Peka Terhadap Perasaan Pasangan
Nabi shollallahu alaihi wasallam sangat memahami momen-momen ketika Aisyah radhiyallahu anha marah atau ketika senang (ridha). Hal itu disampaikan dalam sebuah hadits:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِنِّى لأَعْلَمُ إِذَا كُنْتِ عَنِّى رَاضِيَةً وَإِذَا كُنْتِ عَلَىَّ غَضْبَى. قَالَتْ: فَقُلْتُ: وَمِنْ أَيْنَ تَعْرِفُ ذَلِكَ؟ قَالَ: أَمَّا إِذَا كُنْتِ عَنِّى رَاضِيَةً فَإِنَّكِ تَقُولِينَ لاَ وَرَبِّ مُحَمَّدٍ وَإِذَا كُنْتِ غَضْبَى قُلْتِ لاَ وَرَبِّ إِبْرَاهِيمَ. قَالَتْ: قُلْتُ: أَجَلْ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَهْجُرُ إِلاَّ اسْمَكَ
Dari Aisyah ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda kepadaku: “Sungguh aku mengetahui kapan engkau dalam keadaan ridha terhadapku dan kapan engkau marah kepadaku”. Aisyah berkata: Aku berkata: Dari mana anda mengenali hal itu? Nabi bersabda: “Jika engkau ridha terhadapku engkau akan berkata: Tidak, demi Rabb Muhammad. Namun jika engkau marah kepadaku engkau berkata: Tidak, demi Rabb Ibrahim”. Aisyah berkata: Ya, benar. Wahai Rasulullah, aku tidaklah menghindari kecuali nama anda saja (saat marah).
(H.R al-Bukhari dan Muslim)
Al-Qodhiy Iyaadl berkata: Kemarahan Aisyah radhiyallahu anha tersebut adalah karena kecemburuan dalam hal-hal yang dimaafkan terjadi pada seorang wanita.
Ucapan Aisyah: Wahai Rasulullah, aku tidaklah menghindari kecuali nama anda saja (saat marah), maksudnya adalah hatinya tetap sangat mencintai Nabi. Kemarahan yang tidak terkontrol karena kecemburuan itu hanyalah dalam lisan, dengan tidak menyebut nama Nabi, tapi di dalam hati kecintaan kepada beliau tidaklah bisa hilang (disarikan dari al-Bahrul Muhiith ats-Tsajjaaj (39/56-57)).
Artikel bermanfaat lainnya: Khotbah Jumat: Kewajiban Suami terhadap Istri
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anha adalah teladan bagi wanita beriman. Saat kondisi marah pun ucapan beliau tetap terjaga. Kalaupun bersumpah, tetap bersumpah atas nama Allah. Hanya bedanya saat beliau senang beliau akan bersumpah dengan menyatakan: Demi Rabb Muhammad. Sedangkan saat beliau marah karena cemburu kepada Nabi, beliau akan menyatakan: Demi Rabb Ibrahim. Hal itu juga menunjukkan kefaqihan beliau.
Aisyah radhiyallahu anha juga peka terhadap perubahan suasana hati Nabi shollallahu alaihi wasallam. Beliau sangat paham saat Nabi marah, tergambar dari perubahan warna kulit wajah Nabi shollallahu alaihi wasallam.
Aisyah radhiyallahu anha pernah membeli tirai yang mengandung gambar makhluk bernyawa. Saat itu beliau belum tahu bahwa hal itu tidak diperbolehkan. Ketika Nabi mengetahui hal itu, Nabi marah. Kemarahan Nabi adalah ketika terdapat pelanggaran syariat, adanya gambar makhluk bernyawa di rumah.
Ishaq bin Rahawaih –guru al-Bukhari yang menginspirasi al-Bukhari menyusun Shahihnya – menyebutkan sebuah riwayat sebagai berikut:
أَخْبَرَنِي الثَّقَفِي نَا أَيُّوْب عَنْ نَافِعٍ عَنِ الْقَاسِمِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا اشْتَرَتْ بِسِتْرٍ فِيْهِ تَمَاثِيْلُ قَالَتْ : فَجَاءَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَوَقَفَ عَلَى الْبَابِ فَعَرَفْتُ الْغَضَبَ فِي وَجْهِهِ فَقُلْتُ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ غَضَبِ اللهِ وَغَضَبِ رَسُوْلِهِ
Telah mengkhabarkan kepadaku ats-Tsaqofiy (Abdul Wahab bin Abdil Majid) (ia berkata: telah mengkhabarkan kepada kami Ayyub (as-Sikhtiyaaniy) dari Nafi’ dari al-Qosim dari Aisyah –semoga Allah meridhainya- bahwasanya ia membeli tirai yang mengandung gambar makhluk bernyawa. Aisyah berkata: Kemudian datanglah Rasulullah shollallahu alaihi wasallam berdiri di depan pintu. Aku pun mengenali kemarahan di wajah beliau. Aku berkata: Aku berlindung kepada Allah dari kemarahan Allah dan kemarahan Rasul-Nya.
(H.R Ishaq bin Rahawaih dalam Musnadnya)
Artikel bermanfaat lainnya: Jangan Biarkan Istri Atau Anak Perempuan Kita Berduaan Bersama Sopir Laki-Laki yang Bukan Mahram
Dalam riwayat lain, Nabi pernah marah ketika Aisyah duduk bersama seorang laki-laki. Aisyah melihat indikasi kemarahan itu di wajah Nabi. Kemudian Aisyah menjelaskan bahwa laki-laki itu adalah saudara sepersusuannya. Aisyah radhiyallahu anha menyatakan:
دَخَلَ عَلَىَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَعِنْدِى رَجُلٌ قَاعِدٌ فَاشْتَدَّ ذَلِكَ عَلَيْهِ وَرَأَيْتُ الْغَضَبَ فِى وَجْهِهِ قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ أَخِى مِنَ الرَّضَاعَةِ. قَالَتْ فَقَالَ: انْظُرْنَ إِخْوَتَكُنَّ مِنَ الرَّضَاعَةِ فَإِنَّمَا الرَّضَاعَةُ مِنَ الْمَجَاعَةِ
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam masuk menemui aku, pada saat itu ada seorang laki-laki duduk di dekatku. Beliau tidak senang dengan hal itu. Aku melihat kemarahan di wajah beliau. Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya dia adalah saudara sepersusuanku. Nabi bersabda: “Perhatikanlah saudara laki-laki sepersusuanmu. Sesungguhnya penyusuan itu hanyalah yang menghilangkan perasaan lapar (saat usia bayi sebelum dua tahun).”
(H.R al-Bukhari dan Muslim, lafadz sesuai riwayat Muslim).
Artikel bermanfaat lainnya: Jangan Kau Sakiti Istrimu
Penting bagi suami atau istri untuk peka terhadap perasaan pasangannya. Namun, komunikasi yang baik tetaplah harus terjalin. Tidak bisa hanya mengandalkan kepekaan tanpa terjalin komunikasi yang baik. Tanpa komunikasi yang baik dan kehangatan dalam jalinan hubungan, yang ada justru dugaan dan prasangka.
Apabila kita melihat bahwa pasangan kita belum peka atau belum menangkap sinyal yang kita kirimkan, perlu disampaikan komunikasi yang baik secara lebih jelas di saat dan kondisi yang tepat. Bukannya saling melempar tudingan: “Kamu yang tidak peka!”
Daripada saling menuding, sebaiknya berusaha mencari solusi untuk memperbaiki keadaan dilandasi keinginan memahami kondisi pasangannya.
Semoga Allah Azza Wa Jalla senantiasa melindungi dan menjaga kebaikan keluarga kaum muslimin…
Penulis:
Abu Utsman Kharisman