Sel 25 Ramadhan 1446AH 25-3-2025AD

Orang-orang mulia menyesal karena melewatkan kesempatan emas dalam meraup lebih banyak keutamaan. Seharusnya itu menjadi pelajaran indah bagi kita akan begitu berharganya hal-hal yang disayangkan terlewat oleh orang-orang mulia tersebut.

Sahabat Nabi Kholid bin al-Walid radhiyallahu anhu menyesal karena dahulu begitu sibuknya dengan keterlibatan dalam jihad fi sabilillah, beliau melewatkan banyak waktu untuk tilawah alQuran. Kholid bin al-Walid radhiyallahu anhu berkata:

قَدْ مَنَعَنِي كَثِيرًا مِنَ الْقِرَاءَةِ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

(Kesibukan) jihad fi sabilillah telah menghalangi aku dari banyak membaca (alQuran)(riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya dengan sanad yang shahih)

Subhanallah. Padahal kesibukan beliau adalah ibadah, karena jihad adalah termasuk ibadah yang paling utama. Bagaimana dengan kita?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyesal karena kurang optimal dalam memanfaatkan waktu guna mentadabburi serta mengajarkan makna ayat-ayat alQuran. Beliau rahimahullah menyatakan:

وَنَدِمْتُ عَلَى تَضْيِيْعِ أَوْقَاتِي فِي غَيْرِ مَعَانِي الْقُرْآنِ

Dan aku menyesal karena menyia-nyiakan waktuku (yang terlewatkan) tanpa (mentadabburi; mengkaji; atau mengajarkan) makna-makna alQuran (Dzail Thobaqot al-Hanabilah karya Ibnu Rojab 2/402)

Allahu Akbar! Padahal karya-karya beliau begitu banyak yang bermanfaat bagi umat. Istidlal dan penjelasan makna ayat-ayat alQuran begitu marak mengisi uraian-uraian dari khazanah keilmuan yang beliau wariskan.

Abu Hamid al-Ghozaliy rahimahullah menyesal, mengapa dulunya selalu tersibukkan dalam mempelajari ilmu filsafat. Hingga di akhir hayatnya beliau sibuk mempelajari hadits-hadits Nabi yang shahih, dan beliau meninggal dengan mendekap kitab Shahih al-Bukhari di dada beliau.

وَكَذَلِكَ الْغَزَالِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ، انْتَهَى آخِرُ أَمْرِهِ إِلَى الْوَقْفِ وَالْحَيْرَةِ فِي الْمَسَائِلِ الْكَلَامِيَّةِ، ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْ تِلْكَ الطُّرُقِ وَأَقْبَلَ عَلَى أَحَادِيثِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَاتَ وَالْبُخَارِيُّ عَلَى صَدْرِهِ

Demikian juga al-Ghozaliy -semoga Allah merahmatinya-. Akhir perkaranya adalah dalam keadaan berhenti dan bingung tentang masalah Kalamiyyah (filsafat). Kemudian beliau berpaling dari jalan-jalan itu dan fokus menghadapkan dirinya pada hadits-hadits Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Kemudian beliau meninggal dengan mendekap (Shahih) alBukhari di dada beliau (Syarh al-Aqidah atThohawiyyah karya Ibnu Abil Izzi al-Hanafiy 1/177)

Belajar dari pengalaman tersebut, jika ada di antara kita yang saat ini sibuk dengan mempelajari ilmu filsafat yang dinisbatkan pada Islam, tinggalkanlah. Semoga Allah Ta’ala merahmati kita semua. Sibukkan dengan mempelajari hadits-hadits shahih dari Nabi shollallahu alaihi wasallam, termasuk Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, dan hadits-hadits shahih lainnya. Pahami makna hadits-hadits itu dengan penjelasan Ulama Ahlussunnah.

Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah menyesal karena kurang maksimal dalam mengkaji hadits-hadits Nabi. Karena memang di Najd saat itu masih sulit didapatkan Ulama yang memiliki spesialisasi keahlian khusus dan mendalam tentang hadits-hadits Nabi shollallahu alaihi wasallam (disarikan dari kitab Rihlati Ilan Nuur, juga dinukil di channel telegram Syaikh Fawwaz bin Aliy al-Madkhaliy, postingan 10 Mei 2018, poin ke-16)

Subhanallah. Padahal, kita semestinya sangat bersyukur kepada Allah Ta’ala, kemudian berterima kasih kepada beliau karena syarh-syarh beliau terhadap hadits-hadits Nabi shollallahu alaihi wasallam sangat mencerahkan kaum muslimin. Sebutlah misalkan Syarh Riyadhis Sholihin, Syarh Arbain anNawawiyyah, dan Syarh Bulughil Maram. Tambahkan pula pelajaran Syarh Shahih al-Bukhari maupun Syarh Shahih Muslim yang saat ini mudah kita dapatkan audio rekamannya ataupun pdf kitabnya.

Ya Allah, ampunilah kami dan berikan pemaafan-Mu kepada kami.


Penulis: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan