Sholat Istisqo’ (Meminta Hujan)
Apa yang Dimaksud dengan Istisqo’?
Istisqo’ artinya adalah meminta kepada Allah agar diturunkan hujan saat terjadi kekeringan melanda dan timbul kerugian/ kerusakan akibat hal tersebut. Istisqo’ bisa dengan sekedar berdoa saja atau bisa juga dengan melakukan sholat istisqo’.
Para Ulama’ menjelaskan bahwa Istisqo’ bisa dalam 3 keadaan:
- Sholat istisqo’ dilakukan baik sendirian ataupun berjamaah, dan ini yang paling utama.
- Khotib berdoa istisqo’ dalam khutbah Jumat.Sebagaimana hal ini pernah dilakukan Nabi.
- Kaum muslimin berdoa sendiri-sendiri agar Allah menurunkan hujan di akhir sholat mereka atau saat mereka sendirian.
(Taudhihul Ahkam syarh Bulughil Maram (2/118)).
Apa Dalil yang Menunjukkan Bahwa Nabi Pernah Berdoa Istisqo’ Saat Berkhotbah Jumat?
Jawab:
Hadits Anas bin Malik riwayat al-Bukhari dan Muslim:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ الْمَسْجِدَ يَوْمَ جُمُعَةٍ مِنْ بَابٍ كَانَ نَحْوَ دَارِ الْقَضَاءِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُغِثْنَا قَالَ فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ أَغِثْنَا اللَّهُمَّ أَغِثْنَا اللَّهُمَّ أَغِثْنَا قَالَ أَنَسٌ وَلَا وَاللَّهِ مَا نَرَى فِي السَّمَاءِ مِنْ سَحَابٍ وَلَا قَزَعَةٍ وَمَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ سَلْعٍ مِنْ بَيْتٍ وَلَا دَارٍ قَالَ فَطَلَعَتْ مِنْ وَرَائِهِ سَحَابَةٌ مِثْلُ التُّرْسِ فَلَمَّا تَوَسَّطَتْ السَّمَاءَ انْتَشَرَتْ ثُمَّ أَمْطَرَتْ قَالَ فَلَا وَاللَّهِ مَا رَأَيْنَا الشَّمْسَ سَبْتًا قَالَ ثُمَّ دَخَلَ رَجُلٌ مِنْ ذَلِكَ الْبَابِ فِي الْجُمُعَةِ الْمُقْبِلَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَهُ قَائِمًا فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُمْسِكْهَا عَنَّا قَالَ فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ حَوْلَنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ فَانْقَلَعَتْ وَخَرَجْنَا نَمْشِي فِي الشَّمْسِ
Dari Anas bin Malik –radhiyallahu anhu- bahwa seorang laki-laki masuk masjid pada hari Jumat dari pintu arah Daarul Qodho’ sedangkan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam sedang berdiri berkhotbah. Kemudian Rasulullah shollallahu alaihi wasallam menghadapinya dengan berdiri. Kemudian orang itu berkata: Wahai Rasulullah, telah binasa harta-harta dan telah terputus jalan-jalan. Berdoalah kepada Allah agar menurunkan hujan kepada kami. Kemudian Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengangkat tangannya dan berdoa:
“Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami, Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami, Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami”.
Anas berkata: Demi Allah sebelumnya di langit kami tidak melihat ada awan atau potongan awan. Tidak ada penghalang rumah antara gunung dekat Madinah dengan kami. Tiba-tiba muncul dari belakang gunung itu awan seperti perisai. Ketika telah berada di tengah langit, menyebar kemudian menurunkan hujan. Demi Allah setelah itu kami tidak melihat matahari selama 6 hari.
Kemudian pada Jumat berikutnya masuklah seorang laki-laki dari pintu yang sama sedangkan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam sedang berdiri berkhutbah. Kemudian orang tersebut menghadap Rasulullah dengan berdiri. Kemudian ia berkata: Wahai Rasulullah telah binasa harta-harta, dan terputus jalan-jalan. Doakan kepada Allah agar Dia menahan agar hujan tidak lagi turun kepada kami. Maka Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya dan berdoa:
“Ya Allah turunkanlah hujan di sekitar kami saja jangan kepada kami. Ya Allah (turunkanlah hujan) kepada tempat-tempat tinggi, perbukitan, perut lembah, dan tempat-tempat tumbuhnya pepohonan”. Maka terhentilah hujan dan kami keluar dalam keadaan matahari bersinar terik (H.R al-Bukhari dan Muslim)
Bagaimana Tata Cara Sholat Istisqo’?
Jawab:
1. Tata cara sholat Istisqo’ adalah seperti sholat Ied. Dilakukan 2 rokaat. Pada rokaat pertama bertakbir 6 atau 7 kali, sedangkan di rokaat kedua bertakbir 5 kali sebelum membaca alFatihah.
2. Khotbah yang isinya lebih banyak berdoa kepada Allah agar diturunkan hujan. Saat berdoa khotib menghadap ke arah kiblat dengan mengangkat tangan dan memindahkan posisi selendang yang dipakai (yang sebelumnya di sebelah kanan pindah ke kiri). Mengangkat tangan dengan tinggi.
Khotbah boleh dilakukan setelah sholat ataupun sebelum sholat. Khotbah hanya dilakukan sekali.
3. Bedanya dengan sholat Ied yang sebaiknya menggunakan pakaian bagus dan menampakkan keceriaan, untuk sholat Istisqo’ menunjukkan kerendahan dan kehinaan di hadapan Allah, memakai baju biasa.
Di antara dalilnya adalah sebagai berikut:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ شَكَا النَّاسُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُحُوطَ الْمَطَرِ فَأَمَرَ بِمِنْبَرٍ فَوُضِعَ لَهُ فِي الْمُصَلَّى وَوَعَدَ النَّاسَ يَوْمًا يَخْرُجُونَ فِيهِ قَالَتْ عَائِشَةُ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ بَدَا حَاجِبُ الشَّمْسِ فَقَعَدَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَكَبَّرَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَحَمِدَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ قَالَ إِنَّكُمْ شَكَوْتُمْ جَدْبَ دِيَارِكُمْ وَاسْتِئْخَارَ الْمَطَرِ عَنْ إِبَّانِ زَمَانِهِ عَنْكُمْ وَقَدْ أَمَرَكُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ تَدْعُوهُ وَوَعَدَكُمْ أَنْ يَسْتَجِيبَ لَكُمْ ثُمَّ قَالَ{ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ }لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ اللَّهُمَّ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ فَلَمْ يَزَلْ فِي الرَّفْعِ حَتَّى بَدَا بَيَاضُ إِبِطَيْهِ ثُمَّ حَوَّلَ إِلَى النَّاسِ ظَهْرَهُ وَقَلَبَ أَوْ حَوَّلَ رِدَاءَهُ وَهُوَ رَافِعٌ يَدَيْهِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ وَنَزَلَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ فَأَنْشَأَ اللَّهُ سَحَابَةً فَرَعَدَتْ وَبَرَقَتْ ثُمَّ أَمْطَرَتْ بِإِذْنِ اللَّهِ فَلَمْ يَأْتِ مَسْجِدَهُ حَتَّى سَالَتْ السُّيُولُ فَلَمَّا رَأَى سُرْعَتَهُمْ إِلَى الْكِنِّ ضَحِكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ فَقَالَ أَشْهَدُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنِّي عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ
Dari Aisyah radhiyallahu anha beliau berkata: Manusia mengadukan kekeringan tidak turunnya hujan kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Maka beliau kemudian memerintahkan agar mimbar diletakkan di Musholla (tanah lapang). Kemudian beliau menjanjikan hari keluar untuk sholat. Aisyah berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam keluar ketika nampak jelas terbitnya matahari. Kemudian beliau duduk di atas mimbar. Kemudian Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bertakbir dan memuji Allah Azza Wa Jalla. Kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya kalian mengadukan kekeringan pada kampung kalian dan tertundanya hujan dari awal waktunya terhadap kalian. Allah Azza Wa Jalla telah memerintahkan kalian untuk berdoa kepadaNya dan berjanji akan mengabulkan doa kalian. Kemudian beliau berdoa: Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin. Arrohmaanir rohiim. Maliki yaumiddin.
Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah. Dia berbuat sesuai dengan kehendak-Nya. Ya Allah, Engkaulah Allah yang tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau. Engkaulah Yang Maha Kaya dan kami adalah orang-orang yang faqir. Turunkan kepada kami hujan dan jadikanlah apa yang Engkau turunkan kepada kami sebagai kekuatan hingga sampai waktu yang ditentukan. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan terus mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putihnya ketiak beliau. Kemudian beliau menghadapkan punggungnya kepada manusia dan membalik rida’ (selendang) beliau dalam keadaan mengangkat tangannya. Kemudian beliau menghadap ke arah manusia kemudian turun (dari mimbar), kemudian sholat dua rokaat. Maka Allah munculkan awan hingga terjadi guntur dan halilintar, kemudian turun hujan dengan idzin Allah. Nabi shollallahu alaihi wasallam tidak mendatangi masjidnya hingga mengalir aliran air. Ketika beliau melihat demikian cepatnya para Sahabat kembali ke rumah mereka, Nabi shollallahu alaihi wasallam tertawa hingga nampak gigi geraham beliau. Kemudian beliau bersabda: Aku bersaksi bahwa Allah Maha Berkuasa di atas segala sesuatu dan sesungguhnya aku adalah hamba dan utusanNya (H.R Abu Dawud, beliau menyatakan sanadnya jayyid (baik) dan dinyatakan sanadnya hasan oleh Syaikh al-Albany)
خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَبَذِّلًا مُتَوَاضِعًا مُتَضَرِّعًا حَتَّى أَتَى الْمُصَلَّى فَرَقَى عَلَى الْمِنْبَرِ وَلَمْ يَخْطُبْ خُطَبَكُمْ هَذِهِ وَلَكِنْ لَمْ يَزَلْ فِي الدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ وَالتَّكْبِيرِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَمَا يُصَلِّي فِي الْعِيدِ
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam keluar dengan tidak berhias, tawadhu’, dan merendahkan diri hingga mendatangi musholla (tanah lapang) (sebagian perawi menyatakan: kemudian beliau naik ke atas mimbar). Tidaklah beliau berkhotbah seperti khotbah kalian ini akan tetapi beliau senantiasa (memperbanyak) doa, merendahkan diri, dan bertakbir. Kemudian beliau sholat dua rokaat seperti sholat Ied (H.R Abu Dawud, anNasaai, atTirmidzi, Ibnu Majah, dishahihkan Ibnu Hibban dan dinyatakan sanadnya hasan oleh al-Albany).
Dikutip dari: Buku “Fiqh Bersuci dan Sholat”, Abu Utsman Kharisman