Bimbingan Ulama Ahlussunnah Menyelamatkan dari Kesesatan Kelompok Menyimpang

Yusuf bin Asbath rahimahullah menyatakan:
كَانَ أَبِي قَدَرِيًّا وَأَخْوَالِي رَوَافِضَ، فَأَنْقَذَنِي اللَّهُ تَعَالَى بِسُفْيَانَ
Ayahku adalah seorang qodariy (pengingkar takdir) dan paman-paman dari jalur ibuku adalah orang-orang Rafidhah. Namun Allah menyelamatkan aku dengan (sebab bimbingan) Sufyan (ats-Tsauriy)(riwayat Ibnul Ja’d dalam musnadnya)
Yusuf bin Asbath juga menyatakan bagaimana ayah dan pamannya itu berusaha menarik beliau kepada pemahaman menyimpang itu:
كَانَ أبي قدريا وَكَانَ عمي أَو خَالِي رَافِضِيًّا فَكَانَ هَذَا يدعوني إِلَى الْقدر وَهَذَا يدعوني إِلَى الرَّفْض
Ayahku adalah seorang qodariy (pengingkar takdir) dan pamanku dari jalur ayah atau pamanku dari jalur ibu adalah seorang Rafidhah (Syiah). Yang satu mengajakku pada pemahaman qodariyyah, dan yang satu lagi mengajakku pada pemahaman (Syiah) Rafidhah (al-Ilal wa Ma’rifatir Rijaal karya al-Imam Ahmad riwayat dari anaknya Abdullah)
Yusuf bin Asbath bersyukur kepada Allah karena di tengah gencarnya ajakan dari ayah maupun pamannya yang masing-masing menyeru pada penyimpangan, beliau terselamatkan dengan bimbingan Ulama hadits di masa itu, yaitu Sufyan ats-Tsauriy.
Sedangkan Sufyan ats-Tsauriy sendiri mengungkapkan syukurnya karena dahulu beliau pernah disesatkan oleh al-Khosybiyyah (suatu kelompok Syiah juga), namun dengan pertolongan Allah melalui bimbingan 4 Ulama, beliau bisa terlepas dari jeratan penyimpangan kelompok tersebut.
Sufyan ats-Tsauriy rahimahullah menyatakan:
كَانَتِ الْخَشْبِيَّةُ قَدْ أَفْسَدُونِي حَتَّى اسْتَنْقَذَنِي اللهُ تَعَالَى بِأَرْبَعَةٍ لَمْ أَرَ مِثْلَهُمْ: أَيُّوبُ وَيُونُسُ وَابْنُ عَوْنٍ وَسُلَيْمَانُ التَّيْمِيُّ
Dahulu kelompok al-Khosybiyyah telah membuatku rusak. Hingga Allah menyelamatkan aku dengan (sebab) 4 orang yang aku tidak pernah melihat orang seperti mereka, yaitu Ayyub, Yunus, Ibnu ‘Aun, dan Sulaiman atTaimiy (riwayat Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq dan Abu Nuaim dalam Hilyatul Awliyaa’)
Abdullah bin Wahb (Ibnu Wahb) begitu sering mengingat nikmat Allah terselamatkan dari kesesatan dengan sebab petunjuk 2 Ulama di masa itu yaitu al-Imam Malik dan al-Laits bin Sa’ad:
لولا أنَّ اللَّهَ أنقَذَني بمالكٍ واللَّيْثِ لضلَلْتُ
Kalaulah Allah tidak menyelamatkan aku dengan (sebab) Malik dan al-Laits niscaya aku sesat (riwayat Ibnu Abi Hatim dalam al-Jarh wat Ta’dil)
Bagaimanakah bentuk bimbingan al-Imam Malik dan al-Laits kepada Muhammad bin Wahb sehingga membuat beliau merasa terselamatkan dari kesesatan? Jawabannya adalah dengan memilahkan riwayat-riwayat yang shahih dan yang tidak. Karena Muhammad bin Wahb begitu kebingungan terhadap hadits-hadits yang telah beliau kumpulkan dalam jumlah banyak.
فقيل له: كيف ذلك؟ قال: أكثرت من الحديث فحيرني. فكنت أعرض ذلك على مالك والليث، فيقولان لي: خذ هذا ودع هذا
Ditanyakan kepada beliau (Ibnu Wahb) bagaimana bisa (al-Imam Malik dan al-Laits membuat engkau terhindar dari kesesatan)? Ibnu Wahb berkata: Aku banyak menerima hadits sehingga hal itu membuatku bingung. Aku pun menyampaikan hadits-hadits itu kepada Malik dan al-Laits. Keduanya kemudian berkata: Ambillah hadits ini, dan tinggalkan hadits ini (Tartiibul Madaarik wa Taqriibul Masaalik li Ma’rifati A’laami Madzhabi Maalik karya al-Qodhiy Iyaadl 3/236).
Hal itu menunjukkan bahwa Ulama yang benar adalah yang memilahkan riwayat yang shahih dari yang tidak. Mereka tidak menyatakan: Silakan ambil dari siapa saja dan mana saja, karena itu semua ilmu. Tidak demikian. Justru anjuran yang demikian meski dipandang oleh sebagian orang sebagai hal yang bijak, pada hakikatnya menjerumuskan. Ilmu yang jernih adalah yang terpilah dan tersaring dengan bimbingan Ulama Ahlussunnah.
Demikianlah begitu besarnya jasa para Ulama Ahlussunnah terhadap umat Islam dalam membimbing dan mengarahkan mereka agar terselamatkan dari kesesatan.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan taufiq, pertolongan, dan ampunan kepada kita dan segenap kaum muslimin.
Penulis: Abu Utsman Kharisman