Apakah Dipersyaratkan Adanya Mimbar Dalam Khotbah Jumat?
Pertanyaan:
Semoga keberkahan untuk anda. Pertanyaan terakhir: Apakah dipersyaratkan imam (dalam shalat) Jumat berkhotbah di tempat yang tinggi atau apakah boleh berkhotbah di mihrab?
Jawaban Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah:
Tidaklah dipersyaratkan (khotbah Jumat) di tempat yang tinggi. Tidak mengapa dilakukan di mihrab (berdiri di atas) tanah.
Namun, kalau dilakukan di tempat yang tinggi, lebih baik. Karena lebih nampak (terlihat) dan lebih jelas bagi manusia.
Sebagaimana dimaklumi, pendengar jika melihat khotib (secara langsung) akan lebih terpengaruh dan lebih perhatian dengan khotbahnya. Karena itu, sebaiknya dilakukan di tempat yang tinggi yang bisa dilihat oleh para hadirin, jika hal itu mudah dilaksanakan.
Sumber: Silsilah Fatawa Nurun alad Darb kaset no 96
Catatan Penerjemah:
al-Imam an-Nawawiy rahimahullah menukil ijma’ (kesepakatan Ulama) bahwa berkhotbahnya khotib Jumat di atas mimbar adalah mustahab (dianjurkan). Artinya tidak sampai taraf wajib atau bahkan syarat sah pelaksanaan khotbah Jumat. Beliau menyebutkan hal itu dalam kitab al-Majmu’.
Sehingga apabila mimbar di suatu masjid belum jadi, atau sedang dalam perbaikan, tidak mengapa berkhotbah dengan berdiri di atas lantai dan disediakan tempat duduk untuk duduknya khotib di antara 2 khotbah.
Wallaahu A’lam.
Transkrip Fatwa dalam Bahasa Arab
السؤال
بارك الله فيكم. سؤاله الأخير يقول: هل يشترط لإمام الجمعة أن يخطب على مكانٍ مرتفع أم يصلح أن يخطب في المحراب؟
الجواب
الشيخ: لا يشترط أن يكون على مكانٍ مرتفع، بل يجوز أن يكون في المحراب في الأرض لكن على مكانٍ مرتفع أحسن؛ لأنه أظهر وأبين للناس. فكما هو معلومٌ فإن السامع إذا رأى الخطيب يتأثر بخطبته أكثر وينتبه له أكثر؛ ولهذا ينبغي أن يكون على مكانٍ مرتفع يراه الحاضرون جميعاً إذا تيسر.
المصدر: سلسلة فتاوى نور على الدرب > الشريط رقم [96]
Penerjemah: Abu Utsman Kharisman