Perangai Ulama Dalam Keinginan Menuntut Ilmu
al-Imam Abu Bakr Muhammad bin al-Husain al-Aajurriy –wafat tahun 360 H- rahimahullah menyatakan:
فَمِنْ صِفَتِهِ لِإِرَادَتِهِ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ: أَنْ يَعْلَمَ أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فَرَضَ عَلَيْهِ عِبَادَتَهُ, وَالْعِبَادَةُ لَا تَكُونُ إِلَّا بِعِلْمٍ , وَعَلِمَ أَنَّ الْعِلْمَ فَرِيضَةٌ عَلَيْهِ , وَعَلِمَ أَنَّ الْمُؤْمِنَ لَا يَحْسُنُ بِهِ الْجَهْلُ , فَطَلَبَ الْعِلْمَ لِيَنْفِيَ عَنْ نَفْسِهِ الْجَهْلَ , وَلِيَعْبُدَ اللَّهَ كَمَا أَمَرَهُ , لَيْسَ كَمَا تَهْوَى نَفْسُهُ. فَكَانَ هَذَا مُرَادَهُ فِي السَّعْيِ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ , مُعْتَقِدًا لِلْإِخْلَاصِ فِي سَعْيِهِ , لَا يَرَى لِنَفْسِهِ الْفَضْلَ فِي سَعْيِهِ , بَلْ يَرَى لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ الْفَضْلَ عَلَيْهِ , إِذْ وَفَّقَهُ لِطَلَبِ عِلْمِ مَا يَعْبُدُهُ بِهِ مِنْ أَدَاءِ فَرَائِضِهِ , وَاجْتِنَابِ مَحَارِمِهِ
Di antara sifat Ulama dalam keinginannya untuk menuntut ilmu adalah: ia mengetahui bahwasanya Allah Azza Wa Jalla mewajibkan ibadah kepadanya. Sedangkan ibadah tidaklah bisa dilaksanakan kecuali dengan ilmu. Ia mengetahui bahwasanya ilmu adalah kewajiban atasnya. Ia juga mengetahui bahwasanya seorang yang beriman tidak baik berada dalam kondisi bodoh. Maka menuntut ilmu itu tujuannya untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan agar ia bisa beribadah kepada Allah sebagaimana yang Allah perintahkan, bukan berdasarkan hawa nafsunya. Ini adalah keinginannya dalam berupaya mendapatkan ilmu. Ia berupaya untuk ikhlas dalam menuntut ilmu. Tidak memandang bahwa ia memiliki keutamaan ketika mencari ilmu itu. Justru ia melihat bahwa Allah Azza Wa Jalla lah yang menganugerahkan karunia kepadanya dengan memberikan taufiq kepadanya untuk menuntut ilmu sehingga ia bisa menunaikan kewajiban dan menghindari hal-hal yang diharamkan dengan ilmu tersebut (Akhlaaqul Ulamaa’ karya al-Aajurriy 1/47)
Penerjemah: Abu Utsman Kharisman