Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Arahan Syaikh Ibnu Utsaimin Terkait Seseorang yang Hendak Menikah dan Merasa Perlu Berhutang

Pertanyaan:

Syaikh yang mulia, kami berharap mendapat penjelasan tentang hukum berhutang untuk menikah jika seseorang sangat butuh menikah

Jawaban Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah:

Sebagaimana kalian telah mendengar di permulaan ucapan kami bahwasanya Rasul shollallahu alaihi wasallam tidaklah mengarahkan untuk berhutang kepada orang yang mengatakan: “saya tidak punya apa-apa” (yang hendak menikah, -pen), padahal para Sahabat Nabi –semoga Allah meridhai mereka – adalah manusia yang paling bersemangat dalam kebaikan. Kalau seandainya beliau meminta pada salah seorang dari mereka yang kaya untuk memberikan pinjaman, niscaya dia akan memberikan pinjaman. Namun, beliau tidak mengarahkan pada hal yang demikian.

Karena hutang adalah termasuk hal yang dibenci oleh Rasul –semoga sholawat dan salam dari Allah tercurah kepada beliau- (kecuali dalam kondisi sangat dibutuhkan, -pen). Beliau pun tidak menganggap hal itu sebagai hal yang baik, sebagaimana telah kalian ketahui.

Apabila seseorang sudah butuh untuk menikah, sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla berfirman dalam Kitab-Nya:

وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لا يَجِدُونَ نِكَاحاً حَتَّى يُغْنِيَهُمْ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ

Hendaknya orang yang tidak mampu menikah bersabar hingga Allah memberikan kecukupan kepadanya dari karunia-Nya (Q.S anNuur ayat 33)

Rasul –semoga sholawat dan salam tercurah kepada beliau- bersabda (yang artinya): “Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang telah mampu, menikahlah. Karena menikah itu menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barang siapa yang tidak mampu, hendaknya ia berpuasa, karena itu adalah peredam (gejolak syahwat)”. (Hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim, -pen). Demikianlah Nabi alaihis sholaatu wassalaam bersabda.

Hal terbaik bagi orang yang demikian hendaknya bersabar dan berjuang untuk sabar hingga Allah memberikan jalan keluar kepadanya. Kalau seandainya orang itu punya penghasilan tetap dan ia tahu bahwasanya dengan penghasilan itu ia akan mampu melunasinya tidak sampai setahun, misalkan, ia tidak mengapa berhutang karena pelunasannya tidak lama.

Saya juga sampaikan kepada anda sekalian bahwasanya seseorang jika sudah sampai pada tahapan mendesak untuk menikah dan ia tidak punya apa-apa, tidak punya ayah yang membantu pembiayaan dan menikahkannya, ia boleh mengambil bagian dari zakat. Boleh bagi seorang yang kaya untuk memberikan seluruh zakatnya sehingga orang itu bisa menikah dengan dana tersebut.


Sumber: al-Liqo’ asy-Syahriy (9/34)

Transkrip dalam Bahasa Arab

السؤال

 فضيلة الشيخ: نرجو بيان حكم الاستدانة للزواج إذا كان الإنسان بحاجة ماسة للزواج؟

أجاب عنه الشيخ محمد بن صالح العثيمين رحمه الله تعالى: كما سمعتم في أول كلامنا أن الرسول عليه الصلاة والسلام لم يرشد الذي قال: ليس عندي شيء إلى أن يستدين مع أن الصحابة رضي الله عنهم أحرص الناس على الخير، لو طلب من أي واحد منهم وكان غنياً أن يقرضه لأقرضه؛ لكن لم يرشده إلى ذلك؛ لأن الدين مما يكرهه الرسول عليه الصلاة والسلام ولا يحبذه كما عرفتم، فإذا كان محتاجاً إلى الزواج فإن الله عز وجل قال في كتابه: {وَلْيَسْتَعْفِفْ الَّذِينَ لا يَجِدُونَ نِكَاحاً حَتَّى يُغْنِيَهُمْ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ} [النور:33] وقال الرسول عليه الصلاة والسلام: (يا معشر الشباب! من استطاع منكم الباءة فليتزوج، فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج، ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء) هكذا قال النبي عليه الصلاة والسلام

فالأحسن في حق هذا أن يصبر ويتصبر حتى يفرج الله له، نعم لو كان الرجل عنده راتب ويعرف أن هذا الراتب يمكن أن يوفي منه في خلال سنة مثلاً، فهذا لا بأس أن يستدين لأن الوفاء قريب، وأقول لكم أيضاً: إن الإنسان إذا بلغ به الحد إلى الحاجة الملحة للزواج وليس عنده شيء، وليس له أب ينفق عليه ويزوجه، فإن له أن يأخذ من الزكاة، ويجوز للغني أن يعطيه جميع زكاته حتى يتزوج بها.

(اللقاء الشهري)

Penerjemah: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan