nabi shollallahu alaihi wasallam, mendoakan kebaikan bagi kaum muslimin sesuai kemampuan, kemudian memohonkan ampunan untuk kaum muslimin
(riwayat Ibnu Khuzaimah, dinyatakan sanadnya shahih oleh Syaikh al-Albaniy)
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْحَارِثِ : أَنَّ أَبَا حَلِيْمَةَ مُعَاذًا كَانَ يُصَلِّي عَلَى النَّبِي صلى الله عليه وسلم فِي الْقُنُوْتِ
Dari Abdullah bin al-Harits bahwasanya Abu Halimah Muadz biasa bersholawat untuk Nabi shollallahu alaihi wasallam dalam qunut (witir)
(riwayat Ismail bin Ishaq al-Qodhiy, dishahihkan Syaikh al-Albaniy dalam Tahqiq Fadhlis Sholaati ‘alan Nabi)
Ubay bin Ka’ab maupun Abu Halimah Muadz keduanya adalah Sahabat Nabi. Beliau berdua termasuk para imam yang ditunjuk Umar bin al-Khoththob radhiyallahu anhu dalam memimpin shalat tarawih di masanya.
Dikutip dari:
Buku “Mari Bersholawat Sesuai Tuntunan Nabi”, Abu Utsman Kharisman