Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Hukum Memukul Atau Melakukan Kay Terhadap Anak-Anak Dalam Rangka Mendidik dan Memberikan Hukuman

Pertanyaan:

Apakah boleh memukul anak-anak pada wajah atau melakukan kay (menempelkan material panas ke kulit) sebagai pengajaran adab (mendidik) bagi mereka?

Jawaban Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah:

Memberikan hukuman yang mendidik kepada anak kecil adalah suatu keharusan bukan sekadar diperbolehkan. Bahkan tetap diharuskan walaupun kepada anak-anak yatim. Anak-anak yatim diberi peringatan (hukuman) apabila melakukan kesalahan.

Peringatan (hukuman) itu diberikan, sebagaimana sabda Nabi shalallahu alaihi wasallam:

مُرُوا أَولَادَكُم بِالصَّلَاةِ لِسَبعٍ، وَاضرِبُوهُم عَلَيهَا لِعَشرٍ

Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat di umur 7 tahun, dan pukullah ketika meninggalkan shalat di umur 10 tahun

Adapun jika anak laki-laki atau pun perempuan meninggalkan shalat setelah berumur 10 tahun maka dipukul. Begitu pula ketika dia suka mencela dan suka mengumpat maka dipukul dan diberi hukuman manakala ucapan (nasihat) tidak berguna. Dan apabila dia menentang keluarganya pada suatu perkara yg merugikan mereka, maka tidak mengapa untuk diberi hukuman hingga menjadi patuh. Ini berlaku baik laki-laki atau perempuan, baik anak yatim atau bukan yatim.

Kalau cukup dengan nasihat (dia menjadi taat/patuh) maka Alhamdulillah (itu yang diharapkan). Akan tetapi jika tidak cukup dengan ucapan nasihat maka sang ibu atau ayahnya boleh menghukumnya, atau saudara yang lebih tua sampai dia menjadi patuh.

Adapun jika dibiarkan dalam kondisi yang tidak baik dia akan tumbuh dengan keadaan tersebut, sehingga menjadi bahaya bagi masyarakat sekitar. Namun manakala bapaknya, ibunya, atau saudaranya yang lebih tua memberikan pengarahan dan mengajarinya dalam perkara yang baik serta mencegahnya dari perkara-perkara yang tidak semestinya dilakukan, seperti melakukan celaan, berdusta, atau tidak menunaikan shalat wajib ketika telah berumur 10 tahun atau perkara-perkara semisalnya (dari perbuatan-perbuatan yang dilarang syariat), maka yang demikian hendaknya diberi peringatan lebih (hukuman) sampai dia meninggalkannya. Yang demikian itu (dilakukan) apabila jika tidak bermanfaat nasihat dan tidak pula memberikan pengaruh (dengan nasihat tersebut).

Sebagian orang mengatakan, ‘anak yatim itu tidak perlu diperingatkan (ditegur) dengan ucapan apapun’. Tidak, yang demikian itu salah. Jika anak yatim dibiarkan dalam kondisinya (yang tidak baik) maka akan rusak akhlaknya, buruk kelakuannya, dan anak tumbuh dalam kondisi tidak baik. Sehingga hal itu bukanlah suatu kebaikan untuknya. Akan tetapi wajib bagi orang yang mengayomi anak yatim untuk memberikan peringatan lebih (hukuman) jika sudah tidak berguna sekadar ucapan saja, yaitu dengan hukuman dipukul. Akan tetapi (memberi hukuman) pukulan bukanlah pada wajah, dipukul di bagian tubuh selain wajah, pada beberapa tempat seperti paha, punggung, bahu, atau tempat-tempat lain yang tidak berbahaya.

Tidak diperbolehkan untuk memukul wajah sedikitpun. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda telah melarang untuk memukul wajah, juga beberapa bagian tubuh yang berbahaya (yang bisa mencederai atau berpotensi mematikan). Hendaklah memukulnya di tempat-tempat yang memungkinkan seperti pantat, paha, dan punggung. (Sekadar) pukulan ringan yang bisa memberikan efek jera.


Sumber: https://binbaz.org.sa/fatwas/4343/حكم-ضرب-او-كي-الاطفال-للتربية-والتاديب

Naskah fatwa dalam bahasa Arab:

حكم ضرب أو كي الأطفال للتربية والتأديب

السؤال: هل يجوز ضرب الأطفال لتأديبهم على الوجه أو باستخدام الكيّ؟

الجواب
الشيخ: يجب تأديب الأطفال، ما هو يجوز، يجب ولو كانوا أيتامًا، حتى الأيتام يُؤَدَّبون إذا أخطأوا، يُؤَدَّب مثلما قال النبيُّ ﷺ: مُروا أولادكم بالصلاة لسبعٍ، واضربوهم عليها لعشرٍ، فإذا تخلَّف الولد أو البنت عن الصلاة بعد العشر يُضرب، وإذا كان سبَّابًا شتَّامًا يُضرب ويُؤَدَّب، إذا كان ما نفع فيه الكلام، وإذا كان يُخالف أهله في أشياء، يضرُّ أهله، لا بأس أن يُؤَدِّبوه حتى يستقيم، سواء ذكرًا أو أنثى، يتيمًا أو غير يتيمٍ، إن كان نفع الكلام فالحمد لله، وإذا ما نفع الكلام تُؤَدِّبه أمه، يُؤدبه أبوه، يُؤدبه أخوه الكبير حتى يستقيم
إذا تُرِكَ على حاله السَّيئة نشأ على ذلك، وصار ضررًا على المجتمع، ولكن متى قام عليه أبوه وأمه وإخوته الكبار ووجَّهوه وعلَّموه ومنعوه مما لا ينبغي: من كونه سبَّابًا، كذَّابًا، أو ما يُصلي بعد بلوغ العشر، أو ما أشبه ذلك؛ فإنه يُؤَدَّب حتى يرتدع إذا كان الكلام ما نفع فيه ولا أثَّر
بعض الناس يقول: اليتيم ما يُقال له شيءٌ، لا، هذا غلطٌ، إذا تركت اليتيم على حاله ساءت أخلاقُه، وساءت أعماله، ونشأ على شرٍّ، فليس هذا من مصلحته، بل على ولي اليتيم أن يُؤَدِّبه إذا ما نفع فيه الكلام بالضرب، لكن ما يضرب الوجه، يضرب في غير الوجه، في محلات مثل: الفخذ، مثل: الظهر، الكتف، في محلات غير خطيرةٍ، ولا يضرب الوجه أبدًا، النبي نهى عن ضرب الوجه، ولا يضرب المحلات الخطيرة –المقاتل- ولكن يضربه في المحال المُحتملة، مثل: إليته، فخذه، ظهره، شيء خفيف يحصل به الردع

Penerjemah: Abu Abdil Majid Fauzan

Tinggalkan Balasan