Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Kutipan Fatwa Syaikh Robi’ bin Hadi Al Madkholi hafidzohullah

“Dan bukan hanya sekali saya menyatakan, bahwa Romawi menguasai wilayah Palestina di zaman Bani Israil. Ketika itu mereka hidup pada periode sejarah kehidupan Bani Israil di mana tiga Nabi diutus dalam satu generasi yang nyaris belum bisa diserukan jihad.

Ketiga nabi itu adalah Nabi Zakariyya, Isa dan Yahya ‘alaihimushsholatu wassalam.

Jika Rab anda Menghendaki, niscaya Dia akan Memerintahkan salah seorang Nabi itu agar mendoakan kebinasaan bagi musuh-musuhnya, sehingga Allah menenggelamkan mereka sebagaimana tenggelamnya kaum Nabi Nuh, atau binasanya kaum ‘Ad dan Tsamud. Hanya saja memang Allah menguji manusia satu sama lainnya.

ذَٰلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ ۗ

“Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka, tetapi Allah hendak menguji sebagian kalian dengan sebagian yang lain.” (QS. Muhammad : 4)”

▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️

Silakan baca pula:

Dukungan Kita Terhadap Muslim Palestina

Kewajiban Menuntut Ilmu Agama

Kecaman Terhadap Aksi Bom Bunuh Diri dan Berbagai Tindakan Teror yang Meresahkan

▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️

Syaikh Rabi’ Al Madkholi hafidzahullah melanjutkan:

“Lalu sejak kapankah Allah bebankan tanggung jawab kepada ummat ini untuk berjihad dan mengemban amanah tersebut?

Yaitu ketika Allah telah mengaruniakan:

– kekuatan yang mencukupi dan kemampuan bagi mereka

– serta saat mereka telah memenuhi syarat-syarat diberikannya pertolongan dan kejayaan.

Adapun di kala masih lemah, Allah tidak membebani para Nabi, padahal mereka adalah makhluq yang paling dekat kepada Allah tabaroka wata’ala, sekaligus yang paling utama di sisi-Nya. Dan beliau-beliaulah yang paling berhak cepat memperoleh pengkabulan doa, dimana terbukti telah Allah binasakan beberapa umat karena doa sebagian Nabi. Begitu pula telah Allah binasakan Fir’aun beserta pengikutnya, sebagai bentuk pertolongan terhadap Nabi Musa ‘alaihi ashsholatu wassalam. Hanya saja memang Allah memberikan ujian kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Sehingga apabila Dia memberikan ujian -sedangkan Dia Maha Pengasih sekaligus Maha Adil Hukum-Nya- tidaklah membebani hamba-Nya termasuk para Nabi, dengan tugas di luar batas kemampuan mereka.

Jadi, apabila para Nabi saja pada masa telah disyariatkannya jihad, Allah tidak membebani mereka, yaitu dengan jihad, padahal jihad telah disyariatkan dalam agama mereka.¹)

Lalu mengapa Allah tidak mensyariatkan jihad kepada mereka dan belum membebani mereka dengan tugas berjihad kepada para Nabi tersebut, bahkan terhadap tiga Nabi pada generasi yang sama, dalam satu wilayah negeri yang sama pula, yaitu Al Quds (Palestina sekarang -pent.), juga tidak Allah bebani dengan tanggungjawab mengusir bangsa Romawi dari wilayah Al Quds, apa sebabnya?

Karena di antara ketentuan kauniyyah dan syar’iyyah bahwa Allah tidak akan membebani manusia kecuali dengan perkara yang mampu mereka kerjakan.

Apakah sekarang mereka orang-orang yang telah menghancurkan bangunan-bangunan itu²) memiliki kemampuan yang mencukupi untuk menghadapi Amerika dan Eropa serta sekian banyak negara Timur maupun Barat? Apakah mereka memiliki kemampuan ini?” ³)

________
Catatan penerjemah:

¹) Perhatikan ketidakmampuan dan ketakutan Bani Israil jelas terpaparkan di saat Nabi Musa mengajak mereka berjihad, ketika mereka menjawab dengan ucapan yang diabadikan dalam Firman Allah:

قَالُوا يَا مُوسَىٰ إِنَّا لَن نَّدْخُلَهَا أَبَدًا مَّا دَامُوا فِيهَا ۖ فَاذْهَبْ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ (24) قَالَ رَبِّ إِنِّي لَا أَمْلِكُ إِلَّا نَفْسِي وَأَخِي ۖ فَافْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ [المائدة : 24-25]

Mereka (bani Israil) berkata: “Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kalian berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja”. Berkata Musa: “Ya Tuhanku, aku tidak dapat berkuasa kecuali terhadap diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu”. (Surah Al Maidah : 24-25)

²) Akibat tidak bersabar dalam ujian dan bertindak gegabah di luar kewenangan pemimpin bangsa ataupun bimbingan ulama, terulang sekian tindakan ceroboh. Termasuk kejadian terakhir, bombardir dan agresi Yahudi ke wilayah pendudukan Palestina sebagaimana diakui sendiri oleh salah satu media milisi perlawanan bersenjata Hamas adalah dipicu aksi ceroboh. Perhatikan kutipan berikut dari berita versi milisi bersenjata dilansir 2 Mei 2021:

“Tiga pemukim Yahudi terluka dalam aksi berani mati yang dilakukan oleh oleh orang-orang bersenjata di dekat pos pemeriksaan militer Israel Za’tara, selatan Nablus, wilayah utara di Tepi Barat yang diduduki penjajah Israel.

Media Israel melaporkan bahwa penembakan dilakukan dari kendaraan yang sedang melaju. Dua orang yang terluka dalam kondisi kritis. Media Israel mengatakan, para pelaku serangan itu meninggalkan lokasi kejadian, sementara tentara pendudukan Israel melakukan pencarian.

Pasukan pendudukan Israel dikerahkan secara besar-besaran di Jalan Hawara al-Ra’is, selatan Nablus, setelah operasi aksi penembakan tersebut, juga di sejumlah pos pemeriksaan militer lain di utara Ramallah, yaitu (Atara, Ain Yabrud, dan Ain Sinaia).” akhir kutipan

Dari sumber (klik di sini)

Terbukti, tindakan serampangan yang hanya melukai segelintir warga Yahudi pendudukan tersebut, dibalas berkali lipat tanpa mampu seorang muslimpun mencegahnya -والله المستعان.

Hingga saat ini hampir lebih dari 180 jiwa warga Palestina menjadi korban pembalasan tentara pendudukan (semoga para ahli tauhid di kalangan saudara kita seiman tersebut diwafatkan sebagai syuhada). Belumkah tiba waktu untuk menghentikan arogansi kecerobohan?

Semoga Allah memberi hidayah dan taufiq kepada semua muslim untuk terbimbing bersabar dan bersikap secara hikmah dalam situasi apapun.

³) Tentu jawabannya tidak. Kita dan saudara-saudara kita terbukti belum mampu. Selain karena terikat perjanjian internasional para pendahulu yang tidak mungkin kita khianati, dan juga fakta keterbatasan kemampuan iman, ilmu, persatuan, kekuatan fisik dan lain sebagainya. Semoga kaum muslimin diberikan kekuatan dan kemampuan yang memenuhi syarat tercapainya pertolongan dan kejayaan dari Allah ta’ala.

▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️

✒ Dialihbahasakan oleh Abu Abdirrohman Sofian dari Kitab Fatawa Fadhilatisy Syaikh Robi’ bin Hadi Al Madkhali yang diarsipkan di: (klik di sini)

Tinggalkan Balasan