Kebid’ahan Penghambat Istighfar dan Taubat
Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إنَّ الله حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعَ بِدْعَتَهُ
Sesungguhnya Allah menutup taubat dari semua pelaku bid’ah hingga ia meninggalkan kebid’ahannya.
(H.R atThobarony dari Anas, dinyatakan sanadnya hasan oleh al-Mundziri, dishahihkan Syaikh al-Albaniy).
Mengapa pelaku kebid’ahan terhalangi dari taubat?
Karena ia tidak mengakui bahwa bid’ah yang ia lakukan sebagai suatu kesalahan dan dosa. Bagaimana ia bisa bertaubat dari sesuatu yang dia anggap bukan dosa?
Sufyan ats-Tsaury menyatakan:
”Bid’ah lebih disukai oleh Iblis dibandingkan kemaksiatan, karena kemaksiatan memungkinkan untuk bertaubat, sedangkan kebid’ahan (sulit diharapkan) untuk bertaubat”.
(Syarh Ushul I’tiqad Ahlussunnah wal Jama’ah karya alLaalikaai (1/132))
Artikel terkait:
Terhindar dari Kebid’ahan dan Paham yang Menyimpang Adalah Suatu Anugerah yang Sangat Besar
Al-Imam al-Auza’i menyatakan:
“Iblis bertemu dengan pasukannya dan berkata: Dari arah mana kalian datangi anak Adam? Mereka berkata: dari berbagai arah. Iblis bertanya: Bisakah kalian datangi mereka dari (celah) istighfar? Pasukannya berkata: Kami dapati istighfar itu selalu bergandengan dengan tauhid. Iblis berkata: Datangilah mereka dari arah dosa yang mereka tidak akan beristighfar. (al-Auzai kemudian menyatakan): karena itulah kemudian mereka menyebarkan alAhwaa’ (kebid’ahan-kebid’ahan)”.
(Syarh Ushul I’tiqad Ahlussunnah wal Jamaah karya al-Laalikai (1/131))
Dikutip dari buku “Sukses Dunia Akhirat dengan Istighfar dan Taubat”, Abu Utsman Kharisman