Menjaga Anak Agar Tetap Berada di Atas Fitrah
Syaikh Sholih Al Fauzan Hafidzahullah menyampaikan:
Maka bertakwalah kalian dalam urusan anak-anak kalian…
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Maka kedua orangtuanya lah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi. (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Itulah asal dari setiap anak yang dilahirkan, yaitu fitrah yang tiada lain adalah agama islam.
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkan wajahmu kepada agama ini dengan penuh keikhlasan. Itulah fitrah yang Allah ciptakan manusia di atasnya. Tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah. Itulah agama yang lurus namun kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (QS. ar Ruum: 30)
Jika orangtua mampu menjaga anaknya agar terus berada di atas fitrahnya seraya menjaga tumbuh kembang anak itu niscaya sang anak akan tumbuh dewasa di atasnya, berlanjut hingga renta, dan seterusnya dengan izin Allah. Namun jika orangtua merusak fitrah sang anak, maka rusak pula asal penciptaannya tersebut. Hal itu laksana sebidang tanah yang baik sehingga menghasilkan kebaikan dan keberhasilan pula. Sebaliknya saat tanah itu rusak ia tak akan menghasilkan apapun. Fitrah pun demikian. Fitrah itu telah disiapkan untuk berbagai kebaikan, ia akan menerima perbaikan dan kebaikan itu. Namun apabila sampai ada sesuatu yang merusaknya maka ia akan rusak. Dan sebab di balik itu semua adalah orangtua. Maka jagalah oleh kalian fitrah anak-anak kalian dan teruslah menjaga tumbuh kembangnya dalam kebaikan.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ لسَبْعِ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا لعَشْرِ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
Perintahkan anak kalian mengerjakan shalat saat berusia tujuh tahun dan pukullah mereka saat berusia sepuluh tahun, dan pisahkan mereka dalam tempat tidurnya. (HR. Abu Dawud (418) dan dishahihkan oleh al Albani dalam Shahih Abi Dawud, pent-)
Baca Bagian Pertama: Anak Sebagai Ujian Bagi Orangtua
Biasakan berbagai kebaikan untuk anak anda semenjak ia mencapai usia tamyiz secara bertahap. Saat ia menginjak usianya yang ketujuh perintahkan ia untuk shalat. Dari situ pula ia harus dibiasakan untuk berwudhu dan bersuci. Ia juga harus mengetahui seluk beluk shalat, mana saja yang menjadi kewajibannya dan sunnahnya. (Demikian seterusnya) hingga ia mulai terbiasa melakukan itu semua dan tumbuh di atasnya.
Saat ia sudah mencapai usia sepuluh tahun, bisa saja ia sudah baligh atau mendekatinya, ia akan berpindah ke tingkatan pendidikan berikutnya:
وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا لعَشْرِ
“dan pukullah mereka saat berusia sepuluh tahun”.
Baca Juga: Kewajiban Menuntut Ilmu Agama
Maka apabila ia masih bermudah-mudahan dalam perkara shalat, ia dipukul karenanya agar bisa merasakan kepedihan dan hukuman. Dengan itu harapannya ia akan menjaga shalatnya secara terus menerus.
Demikianlah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam terkait pendidikan anak-anak, dimana kita bertahap mengajari mereka sesuai dengan umurnya. Adapun fenomena yang berkembang sekarang yang menyatakan bahwa upaya mendidik anak dan terkadang memukulnya dalam rangka memberikan pengajaran, itu semua merupakan bentuk kekerasan dalam rumah tangga, tidak lain merupakan teori-teori yang diembuskan oleh musuh-musuh kita dari kalangan orang-orang barat yang ingin merusak kita semua, termasuk istri dan anak-anak kita. Mereka sebut itu sebagai kekerasan dalam rumah tangga. Padahal itu merupakan pendidikan yang diajarkan oleh islam dari generasi ke generasi di atas kebaikan dan perbaikan. Hakikatnya, kekerasan dalam rumah tangga yang mereka singgung itu adalah sikap menelantarkan anak-anak dan para istri. Itulah kekerasan yang sesungguhnya. Adapun upaya memperbaiki mereka itulah kebaikan dan perbaikan yang diajarkan oleh agama kita.
Baca Pula: Bolehkah Seorang Ayah Memaksa Putinya untuk Menikah
فاتقوا الله في أولادكم، النبي صلى الله عليه وسلم قال: كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ ، أصل المولود أنه على الفطرة وهي الدين، دين الإسلام: (فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ)، فإذا حافظ الوالد على فطرة ولده ونماها بالخير شب عليها، وكبر عليها واستمر عليها بإذن الله، وإذا أفسد فطرته فسدت هذه الفطرة، مثل التربة الطيبة التي تنبت الخير والإنتاج، إذا أفسدت التربة فإنها لا تنتج، الفطرة كذلك، الفطرة مهيأ للخير، قابله للإصلاح والصلاح؛ لكن إذا اعتراها ما يفسدها فإنها تفسد، والسبب في ذلك هو الوالد، فحافظوا على فطرة أولادكم ونموها في الخير، قال صلى الله عليه وسلم: مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ لسَبْعِ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا لعَشْرِ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ ، تدرج مع الطفل من حين يميز، إذا بلغ السابع من عمره فإنَّه يؤمر بالصلاة، ويلزم من ذلك أن يعود على الوضوء والطهارة، ويعلم الصلاة وما يجب فيها وما يسن، حتى يتعود عليها، وينشأ عليها، فإذا بلغ العاشرة إما أن يكون بلغ الاحتلام، وإما أن يكون قد راهق البلوغ فحينئذ يُنتقل إلى مرحلة ثانية في التربية: وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا لعَشْر ، فإذ تساهل في الصلاة فإنه يضرب عليها حتى يذوق الألم والعقوبة، فيحافظ على الصلاة ويستمر عليها هكذا أرشدنا النبي صلى الله عليه وسلم مع الأولاد نتدرج بهم في أسنانهم، وأمَّا ما يشاع الآن من أن تربية الولد أو ضربه وتأديبه أن هذا من العنف الأسري فهذا جاءنا من أعداءنا من الغربيين المفسدين الذين يريدون أن يفسدوا علينا زوجاتنا وأولادنا، ويسمون هذا بالعنف الأسري، وهذا هو التربية الإسلامية التي تنشأ الأجيال على الصلاح والإصلاح، والعنف الأسري هو التضييع هو تضييع الأولاد والنساء، هذا هو العنف الأسري، وأما استصلاحهم فهذا هو الصلاح والإصلاح الذي جاء به ديننا.
Diterjemahkan oleh Abu Dzayyal Muhammad Wafi dari sumber:
Petikan khutbah jumat Syaikh Sholih Al Fauzan hafidzahullah yang berjudul التربية الصالحة للأبناء