Kewajiban Mencintai Ahlussunnah dan Membenci Ahlul Bid’ah

Abul Qosim Ismail bin Muhammad bin al-Fadhl atTamiimiy al-Asbahaaniy asy-Syafii (wafat tahun 535 H) yang dikenal juga dengan sebutan Qowaamus Sunnah -semoga Allah merahmatinya- menyatakan:
Wajib bagi seseorang mencintai Ahlussunnah di mana pun mereka berada dengan mengharapkan kecintaan Allah kepadanya. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda (yang artinya): Wajib mendapatkan kecintaan dari-Ku orang yang saling mencintai karena Aku, saling duduk bermajelis karena Aku, saling berjumpa karena Aku (H.R Malik dan lainnya, pen).
Wajib bagi dia untuk membenci Ahlul Bid’ah di mana pun mereka berada hingga ia termasuk orang yang mencintai sesuatu karena Allah dan membenci sesuatu karena Allah. Mencintai Ahlussunnah ada tanda-tandanya. Sebagaimana membenci Ahlul Bid’ah ada juga tanda-tandanya.
Jika engkau melihat seseorang menyebutkan dengan kebaikan (nama-nama berikut, yaitu) Malik bin Anas, Sufyan bin Said ats-Tsauriy, Abdurrahman bin Amr al-Auza’iy, Abdullah bin al-Mubarok, Muhammad bin Idris asy-Syafii, dan para imam yang diridhai, ketahuilah bahwasanya dia termasuk Ahlussunnah.
Apabila engkau melihat seseorang mendebat agama Allah, mendebat Kitab Allah, dan jika disampaikan kepadanya sabda Rasulullah shollallahu alaihi wasallam justru ia berkilah: “cukup bagi kami Kitab Allah (alQuran saja)” ketahuilah bahwa ia adalah Ahlul Bid’ah. Jika engkau melihat seseorang jika dikatakan kepadanya: Mengapa engkau tidak mau menulis hadits? Ia berkata: “Akal lebih utama untuk dipakai”. Ketahuilah ia adalah Ahlul Bid’ah.
Jika engkau melihat dia memuji filsafat, keyakinan Hindu, memuji orang-orang yang menyusun kitab tentang itu, ketahuilah bahwasanya ia sesat. Jika engkau melihat seseorang menamai Ahlul Hadits (dengan penamaan yang buruk seperti) Hasyawiyyah, atau Musyabbihah atau Nashibah, ketahuilah bahwasanya dia adalah Ahlul Bid’ah.
Jika engkau melihat seseorang menafikan Sifat-Sifat Allah, atau menyamakannya dengan sifat-sifat para makhluk, ketahuilah bahwasanya ia sesat.
Ulama Ahlussunnah berkata: Tidaklah ada Ahlul Bid’ah di dunia ini melainkan telah dicabut kenikmatan hadits dari hatinya.
Sumber: al-Hujjah fi Bayaanil Mahajjah 2/540, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebut kitab itu al-Hujjah ala Taarikil Mahajjah
Naskah dalam Bahasa Arab
قال أبو القاسم إسماعيل بن محمد بن الفضل التميمي الأصبهاني الشافعي (المتوفى: 535هـ)
وعَلى الْمَرْء محبَّة أهل السّنة أَي مَوضِع كَانُوا رَجَاء محبَّة الله لَهُ كَمَا قَالَ رَسُول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ -:
” وَجَبت محبتي للمتحابين فِي والمتجالسين فِي والمتلاقين فِي “. وَعَلِيهِ بغض أهل الْبدع أَي مَوضِع كَانُوا حَتَّى يكون مِمَّن أحب فِي الله وَأبْغض فِي الله، ولمحبة أهل السّنة عَلامَة، ولبغض أهل الْبِدْعَة عَلامَة، فَإِذا رَأَيْت الرجل يذكر مَالك بن أنس، وسُفْيَان بن سَعِيد الثَّوْريّ، وَعبد الرَّحْمَن ابْن عَمْرو الْأَوْزَاعِيّ، عبد الله بن الْمُبَارك، وَمُحَمّد بن إِدْرِيس الشَّافِعِي، وَالْأَئِمَّة المرضيين بِخَير فَأعْلم أَنه من أهل السّنة، وَإِذا رَأَيْت الرجل يُخَاصم فِي دين الله ويجادل فِي كتاب الله فَإِذا قيل لَهُ: قَالَ رَسُول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ -، قَالَ: حَسبنَا كتاب الله فَأعْلم أَنه صَاحب بِدعَة، وَإِذا رَأَيْت الرجل إِذا قيل لَهُ لم لَا تكْتب الحَدِيث؟ يَقُول: الْعقل أولى فَأعْلم أَنه صَاحب بِدعَة، وَإِذا رَأَيْته يمدح الفلسفة والهندسة ويمدح الَّذين ألفوا الْكتب فِيهَا فَأعْلم أَنه ضال، وَإِذا رَأَيْت الرجل يُسَمِّي أهل الحَدِيث حشوية، أَو مشبهة، أَو ناصبة فَأعْلم أَنه مُبْتَدع، وَإِذا رَأَيْت الرجل يَنْفِي صِفَات الله، أَو يشبهها بِصِفَات المخلوقين فَأعْلم أَنه ضال.
قَالَ عُلَمَاء أهل السّنة: لَيْسَ فِي الدُّنْيَا مُبْتَدع إِلَّا وَقد نزع حلاوة الحَدِيث من قلبه. (الحجة في بيان المحجة 2\540)
Penerjemah: Abu Utsman Kharisman