Tiga Etika Dasar Pergaulan
Petikan Khutbah Iedul Fithri 1442 H
Saudaraku semoga kita dirahmati Allah, telah dimaklumi bahwa beda dada, beda isi pemikiran. Dan silang pandang adalah kelumrahan interaksi sosial. Semakin sering kita bergaul, makin besar potensi perbedaan berpikir kita dengan ikhwan kita, pun bertambah bilangan dan kualitasnya.
Namun apakah itu melazimkan perpecahan? Jangan! karena jelas terlarang apabila perbedaan pandangan menjadi sebab perpecahan selama bukan dalam bagian prinsip agama.
Bagaimana jika terlanjur terjebak dalam perselisihan dan sengketa antar saudara?
Alhamdulillah, telah ada bimbingan ilahi yang merupakan cakupan ringkas 3 perangai mulia; dalam surah Al A’raf, pada ayat ke-199 Allah berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
“Jadilah engkau pemaaf dan ajaklah orang lain mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang tidak paham.”
Mari kita pelajari maknanya, merujuk penjelasan Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’diy rahimahullah dalam tafsir beliau.
Yang pertama:
خُذِ الْعَفْوَ “Jadilah engkau pemaaf”
Beliau rahimahullah menjelaskan:
“Ayat ini cakupan ringkas tentang akhlaq yang baik, beretika terhadap orang lain, dan kepatutan dalam pergaulan bersama mereka. Sehingga semestinya masyarakat dipergauli dengan kemurahan hati, suka memaafkan. Yaitu keluhuran sikap anda terhadap mereka, yang bisa memudahkan mereka menerima tindakan dan perangai kita. Jadi jangan sampai membebani mereka dengan perilaku yang tabiat masyarakat sulit menerimanya. Justru hendaknya setiap orang saling berterimakasih terhadap penerimaan yang dirasakan, baik berupa ucapan, sikap terpuji, ataupun yang kurang dari itu.
Hendaknya pula anda mentolerir kekurangan mereka, mengabaikan keterbatasan mereka. Janganlah angkuh di hadapan rakyat kecil hanya karena kecilnya dia. Jangan pula sombong kepada pihak yang kurang cara pandangnya hanya karena kekurangan itu. Begitu pun jangan arogan terhadap orang miskin semata disebabkan kemiskinannya. Tapi hendaknya, pergaulilah mereka semuanya dengan penuh kelembutan dan sambutan hangat yang sesuai dengan situasi dan kondisi serta yang dapat melapangkan dada mereka.”
Kedua:
وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ “ajaklah orang lain mengerjakan yang ma’ruf”
Syaikh As Sa’di rahimahullah menerangkan:
“Yaitu melalui semua bentuk ucapan dan perbuatan yang baik, perangai terpuji terhadap kerabat dekat ataupun orang lain. Jadikanlah yang diterima masyarakat dari diri anda berupa pengajaran ilmu, atau anjuran kebaikan, berupa hubungan silaturrahim, bakti kepada kedua orang tua, mendamaikan pertikaian antar sesama, nasihat yang bermanfaat, saran yang benar, bantuan terhadap kebajikan dan taqwa, pencegahan dari keburukan, ataupun bimbingan dalam meraih kebaikan agama.”
Ketiga:
وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ “berpalinglah dengan tidak perlu menggubris orang-orang yang belum paham.”
Syaikh As Sa’di rahimahullah menyatakan:
“Allah ta’ala memerintahkan kita ketika menghadapi orang jahil (yang tidak paham agama) dengan menghindar dari mereka, dan tidak menanggapi kebodohan mereka. Sehingga jika ada orang yang mengganggu anda dengan ucapan atau perbuatannya, jangan balas menyakitinya. Begitu pula terhadap orang yang tidak lagi berbagi dengan anda, tetap berikan kebaikan anda kepadanya. Kepada yang telah memutus hubungan, hendaklah anda menyambungnya. Pun terhadap yang mendzalimi anda, tetaplah bersikap adil kepadanya.”
(Sampai di sini kutipan makna dari Taisirul KarimirRahman).
Sehingga baik untuk kita nyatakan, saatnyalah momentum tepat kita menerapkannya. Senyampang tempaan dari Allah di bulan Ramadhan yang mengajarkan kesabaran masih lekat. Mumpung target ketakwaan masih dimuliakan.
▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️
Silakan dibaca pula:
Namimah, Salah Satu Jenis Perbuatan yang Semakna dengan Sihir
▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️
Sambunglah silaturrahim yang mungkin terputus. Bersikaplah mulia dengan mengajukan permohonan maaf untuk menyulam kembali tali persaudaraan yang terkoyak. Jika tidak memungkinkan dengan bertemu langsung, semoga tercukupi dengan sarana komunikasi lain yang tersedia luas.
Segeralah memulai bertegur sapa, padamkan kemarahan dan permusuhan. Jangan biarkan dendam berkepanjangan apalagi menahun.
عَنْ أَبِي خِرَاشٍ السُّلَمِيِّ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : مَنْ هَجَرَ أَخَاهُ سَنَةً فَهُوَ كَسَفْكِ دَمِهِ
“Orang yang memboikot tidak menyapa saudaranya selama periode setahun, keadaannya seperti menumpahkan darahnya.” (HR. Abu Dawud, dishahihkan Syakh Al Albani rahimahumullah).
Apabila kita diadu oleh pihak yang tidak senang kita bersatu, hendaknya kita mudah dipersatukan.
Dalam Musnad Imam Ahmad diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
الْمُؤْمِنُ مَأْلَفٌ، وَلَا خَيْرَ فِيمَنْ لَا يَأْلَفُ وَلَا يُؤْلَفُ
“Orang beriman itu bersifat lembut mudah berdamai, tidak sempurna kebaikan bagi orang yang tidak mudah bersatu dan tidak bisa dipersatukan.” (Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shohihah no. 425)
Mari turut berbuat kebaikan dan terus mengajak saudara-saudara kita lainnya untuk andil dan turut melakukannya.
Jangan terhambat berbuat baik hanya karena celaan pihak-pihak yang belum memahami indahnya kebaikan ini. Berpalinglah dari mereka orang-orang jahil, pihak-pihak yang berusaha merusak persatuan kita. Sambut dan ikutilah bimbingan dan nasihat para ulama, terkhusus para ulama senior terkemuka di masa kita.
Yakinlah dengan janji Allah والعاقبة للمتقين “Akhir yang baik hanya bagi pihak yang bertaqwa.”
Contoh gamblang bisa diperoleh dari kisah sarat hikmah perjalan hidup Nabi Yusuf ‘alaihissalam. Betapa beliau telah diberi taufiq Allah:
· Untuk bersabar dan berhati murah lagi mudah memaafkan kekejaman saudara-saudaranya di masa lalu
· Untuk konsisten berdakwah mengajarkan tauhid dan mengajak berbuat kebaikan walaupun dalam kesendirian dan kesulitan.
· Dan untuk tidak menggubris seruan kebodohan untuk bermaksiat kepada Allah, meskipun begitu dahsyat rayuan dan terbuka kesempatan.
Bukti hasil akhirnya Allah abadikan dalam firman-Nya, kala beliau menaikkan kedua ayah-bundanya ke atas singgasana. Dan semua saudaranya yang dulu mendzalimi beliau bersujud di hadapan Nabi Yusuf alaihissalam;
وَقَالَ يَا أَبَتِ هَٰذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِن قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا ۖ
“Dan Yusuf berkata: “Wahai ayahandaku inilah penjelasan ta’bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Robku telah menjadikannya sebagai kenyataan.”
وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُم مِّنَ الْبَدْوِ مِن بَعْدِ أَن نَّزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي ۚ
“Dan sesungguhnya Robku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa engkau dari dusun padang pasir, setelah setan merusakkan (hubungan) antara diriku dan saudara-saudaraku.”
إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِّمَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
“Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [QS Yusuf: 100]
Kebaikan dan kebahagian masih mungkin di raih di dunia. Adapun di akhirat, lebih jelas tanpa keraguan!
تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Negeri akhirat itu, hanya Kami peruntukkan bagi orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri maupun berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” [QS al-Qoshosh: 83]
Mari bersama mewujudkan kasih sayang ikhwan, dari sebuah kerinduan menjadi kenyataan!
Semoga Allah menyatukan hati-hati kita dalam ketaqwaan dan mengumpulkan kita semua di jannah-Nya sebagai saudara yang saling mencinta, kekal abadi dalam naungan rahmat-Nya.
✒ Abu Abdirrohman Sofian