Jum 12 Jumadil akhir 1446AH 13-12-2024AD

Transaksi Pinjam Meminjam Dengan Nilai Mata Uang Tertentu

Pertanyaan:

Saudaraku di jalan Allah (Hasan – mim) memberikan pinjaman kepadaku sebesar 2 ribu dinar Tunisia. Kita telah mencatat dalam akad, konversi mata uang saat itu dengan mata uang Jerman. Beberapa waktu setelah berjalannya peminjaman – berselang setahun – nilai mata uang Jerman naik. Jika saya serahkan pembayaran hutang sesuai mata uang Jerman, (uang Tunisia) yang saya pinjam saat akad, menjadi ada tambahan 300 dinar Tunisia.

Apakah boleh bagi pemberi pinjaman mengambil kelebihan dana itu, atau apakah itu termasuk riba? Terlebih karena dia menginginkan agar pelunasannya dengan mata uang Jerman agar bisa membeli mobil dari Jerman.

Jawaban Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah:

Pemberi pinjaman (Hasan – mim) tidak punya hak selain nominal yang dipinjamkan kepada anda, yaitu 2 ribu dinar Tunisia. Kecuali jika anda memang rela dengan penambahan itu, maka tidak mengapa. Berdasarkan sabda Nabi shollallahu alaihi wasallam:

إِنَّ خِيَارَ النَّاسِ أَحْسَنُهُمْ قَضَاءً

Sesungguhnya manusia yang terbaik adalah yang terbaik dalam membayar hutang (H.R Msulim dalam Shahih Muslim)

Dalam lafadz riwayat al-Bukhari:

إِنَّ مِنْ خِيَارِ النَّاسِ أَحْسَنُهُمْ قَضَاءً

Sesungguhnya yang termasuk manusia terbaik adalah yang terbaik dalam membayar hutang

Sedangkan akad yang disebutkan (dalam pertanyaan), tidaklah harus diterapkan, karena itu akad yang bukan syar’i. Nash-nash syariat menunjukkan bahwasanya tidak boleh mengembalikan uang pinjaman kecuali dengan nominal yang sama pada saat transaksi pinjam meminjam itu. Kecuali jika orang yang meminjam merelakan penambahan saat membayar sebagai bentuk perbuatan baik dan balas jasa, (maka hal itu tidak mengapa, -pen). Berdasarkan hadits yang baru saja disebutkan.


Sumber: Fatawa Islamiyyah 2/414

Redaksi Fatwa dalam Bahasa Arab

س أقرضني أخي في الله (حسن ــ م) ألفي دينار تونسي. وكتبنا عقداً بذلك ذكرنا فيه قيمة المبلغ بالنقد الألماني، وبعد مرور مدة القرض ــ وهي سنة ــ ارتفع ثمن النقد الألماني، فأصبح إذا سلمته ما هو في العقد أكون أعطيته ثلاثمائة دينار تونسي زيادة على ما اقترضته.

فهل يجوز لمقرضي أن يأخذ الزيادة، أم أنها تعتبر ربا؟ لاسيما وأنه يرغب السداد بالنقد الألماني ليتمكن من شراء سيارة من ألمانية؟

ج ليس للمقرض (حسن ــ م) سوى المبلغ الذي أقرضك وهو ألفا دينار تونسي، إلا أن تسمح بالزيادة فلا بأس، لقول النبي صلى الله عليه وسلم ((إن خيار الناس أحسنهم قضاء)) رواه مسلم في صحيحه، وأخرجه البخاري بلفظ ((إن من خيار الناس أحسنهم قضاء))

أما العقد المذكور فلا عمل عليه ولا يلزم به شيء لكونه عقداً غير شرعي، وقد دلت النصوص الشرعية على أنه لا يجوز بيع القرض إلا بسعر المثل وقت التقاضي إلا أن يسمح من عليه القرض بالزيادة من باب الإحسان والمكافأة للحديث الصحيح المذكور آنفا

الشيخ ابن باز

Penerjemah: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan