Tetaplah Memohon Ampunan Setiap Kali Terjatuh Ke Dalam Dosa
Perbuatan dosa, apapun bentuknya, baik kesyirikan, kekafiran, kemaksiatan, ataupun kebid’ahan adalah hal-hal yang semestinya dihindari. Namun, adakalanya seseorang tergelincir ke dalam dosa. Bahkan manusia memang banyak berbuat dosa.
Janganlah putus asa untuk terus memohon ampun dan bertobat kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala mencintai orang-orang yang sering dan banyak bertobat.
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِين
…Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang banyak bertobat dan Dia mencintai orang-orang yang menyucikan dirinya
(Q.S al-Baqoroh ayat 222)
Baca Juga:
- Pelajaran Berharga dalam Kisah Tobatnya Kaab bin Malik (1)
- Pelajaran Berharga dalam Kisah Tobatnya Kaab bin Malik (2-selesai)
Umar bin Abdil Aziz rahimahullah menyatakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اِتَّقُوْا اللهَ، فَمَنْ أَحْسَنَ فَلْيَحْمَدِ اللهَ، وَمَنْ أَسَاءَ فَلْيَسْتَغْفِرِ اللهَ، فَإِنْ عَادَ فَلْيَسْتَغْفِرِ اللهَ، فَإِنَّهُ لَا بُدَّ لِأَقْوَامٍ أَنْ يَعْمَلُوْا أَعْمَالًا كَتَبَهَا اللهُ عَلَيْهِمْ، وَوَضَعَهَا فِي رِقَابِهِمْ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah. Barang siapa yang berbuat kebaikan, pujilah Allah. Barang siapa yang berbuat keburukan, memohonlah ampunan kepada Allah. Jika ia mengulangi, mohonlah ampun kepada Allah. Karena tidak bisa dihindari suatu kaum akan melakukan perbuatan yang telah Allah tetapkan atas mereka dan Allah letakkan di leher mereka
(riwayat al-Baihaqiy dalam al-Qodho’ wal Qodar, al-Ajurriy dalam asy-Syari’ah)
Jika seseorang tergelincir dalam perbuatan dosa, hendaknya ia bertobat kepada Allah dengan sebenar-benarnya tobat, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya lagi, kemudian jangan larut dalam perasaan bersalah yang akan menggiringnya pada sikap putus asa dari rahmat Allah. Yakinlah bahwa itu telah ditakdirkan, kita tidak bisa menghindar.
Suatu saat, Allah dengan KekuasaanNya mempertemukan Nabi Adam dengan Nabi Musa. Nabi Musa berkata: Wahai Adam, engkau adalah ayah kami, dan (dengan sebab perbuatanmu) engkau keluarkan kami dari surga. Nabi Adam kemudian menjawab: Wahai Musa, engkau adalah orang yang terpilih sehingga berbicara (langsung) dengan Allah, dan Allah tuliskan (Taurat) untukmu dengan TanganNya. Kemudian Adam menyatakan:
أَتَلُومُنِي عَلَى أَمْرٍ قَدَّرَهُ اللَّهُ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَنِي بِأَرْبَعِينَ سَنَةً
Apakah engkau akan mencela aku atas perkara yang telah Allah takdirkan untukku sebelum 40 tahun Dia menciptakan aku?
Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam yang mengisahkan hal itu kemudian menyatakan bahwa Adam benar dalam hujjahnya dan mengalahkan Musa. Kisah tersebut beliau sampaikan dalam hadits yang diriwayatkan oleh alBukhari no 6124 dan Muslim no 4793.
Adam benar karena beliau telah menyesali perbuatannya, beliau benar-benar bertobat hingga kemudian berdoa dalam doa yang diabadikan di alQur’an:
رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ
Wahai Tuhan kami, kami telah mendzhalimi diri kami. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi
(Q.S al-A’raaf:23).
Setelah itu, beliau meyakini bahwa apa yang telah ditakdirkan Allah tidak akan bisa luput darinya sedikitpun. Sikap Nabi Adam tersebut adalah benar dan bisa menjadi contoh bagi orang yang beriman setelahnya.
Baca Juga: Kisah Tobat Pembunuh 100 Jiwa
Sebelum terjadinya dosa, seseorang semestinya berusaha keras untuk menghindarinya. Sebagaimana ucapan dalam doa istiftah yang diajarkan Nabi shollallahu alaihi wasallam:
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
Ya Allah, jauhkanlah antara aku dengan dosa-dosaku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dengan barat
(H.R al-Bukhari dan Muslim)
Dalam dzikir Sayyidul Istighfar juga terdapat ungkapan tekad untuk berupaya menjalankan perjanjian dengan Allah Ta’ala:
وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ
Dan aku berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi perjanjian dengan-Mu
(H.R al-Bukhari)
Artinya, ada tekad dan upaya untuk menjauhi dosa saat sebelum terjadi. Ketika terjatuh dalam dosa, merasa menyesal dan bertekad tidak ingin mengulangi lagi selamanya.
Bagaimanapun, dosa itu akan menghasilkan kerugian bagi pelakunya baik di dunia maupun di akhirat. Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah menyebutkan kerugian-kerugian yang ditimbulkan akibat dosa dalam kitabnya adDaa-u wad Dawaa’. Beberapa contoh kerugian/ bahaya yang ditimbulkan suatu perbuatan dosa –kutipan sebagian- di dunia:
- Sulitnya mendapat ilmu yang bermanfaat
- Hati menjadi keras
- Sulit khusyu’ dan mendapatkan kenikmatan dalam ibadah
- Urusan yang dihadapi menjadi sulit
- Melemahkan badan
- Sulit/ malas dalam menjalankan ketaatan
- Keberkahan dihilangkan
- Sulitnya mendapatkan taufiq (hidayah) dari Allah
- Dada menjadi sempit
- Pelakunya menjadi hina di hadapan Allah dan di hadapan hamba Allah
- Hewan-hewanpun juga akan melaknat pelaku dosa
- Terhalangi dari dikabulkannya doa
- Menyebabkan timbulnya kerusakan di bumi dan lautan
- Hilangnya kenikmatan dan menyebabkan datangnya adzab
- Menyebabkan diperbudak oleh syaitan
- Tercabutnya perasaan takut di dalam dada musuh
- Su-ul khotimah (akhir kehidupan yang buruk)
Akibat-akibat buruk dosa itu juga semestinya mempertebal semangat kita untuk tidak terjatuh ke dalam dosa. Namun, apabila kita tergelincir ke dalam dosa, janganlah putus asa untuk bersungguh-sungguh beristighfar dan bertobat kepada Allah Azza Wa Jalla.
Dikutip dari:
Buku “Keteladanan Umar bin Abdil Aziz”, Abu Utsman Kharisman