Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Narkoba dan obat-obat terlarang sangat membahayakan. Kecanduan barang haram tersebut akan merusak generasi muda. Seseorang yang banyak mengkonsumsi minuman atau makanan yang memabukkan, akan terancam disiksa di Neraka, merasakan penderitaan dalam genangan nanah, darah, dan keringat penduduk Neraka.

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ إِنَّ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عَهْدًا لِمَنْ يَشْرَبُ الْمُسْكِرَ أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ طِينَةِ الْخَبَالِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا طِينَةُ الْخَبَالِ قَالَ عَرَقُ أَهْلِ النَّارِ أَوْ عُصَارَةُ أَهْلِ النَّارِ

Segala yang memabukkan adalah haram. Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla memiliki perjanjian bagi orang yang meminum sesuatu yang memabukkan, bahwa Allah akan meminumkan untuknya (air) dari Thinatul Khobaal. Para Sahabat bertanya: Apakah Thinatul Khobaal itu? Nabi bersabda: Keringat penduduk Neraka atau perasan (darah dan nanah) penduduk Neraka. (H.R Muslim dari Jabir)

Di dunia, pengaruh narkoba akan menimbulkan kerusakan pada otak. Namun ternyata kerusakan otak akibat pornografi lebih parah dibandingkan akibat buruk narkoba.

Penelitian modern menemukan bahwa kerusakan otak akibat kecanduan melihat pornografi lebih banyak dibandingkan akibat kecanduan narkoba. Pada kecanduan narkoba, otak yang rusak terjadi pada 3 bagian, sedangkan akibat kecanduan pornografi, terjadi kerusakan otak pada 5 bagian. Bagian otak yang paling dirusak oleh pornografi adalah pre frontal cortex (PFC) yang membuat seseorang sulit membuat perencanaan, mengendalikan hawa nafsu dan emosi, serta mengambil keputusan dan berbagai peran eksekutif otak sebagai pengendali impuls-impuls. Pengaruh pornografi ternyata lebih merusak dibandingkan pengaruh narkoba.

Beberapa kerugian di dunia yang akan dirasakan akibat pornografi, beberapa di antaranya adalah:

  1. Kerusakan otak (lemah logika berfikir, tidak bisa fokus, kurang kreatif, daya ingat lemah, lemahnya kemampuan mengambil keputusan)
  2. Kerusakan hormonal; kerusakan mental dan kejiwaan. Kecanduan akan hal-hal yang haram.
  3. Penyimpangan perilaku.
  4. Merusak hubungan pernikahan.
  5. Pemerkosaan; perzinahan.
  6. Kerugian waktu dan biaya, seseorang menjadi tidak produktif.

Artikel Menarik Lainnya: Kebebasan Yang Membinasakan


Salah satu kerugian besar yang terkait kehidupan seseorang di akhirat nanti jika ia suka melihat pornografi adalah amal kebaikan yang telah susah payah dia kumpulkan, terancam terhapuskan. Karena seringkali aktivitas melihat gambar-gambar atau video porno dilakukan sembunyi-sembunyi. Ia banyak taat kepada Allah di lain waktu, namun saat ada kesempatan tersembunyi, ia melihat pornografi. Hal ini dikhawatirkan menyebabkan amalan kebaikannya terhapus.

عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ : «لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا». قَالَ ثَوْبَانُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ. قَالَ : «أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا». (رواه ابن ماجه)

Dari Tsaubaan -semoga Allah meridhainya- dari Nabi shollallahu alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda:
Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan-kebaikan sebesar gunung Tihamah putih, kemudian Allah Azza Wa Jalla menjadikan kebaikan sebesar gunung itu bagaikan debu beterbangan.

Tsauban berkata: Wahai Rasulullah, sebutkan ciri-ciri mereka, perjelaslah tentang mereka kepada kami, agar kami tidak seperti mereka tanpa kami sadari.

Nabi bersabda: Sesungguhnya mereka adalah saudara kalian dengan kulit seperti kalian. Mereka mengambil sebagian malam (untuk sholat) seperti yang kalian lakukan. Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang jika menyendiri, melakukan hal-hal yang diharamkan Allah.

(H.R Ibnu Majah)

Seseorang yang beriman akan berusaha menundukkan pandangannya dari hal-hal yang diharamkan. Mata yang dipejamkan dari melihat hal yang diharamkan Allah, merupakan salah satu penyebab seseorang terhalang dari Neraka.

ثَلَاثَةٌ لَا تَرَى أَعْيُنُهُمُ النَّارَ عَيْنٌ حَرَسَتْ فِي سَبِيْلِ اللهِ وَعَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ غُضَّتْ عَنْ مَحَارِمِ اللهِ

Ada 3 mata yang tidak akan melihat Neraka: Mata yang berjaga di jalan Allah, mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang ditundukkan dari (melihat) hal-hal yang diharamkan Allah. (H.R atThobaroniy, dishahihkan al-Albaniy dalam as-Shahihah)


Artikel Terkait: Mengarahkan Naluri Insani Pada Bimbingan Ilahi


Menundukkan pandangan dari hal-hal yang haram akan menjadikan seseorang tidak hanya beruntung di akhirat, namun juga mendapat manfaatnya di dunia. Setidaknya ada 3 hal yang disebutkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tentang manfaat menundukkan pandangan sebagaimana disebutkan dalam Majmu’ al-Fatawa beliau.

Berikut ini kami intisarikan kutipan terjemahan potongan-potongan kalimat yang beliau sampaikan:

Manfaat pertama: Merasakan manis dan lezatnya keimanan.

Ini adalah manfaat terbaik karena ia meninggalkan hal itu karena Allah. Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan gantikan yang lebih baik darinya (Majmu’ Fataawa Ibn Taimiyyah(15/420))

Manfaat kedua: Bersinarnya hati dan kuatnya firasat.

Allah Ta’ala berfirman tentang kaum Luth (yang artinya):

Demi umurmu (Muhammad), sungguh mereka mabuk (dalam perasaan) yang membutakan (Q.S al-Hijr ayat 72).

Ketergantungan terhadap gambar (yang haram) menimbulkan kerusakan akal, butanya mata hati, dan mabuknya hati (Majmu’ Fataawa Ibn Taimiyyah (15/425)).

Manfaat ketiga: Hati menjadi kuat, kokoh, dan pemberani. Allah menjadikan untuknya kekuasaan penglihatan hati bersamaan dengan kekuatan hujjah.

Disebutkan dalam atsar (Malik bin Dinar): Orang yang menyelisihi hawa nafsunya, Syaithan akan takut dari bayangannya. Karena itu orang yang mengikuti hawa nafsunya memiliki jiwa yang hina, lemah. Allah jadikan demikian terhadap orang yang bermaksiat terhadapNya. Sesungguhnya Allah menjadikan kemuliaan bagi orang yang mentaatiNya dan kehinaan bagi yang bermaksiat kepadaNya. Allah Ta’ala berfirman:

يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ

Mereka (orang-orang munafik) berkata: Jika kami kembali ke Madinah, sungguh orang-orang yang mulia akan mengeluarkan orang-orang yang hina. (Padahal) kemuliaan itu hanya milik Allah, RasulNya, dan kaum beriman. (Q.S al-Munafiqun ayat 8)

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Janganlah kalian merasa lemah, dan jangan bersedih. Sesungguhnya kalian paling tinggi (derajatnya) jika kalian beriman
(Q.S Ali Imran ayat 139)

(Majmu’ Fataawa Ibn Taimiyyah (15/426))


Baca Juga: Mensyukuri Nikmat Media untuk Kebaikan


Seseorang yang ada dorongan kuat untuk melakukan kemaksiatan, namun kemudian ia takut kepada Allah, hingga tidak jadi mengerjakannya, ia akan mendapat satu kebaikan secara sempurna. Bahkan, ia akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.

وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً

Barangsiapa yang berkeinginan untuk berbuat dosa, namun dia tidak mengerjakannya (karena takut kepada Allah), Allah tuliskan untuknya satu kebaikan (Muttafaqun alaih, dari Ibnu Abbas).

كُتب إلى عمر يا أمير المؤمنين، رجل لا يشتهي المعصية ولا يعمل بها، أفضل، أم رجل يشتهي المعصية ولا يعمل بها؟ فكتب عمر، رضي الله عنه: إن الذين يشتهون المعصية ولا يعملون بها {أُولَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ}

Ditulis sebuah surat kepada Umar: Wahai Amirul Mukminin, manakah yang lebih utama: seseorang yang tidak ada keinginan berbuat maksiat dan tidak mengerjakan maksiat ataukah seseorang yang ada keinginan untuk mengerjakan maksiat, namun ia tidak melakukan maksiat itu?

Umar radhiyallahu anhu membalas surat: Sesungguhnya orang yang menginginkan untuk berbuat maksiat, tapi ia tidak mengerjakannya (itulah yang lebih utama). (Sebagaimana firman Allah – yang artinya): …mereka itulah orang-orang yang Allah uji hati mereka untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar (Q.S al-Hujurat ayat 3)

(Riwayat Ahmad dalam az-Zuhud, dinukil Ibnu Katsir dalam Tafsirnya)


Ditulis oleh: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan