Bab ke-13: Isti’adzah kepada Selain Allah adalah Kesyirikan (Bag.2)
SERIAL KAJIAN KITABUT TAUHID (Bag ke-49)
Dalil Pertama
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
Dan sesungguhnya ada kaum laki-laki manusia berlindung kepada kaum laki-laki jin, maka kemudian mereka (jin) menambah perasaan takut (pada diri manusia tersebut)
(Q.S al-Jin ayat 6)
Baca bagian sebelumnya: Bab ke-13: Isti’adzah kepada Selain Allah adalah Kesyirikan (Bag.1)
Penjelasan Dalil Pertama
Kebiasaan Jahiliyyah jika orang-orang turun di suatu lembah dan akan menginap di lembah itu, seseorang akan berkata: Aku berlindung kepada jin penguasa lembah ini dari perbuatan buruk kaumnya. Mereka berlindung kepada jin dan ini adalah perbuatan kesyirikan akbar.
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah menyatakan:
كان الرجل منهم إذا نزل الوادي فبات به، قال: أعوذ بعزيز هذا الوادي من شرّ سفهاء قومه
Seorang lelaki di antara mereka (musyrikin Jahiliyyah) jika turun ke suatu lembah kemudian menginap di sana mereka berkata: A’UDZU BI ‘AZIIZI HAADZAL WAADIY MIN SYARRI SUFAHAA-I QOUMIHI (Aku berlindung kepada penguasa lembah ini dari keburukan anggota kaumnya yang bodoh) (Riwayat atThobariy dalam tafsirnya dengan sanad yang jayyid. Seluruh perawinya adalah rijaal al-Bukhari dan Muslim kecuali al-Hasan bin ‘Arofah dan ia adalah tsiqoh)
Manusia yang meminta perlindungan kepada jin itu semakin mendapatkan perasaan takut dalam dirinya, bukannya justru merasa semakin tentram dan tenang, dan itu adalah adzab (hukuman) dari Allah untuk mereka di dunia. Nanti di akhirat, Allah akan mengadzab manusia yang meminta perlindungan kepada jin, dan Allah akan mengadzab jin tersebut. Baik manusia maupun jin telah mendapat manfaat duniawi masing-masing. Manusia mendapat apa yang diharapkannya dari kepentingan duniawi (dibantu oleh jin) sedangkan jin mendapatkan dukungan dan bukti kekuasaannya untuk berbangga kepada sesama jin bahwa perintahnya telah dilakukan dan ia ditaati oleh manusia.
Allah Ta’ala berfirman:
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الْإِنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الْإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ
Dan pada hari Allah mengumpulkan mereka seluruhnya. Allah berfirman: Wahai sekalian jin, sungguh kalian telah banyak (menyesatkan) manusia. Manusia yang menjadi teman-teman jin itu mengatakan: Wahai Tuhan kami, kami saling memberi manfaat satu sama lain. Dan telah sampai ajal yang telah Engkau tetapkan untuk kami. Allah berfirman: anNaar (Neraka) untuk kalian. Kalian kekal di dalamnya kecuali sesuai dengan kehendak Allah. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui (Q.S al-An’aam: 128)
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah menyatakan:
وَمَا كَانَ اسْتِمْتَاعُ بَعْضِهِمْ بِبَعْضٍ إِلا أَنَّ الْجِنَّ أَمَرَتْ وَعَمِلَتِ الإِنْسُ
Sikap saling memberi manfaat (jin dengan manusia) itu adalah: Jin memerintahkan, dan manusia mengamalkannya (Diriwayatkan Ibn Abi Hatim dalam tafsirnya dengan sanad yang shahih sampai al-Hasan al-Bashri)
Sebagai contoh: Jin menyuruh seorang manusia mempersiapkan persyaratan-persyaratan yang aneh: kumpulkan bunga 7 rupa, sembelihlah ayam jantan yang hitam pekat, dan semisalnya, manusia itu mengerjakan perintah Jin tersebut.
Artikel bermanfaat lainnya: Keprihatinan Orang Beriman Terhadap Ritual Kemunkaran
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy rahimahullah menyatakan: Jin mendapatkan manfaat karena manusia menaatinya, beribadah kepadanya, mengagungkannya, dan meminta perlindungan kepadanya. Sedangkan manusia mendapat manfaat dengan memperoleh keinginannya. Dengan sebab bantuan jin ia bisa mendapatkan sebagian hawa nafsu syahwatnya. Manusia menyembah jin, kemudian jin membantu manusia tersebut sehingga tercapailah sebagian kebutuhan duniawinya (Taisiir Kariimir Rahmaan fii Tafsiiri Kalaamil Mannaan (1/273)).
Ini adalah kesyirikan. Masing-masing pihak mendapat manfaat di dunia, namun di akhirat sama-sama mendapat siksa. Wal iyaadzu billaah
Oleh:
Abu Utsman Kharisman